Kamis, 17 Juni 2010

40. A Man Who Knows The Truth

Malam yang dingin itu seorang laki-laki yang menggunakan mantel hangat berjalan sendirian di Bandara Soekarno Hatta. Ia adalah ayah Irham yang baru mendarat jam 09.30 malam dari Bali. Ayah Irham terlihat terburu-buru sambil menarik kopernya. Ia mendapatkan kabar dari Irham bahwa ibunya telah diculik seseorang dan ia akan segera menyusul Kapten Aryo dan Irham yang menunggunya di Polres Jakarta Pusat

Ayah Irham terlihat mencari taxi di depan bandara, ia melihat mobil-mobil yang ada di sekitarnya dan berharap ada taxi yang masih kosong. Akhirnya ada satu taxi yang menghampirinya, lalu tanpa ragu ia pun masuk ke dalam taxi itu.

"pak ke Polres Jakarta Pusat, cepat ya,"

Supir itu hanya terdiam dan langsung mengunci semua pintu mobil. Ia melihat ke belakang dengan senyuman kecil lalu ia membunuh ayah Irham dengan pistol kedap suaranya di malam yang dingin itu. Laki-laki pembunuh itu tersenyum dengan puas dan langsung menjalankan mobil taxinya dengan cepat




Jam 11 malam di Polres Jakarta Pusat

Irham yang sedang menunggu ayahnya sangat cemas malam itu. Ia berjalan mondar-mandir dan tidak bisa tenang di kantor polisi. Ia terus melihat jam dan mengeluh sendirian karena ayahnya tak kunjung datang. Kapten Aryo pun hanya bisa terdiam sambil berbicara seadanya kepada rekan-rekan polisinya.

"kenapa sampai jam segini belum datang?" ucap Irham
"apa mungkin macet?" ucap salah satu polisi
"masa sih udah malam gini?" ucap polisi lain
"iya itu tidak mungkin, jalanan pasti lancar tapi kenapa belum juga datang? apa mungkin taxinya mogok atau bannya pecah?" ucap Kapten Aryo

"saya rasa nggak kapten.....karena ponsel ayah pun tidak dijawab kalau saya telepon dan itu tidak mungkin terjadi karena ayah bilang ia akan selalu menunggu telepon dari saya, saya jadi berperasaan tidak enak" ucap Irham
"sekarang sudah jam 11 dan 1 jam lagi kita harus segera ke museum itu kan," ucap Kapten Aryo

Ponsel Irham pun berbunyi

"halo! pah dimana?!!"
"halo,"
"ya halo!! pah?!"

"ayahmu sudah mati ,"
"apa? siapa ini?!"
"keluarlah dari polres dan berjalan ke jalan di sebelah kanan polres menuju ujung jalan yang gelap, anda akan menemukan mayat ayah anda di dalam taxi yang parkir di pinggir jalan
"apa?! siapa ini!"

Telepon itu pun terputus


Tanpa pikir panjang Irham pun langsung berlari keluar dari polres. Kapten Aryo dan rekan-rekannya pun kaget ketika Irham bereaksi seperti itu. Di luar polres, Irham melihat mobil taxi yang parkir di bawah pohon rindang di ujung jalan yang gelap. Ia berlari cepat ke taxi itu dan membuka pintu mobil taxi itu dan menemukan mayat ayahnya yang terbujur kaku di jok bagian belakang. Irham berteriak kencang memanggil ayahnya tetapi semua itu percuma karena ayahnya telah meninggal dunia. Irham pun menangis dan melihat tulisan di kaca mobil taxi itu.

Semua keluargamu akan mati. Berikutnya adalah ibumu tepat di jam 12.00

Irham langsung melihat jamnya dan ternyata sudah pukul 11.30 malam. Ia pun berlari untuk segera memberitahukan bahwa Kapten Aryo dan timnya harus segera pergi ke Museum Fatahillah. Kapten Aryo pun telah mendengar penjelasan Irham mengenai ayahnya yang telah meninggal dan ia menyatakan turut prihatin dengan keadaan itu. Ia melihat Irham hanya terdiam dan seperti kehilangan gairah. Tidak ada lagi air mata yang turun dari matanya karena Irham sudah muak dengan tangisan dan yang ada di pikirannya adalah bagaimana menyelamatkan ibu dan kakaknya Joy.

