Kamis, 06 Agustus 2009

7. Irham, laki-laki yang sedang jatuh cinta

Suara sirine mobil ambulan menutupi suara keramaian masyarakat sekitar yang mengerumun di sekolah malam itu. Semua orang bingung dengan apa yang terjadi malam itu, tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, nyawa seseorang telah hilang di malam dingin berhujan rintik-rintik itu. Malam itu begitu penuh dengan suasana kesedihan seperti hati Irham seorang laki-laki yang terus dihantui dengan rasa dendam dan kesal akan kejadian-kejadian misterius yang menimpanya. Ia sudah lelah akan masalah yang terus menimpa dirinya.




"om, tante, Ben, dia sudah meninggal," Irham datang ke rumah Ben dan memberikan kabar tentang kematian Ben di malam kelam itu

Ibu Ben langsung terjatuh pingsan di pelukan suaminya yang juga menangis meratapi kepergian anak laki-lakinya tercinta

Irham hanya terdiam dan memeluk mereka untuk menenangkannya dan menerima semua yang telah terjadi




Siang hari ini Irham sangat pendiam, ia masih shock dengan kematian Ben dan terus memikirkannya.



Dari kejauhan Karin melihat Irham yang sedang duduk di taman sekolah tempat pertama mereka bertemu. Karin berjalan mendekati Irham dengan membawa nasi goreng katsu kesukaannya.



"Ham," suara lembut Karin memanggil Irham

"kenapa rin," tanya Irham

"kenapa lo terlihat sedih gitu? kematian Ben tidak perlu lo sesali ham, semua itu adalah takdir," ucap Karin

"semua ini salah gadis berpita hitam itu," ucap Irham

"jangan terlalu menyesali kejadian itu, ga baik ham, semua sudah berlalu," ucap Karin

"gw udah kenal Ben lama rin, sejak SMP, dulu gw sering main bola bareng, rebutan dapetin cewek, main game bareng, dia uda kaya saudara gw, gw masih inget kata-kata dia di rumah sakit yang dia bilang ke gw," ucap Irham sambil termenung

"dia ngomong apa?" Karin bertanya


dia bilang,



"Ham lo itu uda kaya saudara gw sendiri, kita udah lama kenal, jangan sungkan kalo lo butuh apapun dari gw, kalo ada yang ganggu lo, bilang aja sama gw, gw bakal bantuin lo ham, gw seneng banget bisa bantuin lo untuk nolong kakak lo Joy, itu artinya saudara Ham, persahabatan yang erat tanpa rasa pamrih dan memberi dengan tulus, jangan pernah lo lupa itu Ham!"



Irham menundukkan kepalanya, ia tidak menangis kali ini, air matanya sudah habis untuk menangisi kesedihan dan masalah yang menimpanya, ia sudah terlalu lelah untuk semua ini, perasaan sesal yang begitu dalam menghantui Irham, ia harus kehilangan sahabat yang selama ini baik dan tulus kepadanya, sahabat yang ia kenal sejak lama, yang sudah menganggap dirinya sebagai saudara dan ia harus membiarkan sahabatnya mati terbunuh oleh pembunuh misterius itu


"gw ga bisa melindungi dia sebagaimana dia melindungi gw, gw gabisa nolong dia disaat dia butuh pertolongan gw, gw ga ada disaat dia butuh bantuan gw, sahabat macem apa gw rin, sahabat macem apa?" Irham memandang Karin


"udah, udah cukup ham," Karin memeluk Irham untuk menenangkannya

"ham, lo makan dulu, gw bawain lo nasi goreng katsu nih," ucap Karin


"thx ya rin atas perhatian dan ketulusan lo," ucap Irham sambil mengambil nasi goreng pemberian Karin



mereka pun larut dengan obrolan ringan mengenang kematian Ben, Irham melahap makanan pemberian Karin sambil berbicara dari hati ke hati dengan Karin. Karin terus tersenyum melihat Irham yang makan dengan lahap untuk sejenak melupakan kematian sahabatnya Ben.