Kapten Aryo pun memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa mobil taxi itu dan membawa mayat ayah Irham untuk di otopsi. Beberapa polisi pun terlihat membawa peralatan mereka dan memeriksa taxi itu. Kapten Aryo pun terlihat mengajak Irham untuk masuk ke dalam kantor untuk menenangkan diri.

Polisi itu memeriksa mayat ayah Irham dan mencoba untuk memindahkannya dari taxi itu tapi ternyata mayat itu terikat dengan kawat pemicu bom yang ada di mobil itu dan bom itu pun meledak dan menghancurkan dua orang polisi itu bersama dengan mobil taxi. Ledakkan kuat jelas terdengar di malam itu. Semua polisi itu pun keluar dari Polres dan Irham hanya terdiam dan sangat takut malam itu. Ia benar-benar takut dan putus asa. Ia seperti sudah kehilangan keberaniannya malam itu karena pelaku pembunuhan ini benar-benar kejam. Irham dan semua polisi itu mematung malam itu dan mereka semua baru saja menjadi saksi dari kekejaman seorang pembunuh berdarah dingin bernama Bimo





"hahahha......haaahahahahha!!!" gw puas!!! gw puas!!! mampus!! mampus lo ham!!" ucap Bimo

Bimo yang sudah sampai di tempat persembunyiannya sedang mabuk sambil merayakan keberhasilannya membunuh ayah Irham. Bimo tidak henti-hentinya tertawa dengan puas malam itu sambil meminum minuman keras. Ia menjadi lebih gila akhir-akhir ini karena ia tertekan dengan keadaan adiknya Karin yang sekarat. Semua kekesalannya itu pun dilampiaskannya dengan melakukan tindakan yang kejam ini. Bimo sekarang sedang menunggu keempat polisi suruhannya untuk menangkap Irham dan membunuh Joy serta ibunya.




Jam 12 malam, Museum Fatahillah

Seorang polisi anggota S.E.F sedang mengendap-endap malam itu. Ia bersembunyi di balik tembok sambil memerintahkan rekan setimnya untuk bergerak perlahan. Kapten Aryo terlihat bergerak perlahan malam itu bersama rekan-rekannya. Ia begitu konsentrasi untuk menyelamatkan ibu Irham yang diculik oleh Bimo. 10 anggota S.E.F itu menjalankan formasi yang sudah mereka rencanakan di kantor polisi. Satu per satu dari mereka terlihat masuk ke pintu depan Museum Fatahillah yang sepi dan gelap itu. Tidak ada seorang pun di dalam museum itu dan para anggota S.E.F mulai menyebar untuk melakukan pencarian. Mereka berkomunikasi dengan menggunakan isyarat tangan dan tanpa membuat suara sedikit pun. Lampu di senjata mereka pun menerangi sudut-sudut museum yang gelap itu.

Kapten Aryo terlihat bergerak dengan 1 orang temannya. Ia begitu waspada dan memegang senjatanya dengan sigap sambil berjalan perlahan. Ia membuka setiap pintu yang ia temui di lorong museum dan memeriksa ruangan yang ada di dalamnya. Namun tidak ada tanda-tanda dari ibu Irham dan yang ada hanya benda-benda museum.

Di tengah keheningan malam itu, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari kejauhan. Kapten Aryo pun kaget dan menyalakan radionya

"ada apa!! apa yang terjadi! tim 2 masuk! apa yang terjadi!" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo terus menanyakan keadaan dari radio itu namun tidak ada jawaban.

"disini tim 2! ada apa disana?!" ucap Kapten aryo
"Feri hilang! tadi dia dibelakang saya! tapi sekarang sudah tidak ada!" ucap seorang anggota S.E.F dari radio
"apa? apa maksutmu?! dimana kalian?!" ucap Kapten Aryo
"saya berada....aaaagh!!"

"hei!! ada apa! masuk tim 3!!! apa yang terjadi!!"

Tim 3 pun pun hilang dan tidak menjawab lagi

"kita kehilangan respon dari mereka, ada yang tidak beres disini! kita harus waspada!" ucap Kapten Aryo




Sementara itu di suatu tempat di museum Fatahillah, seorang laki-laki berjalan dengan pasti tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Terkadang sinar bulan yang datang dari jendela besar membuat dirinya terlihat berjalan di lorong museum. Laki-laki itu mendekati seorang anggota S.E.F dari belakang dan langsung menusukkan pisau tajamnya tepat di belakang punggung anggota S.E.F itu hingga ia langsung tewas. Mayatnya pun langsung disembunyikan di dalam ruangan museum itu.

Rekan anggota S.E.F yang telah tewas itu pun bingung karena temannya menghilang. Ia berjalan mendekati sebuah pintu dan melihat ada darah yang tercecer di lantai. Ia mengusap darah itu dengan tangannya dan melihatnya. Ia yakin bahwa ini adalah darah temannya. Ia pun berdiri kembali dan langsung dibunuh oleh laki-laki misterius yang telah berada di belakangnya. Laki-laki misterius itu menusukkan pisau tajamnya langsung ke punggung anggota S.E.F yang langsung tewas itu.


Seseorang anggota tim 4 baru saja melihat anggota S.E.F yang mati dibunuh oleh laki-laki misterius, lalu ia pun menembak laki-laki itu

"diam ditempat! jangan lari!"

Rentetan senjata terdengar malam itu, laki-laki misterius yang tidak lain adalah Balin langsung berlari dengan cepat menuju ujung lorong museum. 2 anggota S.E.F pun mengejarnya

"disini tim 4 masuk! target ditemukan!! kami butuh bantuan!"

Balin bersembunyi di balik tembok dan anggota S.E.F terus mendesaknya dengan tembakan. Anggota S.E.F memerintahkan Balin untuk segera menyerah. Balin membalas tembakan para anggota S.E.F dengan satu tangannya dan tembakan itu mengenai pundak salah satu anggota tim 4 yang langsung terjatuh ke lantai.

"siapa orang ini! dia sangat tangguh!" ucap anggota S.E.F tim 4

Balin keluar dari persembunyiannya dan menembak anggota lain dari tim 4. Ia menembak kedua kakinya hingga terjatuh. Tangan mereka pun ditembak hingga tidak bisa menembak lagi. Balin telah berhasil melumpuhkan tim 4 S.E.F dan ia pun berjalan mendekati kedua polisi yang telah terbaring di lantai itu

"siapa? siapa anda?" ucap anggota tim 4

Wajah Balin muncul dari balik bayangan yang gelap. Wajah dingin yang begitu terkenal di kepolisian terutama anggota S.E.F yang tangguh itu

"anda.....anda Balin kan? polisi terbaik yang telah berhasil menjalankan berbagai misi sebagai anggota S.E.F dan menjadi salah satu pemimpin selain Kapten Aryo,"

"tepat sekali, gw adalah atasan lo," ucap Balin dingin
"kenapa anda mengkhianati kepolisian? apa yang anda pikirkan!!"
"gw muak dengan kepolisian, gw butuh uang lebih," ucap Balin
"tapi anda adalah polisi terbaik kami!! kami mohon sadarlah!"

"gw lebih suka jadi penjahat, gw udah bosan jadi polisi karena peraturan mereka yang membatasi bakat gw ini,"
"jangan bunuh kami, kami mohon, keluarga kami menunggu kami di rumah,"

"sori.....gw selalu menyelesaikan apa yang udah gw kerjain"

Balin pun menembak kedua polisi itu hingga tewas dan langsung meninggalkan tempat itu


Kapten Aryo dan tim 5 S.E.F pun tiba dan mereka melihat kedua mayat rekannya yang telah dibunuh Balin. Mereka terlambat beberapa detik saja dan mereka terlihat menyesal. Kapten Aryo memeriksa mayat anggota S.E.F itu.

"siapa yang melakukan ini, saya yakin ia bukan orang sembarangan, ia terlalu tangguh sampai bisa membunuh 6 anggota S.E.F seorang diri. " ucap Kapten Aryo
"ya saya setuju, dia pasti sangat terlatih," ucap anggota S.E.F lain
"ayo kita lanjutkan misi! kita harus cepat!"
"baiklah!" ucap Kapten Aryo

Keempat polisi yang tersisa itu pun bergerak di bawah bayangan gelap Museum Fatahillah di malam hari. Ia tidak tahu siapa yang telah membunuh rekan-rekan mereka sampai membuat diri mereka sendiri pun takut. Mereka tidak tahu bahwa rekan mereka sendirilah yang membunuh anggota-anggota S.E.F itu. Balin adalah anggota S.E.F terbaik yang sangat berbakat di kepolisian. Walaupun masih muda, ia telah dipercaya untuk memimpin salah satu squad S.E.F yang berjumlah 30 orang. Balin juga adalah polisi yang telah mendapatkan banyak penghargaan kepolisian karena berhasil menjalankan misi dengan sangat baik.

Kapten Aryo berjalan menuju bagian belakang museum yang terdapat meriam berwarna hitam yang terkenal itu. Ia melihat-lihat keadaan di sekitar bersama rekan-rekannya.

"lihat disana!" ucap salah satu anggota S.E.F

Seorang anggota S.E.F melihat rekannya sedang terbaring tak berdaya di ujung taman. Ia bergerak cepat mendekat karena melihatnya masih hidup.

"anda tidak apa-apa?" ucap anggota S.E.F

Rekannya telah terbaring ditanah dengan mulut ditutup lakban dan tangan terikat tali. Anggota S.E.F itu ingin mengatakan sesuatu tapi perkataannya menjadi tidak jelas karena mulutnya ditutup lakban.

"anda bicara apa? biar saya buka lakbannya!" ucap anggota S.E.F

Setelah lakban itu dibuka, perkataan anggota S.E.F itu pun menjadi jelas

"jangan mendekat!! saya telah terpasang bom aktif!"

Ledakkan cukup kuat terjadi di malam itu, 3 anggota S.E.F tewas terkena ledakkan yang dibuat oleh Aruna. Para anggota S.E.F itu telah termakan umpan yang dipasang oleh Aruna dan anggota S.E.F pun sekarang tinggal 3 orang.

Kapten Aryo dan rekannya yang tidak terlalu jauh dari ledakkan terpental cukup jauh hingga terjatuh ke tanah. Mereka sadar bahwa 3 rekan mereka telah tewas malam itu. Mereka pun tidak bisa apa-apa ketika tahu bahwa Balin dan teman-temannya telah menodong mereka dengan pistol. Mereka pun dibawa ke sebuah ruangan.

Kapten Aryo dan rekan-rekannya diikatkan di sebuah kursi dan disiksa oleh Balin, Aruna dan Edo yang memakai topeng

"siapa kalian sebenarnya?" ucap Kapten Aryo yang terluka parah
"apakah anda benar-benar ingin tahu?"
"ya, buka topeng hitam itu,"

Aruna, Balin dan Edo membuka topeng mereka

"kalian? Aruna, Balin, Edo? apa maksutnya ini?" ucap Kapten Aryo
"maafkan kami senior," ucap Aruna
"Edo? kenapa anda mengkhianati saya?" ucap Kapten Aryo
"maafkan saya kapten, tapi saya perlu uang itu untuk berobat anak saya,"
"bagaimana denganmu Balin? apa motivasimu mengkhianati kami?"
"ya saya juga perlu uang itu untuk biaya rumah sakit ayah saya yang kritis karena penyakit stroke" ucap Balin
"lalu bagaimana denganmu Aruna?"
"hutang......hutang saya terlalu banyak terhadap pihak bank dan saya harus segera membayarnya, saya tidak mau dipenjara, maafkan saya," ucap Aruna

"kenapa kalian memilih jalan ini? mengkhianati kepolisian!! dan menjadi budak Bimo!!" ucap Kapten Aryo keras
"tidak ada pilihan lain, karena tidak ada yang bisa membantu kami, hanya Bimo yang bisa memberikan kami harapan," ucap Aruna
"tapi bagaimana kalau dia menipu anda semua?"
"dia tidak akan seperti itu karena uang awal telah ia bayar, lagipula dia akan membayar berapapun bagi orang yang bisa membantunya membunuh keluarga Irham," ucap Aruna

"dimana ibu Irham kalian sembunyikan?"
"kami tidak akan memberi tahu anda, tapi yang jelas ia belum mati,"
"baiklah, lalu apa yang anda ingin lakukan?"
"membunuh anda," ucap Aruna
"silahkan bunuh saja saya agar misi kalian berhasil dan bisa mendapatkan uang itu,"

Balin bersiap menembak Kapten Aryo, pistolnya sudah mengarah ke kepalanya dan satu peluru akan bisa membunuhnya.

"sebelum anda mati saya ingin memberikan penghormatan terakhir kepada anda kapten....kalau bukan demi uang itu saya tidak akan membunuh anda karena andalah polisi terbaik yang dimiliki kepolisian yang begitu setia dan menjalankan misi dengan sepenuh hati, ayah anda Kapten Rendra pun adalah polisi yang terhormat dan menjadi panutan bagi kami semua," ucap Balin

Kapten Aryo hanya tersenyum kecil dengan luka-luka di wajahnya

"bentar lin!! jangan tembak!" ucap Edo sambil mengintip dari balik jendela
"apa maksut lo?" ucap Balin
"lihat di luar, polisi lain sudah datang, mereka menuju kesini! cepat kita harus pergi!"
"brengsek!"

Aruna, Balin dan Edo langsung berlari cepat keluar dari jendela samping dan para polisi itu menembak mereka yang terlihat hendak kabur melalui jendela. Aruna, Balin dan Edo pun berlari dengan cepat untuk keluar dari museum itu melalui pintu belakang. Mereka bertiga pun berhasil kabur dan hilang begitu saja. Para polisi itu langsung membuka ikatan Kapten Aryo dan kedua anggota S.E.F lainnya yang masih hidup

"apa yang terjadi?!" ucap seorang anggota polisi
"mereka......mereka adalah polisi yang berkhianat," ucap Kapten Aryo
"apa maksut anda?"
"ya ketiga orang itu adalah Aruna, Balin dan Edo polisi terbaik kita,"




Jam 01.30 pagi di sebuah atap gedung

Leo sedang mengawasi sebuah kamar hotel yang berada di pusat Kota Jakarta. Sekarang ia berada di atap gedung berlantai 9 untuk membunuh seorang perempuan muda yang cantik. Seperti biasa, ia selalu memakan coklat sambil melakukan tugasnya. Sudah lama Leo menyukai coklat batangan dan menjadi teman setia untuk menemaninya disaat bertugas. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Leo melihat perempuan itu menggunakan baju tidurnya dan sedang menggunakan obat wajahnya sebelum tidur. Sepertinya perempuan itu baru saja selesai mandi setelah pulang beraktifitas dan akan beristirahat.

Leo memakan coklatnya dan membidik targetnya tepat di kepala. Ia telah mendapatkan tembakan yang sempurna dan akan menembak. Namun, perempuan itu langsung berdiri dan berjalan menuju pintu hotelnya. Seorang laki-laki tinggi besar langsung memaksa masuk dan berjalan menuju jendela hotel. Ia menutup tirai di jendela itu dan memperingatkan perempuan itu adalah sasaran pembunuhan. Leo melihat jendela kamar yang telah tertutup tirai itu dan ia memakan coklatnya kembali. Ia terlihat santai dan pergi meninggalkan tempat itu.


"anda bernama Joy? kakak tiri dari Irham bukan?" ucap laki-laki misterius itu
"bagaimana anda tahu? lalu apa yang anda lakukan disini?" ucap Joy
"anda adalah sasaran pembunuhan Bimo, lalu ibu dan adik anda pun demikian,"
"apa? apa yang terjadi dengan mereka?"
"saya tidak tahu, tapi yang jelas Bimo mengincar kalian semua karena dendam masa lalunya yang sebenarnya adalah kesalahpahaman,"
"salah paham? bagaimana anda bisa tahu semua ini?"
"karena saya sebenarnya adalah pembunuh ayah Bimo dan satu-satunya saksi hidup kejadian pembunuhan 1 tahun lalu itu,"

Malam itu laki-laki misterius datang menyelamatkan Joy dari pembunuhan. Laki-laki itu adalah saksi kunci yang telah lama hilang dan datang kembali untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Suatu misteri yang belum pernah diketahui oleh siapapun akan terkuak malam ini

Rabu, 09 Juni 2010

39. Fake Angels

Di siang itu langit berwarna kelabu dan matahari tidak terlihat bersinar terang seperti biasanya. Terkadang terdengar sang kilat yang bergemuruh kecil sambil memperlihatkan sinarnya. Hujan rintik-rintik pun turun perlahan membasahi lapangan dan taman di Sekolah Cemara.

Irham menatap ke arah jendela kelasnya yang penuh dengan air hujan dan ia terdiam. Di dalam hatinya ia berbicara sendiri mengapa hujan selalu datang akhir-akhir ini. Irham menatap terus ke arah kaca itu dan entah kenapa di jendela itu terdapat wajah Karin yang tidak pernah bisa dilupakannya. Irham pun membuang pandangannya dan melihat ke arah buku tulis di atas mejanya. Sebetulnya Irham masih menyayangi Karin tetapi kebencian yang dimilikinya terhadap Karin lebih besar karena Karin telah menipunya dan mencoba membunuh dirinya dan keluarganya. Apapun yang terjadi Irham akan selalu melindungi keluarganya walaupun itu dibayar dengan nyawanya karena Irham sangat mencintai keluarganya.



Sementara itu di suatu tempat, Bimo terlihat menangis siang itu, langit berwarna kelabu gelap di siang itu seperti mencerminkan suasana hatinya yang galau. Ia menangis tersedu sendirian di ruang tunggu rumah sakit tempat Karin dirawat. Ia baru saja mendengar pernyataan seorang dokter tentang keadaan Karin yang kritis. Dokter itu baru saja memberitahukan Bimo bahwa umur Karin tidak akan lama dan kurang dari 2 minggu lagi karena penyakit kronis yang dideritanya. Sambil menangis, Bimo berbisik sendirian

"kenapa rin....kenapa kamu gak bilang dari dulu kalau kamu kanker....kenapa? sekarang semua sudah terlambat...." ucap Bimo

Bimo berdiri dari duduknya, sambil menguatkan hatinya ia berjalan pelan ke depan pintu ruangan tempat Karin dirawat. Dari kaca di pintu itu, Bimo melihat Karin yang berbalut infus di tangan dan hidungnya. Wajah Karin begitu pucat dan matanya menutup rapat seolah ia tidak akan pernah terbangun lagi. Setelah sejenak melihat Karin, Bimo memalingkan mukanya dan berjalan dengan pasti meninggalkan Karin dan pergi entah kemana. Bimo tidak punya waktu banyak, ia harus segera menjalankan rencana untuk menghabisi Irham dan keluarganya



Siang berganti sore dan bel di sekolah Irham pun berbunyi tanda sekolah telah usai. Para murid-murid SMA Cemara terlihat mulai keluar dari kelasnya masing-masing setelah belajar seharian penuh. Irham, Jun dan Kyna terlihat berjalan bersama di samping taman sekolah.

"akhir-akhir ini hujan terus ya...bener ga menurut lo?" ucap Kyna
"iya, ujan terus...mendung terus...bisa banjir lama-lama," ucap Jun
"iya, dari tadi pagi mendung terus ya," ucap Irham
"tapi walaupun hujan, kita jadi belajar bareng kan?" ucap Kyna
"iyalah, harus itu, 1 bulan lagi ujian akhir... gw perlu banget nih belajar sama lo Kyn, lo kan pinter banget," ucap Irham
"bener lo ham!! bener banget!! Kyna tuh cewe terpinter di SMA Cemara!! cantik juga lagi," ucap Jun agak merayu berlebihan

"masa sih? masih banyak yang lebih pinter dari gw di sekolah ini," ucap Kyna
"tapi mereka gak ramah kaya lo Kyn," ucap Jun
"hmm...gitu ya?" ucap Kyna

Irham menabrakkan tubuhnya ke Jun dengan pelan sambil mengisyaratkan sesuatu
"bisa aja lo Jun," ucap Irham cengengesan
"namanya juga usaha," ucap Jun pelan

Tanpa sadar, Jun menginjak genangan air yang berada di pinggir jalan. Ia kaget dan melihat sepatunya yang kotor terkena air itu.

"yaaaah.....siaaal......gw gak ngeliat lagi, elo sih ham dorong-dorong gw," ucap Jun
"yah elo, mana gw tau ada becek kaya gitu, udah tenang aja ntar dibersihin di rumah gw,"

"kenapa lo Jun?" ucap Kyna mendekati Jun
"ini celana sama sepatu gw kotor," ucap Jun
"ooh gitu aja, nih pake kain lap gw aja," ucap Kyna
"wah thank you ya, bener kan kata gw, Kyna tuh baik banget, makasih ya Kyna," ucap Jun senang
"udah deh, jangan geer gitu, kita kan temen,"

Irham tertawa menyindir Jun dan melihat wajah Jun yang berubah drastis menjadi ekspresi yang aneh. Kyna dan Irham pun tertawa melihat Jun yang berekspresi aneh itu dan mereka larut dalam candaan sambil memperlihatkan eratnya persahabatan mereka.





Sore yang mendung itu seorang laki-laki misterius berdiri tegak di depan rumah seseorang. Ia terlihat begitu mencurigakan dengan gerak-geriknya, lalu ia mengintip sebuah rumah dari luar dan masuk ke dalam rumah itu tanpa ragu. Ia mengintip dari balik jendela rumah dan berjalan ke pintu rumah itu. Ia membuka pintu rumah itu perlahan yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk ke dalam rumah itu dan mendengar suara perempuan yang bersuara memanggil seseorang. Laki-laki misterius itu menghiraukan suara perempuan itu dan terus berjalan menuju arah suara itu berasal.

Laki-laki itu melihat seorang perempuan yang berdiri di dapur dan sedang menyiapkan bumbu untuk memasak.

"ham kamu sudah pulang? bagaimana sekolah kamu? dari tadi mamah panggil kamu diam saja, kamu sakit?"

Laki-laki itu berjalan mendekat dan langsung menculik ibu Irham yang langsung pingsan karena diberikan obat bius. Laki-laki itu membawa ibu Irham pergi entah kemana tetapi yang jelas laki-laki ini memiliki niat yang sangat buruk.


Tidak lama setelah kejadian penculikan itu, Irham yang baru sampai rumahnya dengan Jun dan Kyna terlihat sedikit curiga karena pintu rumah yang terbuka. Ia bergegas masuk ke dalam rumah untuk melihat keadaan di dalam. Jun dan Kyna pun mengikuti Irham yang pergi begitu saja meninggalkan mereka. Di dalam rumah, Irham menemukan kejanggalan karena ia tidak bisa menemukan ibunya di setiap ruangan di rumahnya. Irham pun panik dan perasaan takut mulai muncul yang disertai dengan prasangka-prasangka buruk mengenai keadaan ibunya. Kyna yang berjalan di dapur menemukan foto aneh tergeletak di atas meja. Kyna mengambil foto itu dan melihat baik-baik foto itu.

"ham!! lihat ini!" ucap Kyna

Irham langsung menghampiri Kyna dan melihat foto yang dipegang Kyna. Ia mengambil foto itu dari tangan Kyna dan melihat baik-baik foto itu.

"ini....ini kan gambar depan museum Fatahillah, liat deh....bener kan?" ucap Irham
"iya gak salah lagi! ini emang museum Fatahillah!" ucap Kyna yakin

Irham membalik foto itu dan dibelakangnya terdapat tulisan

Jam 12 malam, ruang penjara bawah tanah


Animus bertopeng putih

Irham sangat kesal ketika melihat kata-kata animus di balik foto itu dan ia tahu Bimo adalah orang dibalik penculikan ini. Irham kali ini tidak akan mudah percaya dengan pesan yang dikirim Bimo tetapi ia akan tetap pergi ke Museum Fatahillah besok malam untuk mengikuti permainan Bimo








Keesokan harinya jam 9 malam, tempat persembunyian Bimo

Bimo terlihat duduk santai sambil meminum secangkir gelas anggur. Tidak jauh darinya terlihat ibu Irham yang diikat ditempat duduk dengan mulut dan matanya yang diikatkan kain hitam. Ibu Irham tidak bergeming dan ia masih pingsan dan terlihat memprihatinkan.

Seorang laki-laki dengan paras tidak terlalu tinggi dan dengan badan yang tegap menghampiri Bimo. Laki-laki ini menggunakan Jaket kulit hitam, kaos putih dan celana jeans hitam. Laki-laki ini adalah pembunuh bayaran yang sangat mahir menggunakan senjata. Ia sebenarnya adalah anggota kepolisian sama seperti Kapten Aryo

"apa kabar Ed?" ucap Bimo
"jadi bagaimana? malam ini jam 12 kan," ucap perwira Edo
"ya seperti yang udah gw bilang, lo udah siapin berapa orang?" ucap Bimo
"saya sudah membawa 3 rekan terbaik saya, mereka adalah yang paling hebat dengan keahlian masing-masing,"
"mana gw pengen liat orang-orangnya," ucap Bimo

Tiga orang itu pun muncul dan memperkenalkan diri mereka. Satu diantara mereka bernama Leo yang ahli sebagai penembak jitu, lalu ada juga Balin yang sangat mahir dengan segala jenis tembakan, sangat menguasai ilmu bela diri. Yang terakhir adalah Aruna, ia juga hebat dalam menembak dan ahli menyamar. Aruna hebat dalam taktik dan strategi.

Leo adalah orang yang sangat pendiam dan ia masih cukup muda dengan badan yang berbentuk dan berjambang tebal dengan rambut pendek yang berwarna hitam pekat. Balin adalah orang yang sangat agresif dan tempramental. Ia selalu marah dan tidak pernah tenang sedangkan Aruna adalah orang yang sangat cerdas. Ia orang yang memiliki tingkat intelejensi tinggi dan pintar melakukan tipu daya serta manipulasi

"bagaimana dengan uang yang anda janjikan? setelah saya berhasil membunuh Kapten Aryo dan menculik Bimo dan kakaknya, saya akan mendapatkannya kan?" ucap Edo
"tentu saja, uang 100 juta bukan masalah bagi gw dan semua itu akan gw kasih ke lo berempat kalau lo berhasil menjalankan tugas lo, tuh ambil di koper gw ada 12 juta buat uang muka, lo tinggal bagi-bagi aja,"

"gaya lo belagu banget, lo tuh baru anak SMA, jangan sok kaya deh