Sore ini Irham tersenyum seakan melupakan kematian sahabatnya sehari yang lalu, ia terlihat begitu gembira, sambil memegang tangan Karin, ia berjalan dengan pasti keluar dari gerbang sekolah. Ya, kali ini Karin bersedia untuk pulang bareng dengan Irham, sesuatu yang memang Irham inginkan sejak dulu, sesuatu yang begitu ia idamkan.






"akhirnya lo bisa juga pulang bareng sama gw rin," ucap Irham memandang Karin

"iya nih ham, kali ini kakak gw ga jemput gw, jadi gw pulang bareng lo deh," Karin tersenyum manis



mereka berjalan dengan mesra, serasa dunia hanya milik berdua, pohon yang rindang sepanjang jalan dengan daun-daunnya yang berguguran menambah indah suasana, cahaya matahari yang tembus melalui celah-celah ranting pohon yang rindang membuat sore itu menjadi sangat romantis bagi Irham dan Karin



"rin, lo cantik banget hari ini," Irham merayu

"makasih ya ham," Karin tersenyum malu

"gw seneng banget bisa pulang bareng sama lo rin," ucap Irham sambil memegang tangan Karin

"iya, gw juga ham," ucap Karin malu-malu

"rumah lo dimana rin? gw anter ya sampe rumah, boleh ga gw mampir?" tanya Irham

"jangan sekarang ya ham, nanti aja ya," ucap Karin

"oh gitu, iya gapapa ko rin," jawab Irham


"ham tadi banyak polisi di sekolah kita, pasti karena kejadian kemarin ya," ucap Karin


"iya, mereka sedang melakukan penyelidikan dan olah TKP untuk mengetahui kejadian pembunuhan itu dan menangkap pelakunya," ucap Irham


"lo bukannya ke sekolah kemarin untuk ketemu Ben?" tanya Karin


"iya, gw sempet ngeliat Ben didorong sama pembunuh itu, sesosok orang berjubah hitam itu, Ben begitu tak berdaya rin, semua salah gw, gw telat dateng untuk nolong Ben," ucap Irham


"bukan, bukan salah lo ham, semua salah pembunuh itu," jawab Karin


"iya, pembunuh itu harus masuk penjara secepatnya," ucap Irham tegas


"gw siap jadi saksi kalo dibutuhkan sama polisi dengan bukti pesan-pesan pembunuh itu yang mengaku gadis berpita hitam," ucap Irham


"Ham, rumah gw udah deket tuh, udah sampe sini aja ya, lo pulang aja gih, udah sore," ucap Karin


"ah nggak ah, gw nganterin lo sampe rumah deh," ucap Irham

"oh gitu, nggak apa-apa ham?" tanya Karin

"nggak apa-apa lah tenang aja," Irham tersenyum




mereka pun sampai di depan rumah Karin, Karin melambaikan tangannya ke Irham dengan senyuman yang manis, Irham pun tersenyum dan meninggalkan Karin



"Rin nanti gw sms yah," ucap Irham

"ok," jawab karin manis



Dari balik jendela rumah karin, seseorang melihat mereka dengan penuh kebencian, rasa cemburu dan kesepian yang begitu dalam, ia seperti tak suka dengan kemesraan Karin dan Irham


Karin masuk ke dalam rumahnya, ia kaget ketika melihat kakaknya berdiri di dekat pintu masuk rumahnya



"kakak?" ucap Karin kaget

"ngapain lo pulang bareng dia?" jawab kakak Karin

"emang kenapa sih? terserah gw lah mau pulang bareng siapa juga," Karin berbicara ketus dan langsung masuk ke kamarnya



Kakak Karin hanya terdiam melihat adiknya yang begitu tidak peduli kepadanya



Irham berjalan meninggalkan rumah Karin untuk mencari bus menuju ke rumahnya, namun ia terpikir akan keadaan motornya yang 3 hari lalu masuk bengkel langganan dekat rumahnya. Ia memutuskan untuk mampir ke bengkel itu dulu untuk mengecek keadaan motornya



Dalam waktu 20 menit menggunakan bus akhirnya ia sampai di bengkel itu


"jang gimana motor gw? udah betul belum?" ucap Irham sambil menepuk punggung ujang


Ujang adalah montir andalan Irham, apabila motornya rusak, Irham selalu pergi ke bengkel Ujang dekat rumahnya, dengan pertimbangan lokasi yang dekat, biaya yang terjangkau dan pelayanan yang terjamin



"eh, elo Ham, kaget banget gw, tiba-tiba dateng gitu," ucap Ujang dengan gaya agak kampungan

"motor lo udah beres noh, udah mantep lagi dah, tokceerrr," ucap Ujang


"wah, emang montir paling jago deh lo sedunia, ga salah gw bawa motor gw kesini," ucap Irham


"yaiyalah ham, gw gitu, motor palentino rosi juga gw yang modif itu," Ujang berkelakar seperti biasanya


"ah elo, masih aja ngelawak mulu, garing lo ah,haha," balas Irham


"emang garing nidji," balas Ujang


"hahahahhaahhahaha" mereka tertawa bersama di bengkel itu



"eh jang, motor gw rusak apa aja? remnya blong gak?" tanya Irham

"iya boss, rem belakang motor lo ada yang ngerusak, jadinya ga berfungsi total, cuma rem depan yang masih berfungsi" ucap Ujang


Irham terdiam dan kaget, ternyata benar dugaan ia selama ini ada yang mengerjai motornya yang menyebabkan ia kecelakaan tempo hari


"kenapa diem gitu lo boss? kaya abis ngeliat setan aja," tanya Ujang

"ternyata kecurigaan gw selama ini bener, ada yang mau gw mati kecelakaan, siapa yang ngerusak rem belakang gw?" Irham bergumam


"kenapa boss? ngomong sendiri gitu?" tanya Ujang

"ah, gapapa jang, eh motor gw udah bisa gw bawa kan?" ucap Irham


"iya udah boss, lo bawa aja, eh iya, hati-hati boss, jangan sampe kecelakaan lagi," ucap Ujang


"iya makasih jang, nih bayarannya, lo ambil aja kembaliannya buat rokok," ucap Irham sambil menghidupkan motornya

"wah, makasih boss, hati-hati boss," ucap Ujang senang mendapat uang


Irham mengenderai motornya menuju rumahnya. Hanya sebentar saja ia sudah sampai di rumahnya. Lalu ia masuk ke dalam rumah dan melihat ada orang yang sedang melakukan pembicaraan serius di ruang tamu rumahnya


"ada tamu mah?" Irham masuk ke rumahnya sambil bertanya


"iya nak, ini kapten Aryo dari kepolisian datang untuk mencarimu," jawab ibu Irham



Irham langsung menghampiri kapten Aryo dan menjabat tangannya


"selamat sore kapten," ucap Irham


Kapten Aryo adalah seorang laki-laki yang berbadan tegap dengan potongan rambut cepak, wajah yang maskulin dengan mengenakan jaket kulit coklat tua bertuliskan polisi, celana bahan dan sepatu pantofel kepolisian


"sore, saya Aryo , kapten kesatuan buru sergap kepolisian sektor Jakarta Timur, saya ditugaskan untuk menyelidik kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah kemarin, saya dengar dari beberapa saksi dan anda ada di lokasi kejadian dan sempat melakukan komunikasi dengan korban, yaitu Ben sebelum ia meninggal," ucap Kapten Aryo tegas


"benar kapten, saya sempat mengirim pesan ke Ben malam itu, dan saya juga mendapat pesan misterius yang berisi ancaman pembunuhan Ben beberapa hari sebelum Ben dibunuh," ucap Irham


"siapa yang mengirim pesan itu? bisa saya lihat pesannya?" ucap Kapten Aryo


Irham memberikan handphonenya dan memperlihatkan pesan misterius yang ia terima beberapa hari lalu


"nama pengirimnya gadis berpita hitam? apa maksudnya?" Kapten Aryo bingung


"saya juga tidak tahu kapten, tapi yang jelas semenjak ada pesan itu, banyak peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi," ucap Irham


"peristiwa apa itu?" tanya Kapten Aryo


"dimulai dari kecelakaan motor yang saya alami karena ada seseorang yang merusak rem belakang motor saya, kecelakaan yang dialami kakak saya Joy dan yang terakhir pembunuhan Ben kemarin malam,"


"apakah pengirim pesan itu selalu mengaku bernama gadis berpita hitam?" tanya kapten Aryo


"ia kapten, ia selalu mengaku bernama itu," jawab Irham


"lalu pada kejadian pembunuhan tadi malam, apa yang anda lihat?" tanya kapten Aryo


"ya, begitu saya sampai di lantai 3 malam itu, saya melihat seseorang menggunakan jubah hitam mendorong Ben hingga terjatuh, lalu ia lari ketika saya mengejarnya," jawab Irham


"bagaimana ciri-ciri orang itu?" tanya kapten Aryo


"tidak terlalu tinggi, badannya tidak besar, tapi yang jelas larinya sangat cepat, dan ketika saya mengejarnya ia masuk ke dalam mobil jeep hitam dan saya sempat mencatat plat nomor mobil itu," ucap Irham


"kerja yang bagus nak, berapa nomor plat mobil itu? nomor itu akan mempermudah pencarian tersangka," ucap kapten Aryo


"B 8090 ST," ucap Irham


"terimakasih atas kerja sama anda, tetap waspada dengan sekitar dan segera lapor ke saya apabila ada tanda-tanda atau sesuatu yang dapat membantu penyelidikan ini anda dapat menghubungi nomor ini, ucap kapten Aryo sambil menjabat tangan Irham dan memberikan catatan kecil berisi nomor teleponnya


Kapten Aryo pun pamit pulang dan pergi meninggalkan rumah Irham bersama satu rekannya menggunakan mobil minibus kesatuan polisi


Irham dan ibunya melihat kapten Aryo pergi dan segera masuk ke dalam rumah



Malam sudah menjelang, Irham terlihat sangat rapi, baju kemeja biru garis-garis ia pakai di serasikan dengan celana jeans hitam keren yang terlihat mahal. Irham terlihat sangat tampan malam ini. Ia akan dinner dengan Karin malam ini. Ia mengajak Karin makan malam di rumahnya. Karin pun dengan senang hati menerima tawaran Ben dan memutuskan untuk dijemput Ben tepat jam 7 malam


"mau kemana ham?" tanya ibu Irham


"aku mau jemput Karin mah, aku mau kenalin Karin sama mamah," ucap Irham semangat sambil menyemprotkan parfumnya


"yasudah cepat ya, makanannya sudah siap sebentar lagi," ucap ibu Irham


"iya mah, aku sebentar lagi berangkat," ucap Irham


"memangnya Karin itu pacar kamu?" tanya ibu Irham


"sebentar lagi," jawab Irham percaya diri sambil tersenyum memandang mamahnya


"dasar kamu nak, akhirnya ada juga yang mau sama kamu, kamu kan cuek sama perempuan," ucap ibu Irham


"kali ini perempuannya beda mah, spesial banget," ucap Irham


"oh gitu, yasudah cepat jemput dia, mamah jadi penasaran," ucap Ibu Irham


"ok, aku berangkat ya mah," ucap Irham sambil mencium tangan mamahnya

Irham pun pergi meninggalkan rumahnya untuk menjemput sang gadis pujaannya, hatinya sangat senang dan bersemangat, sudah ditunggunya "momen" seperti ini


















"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar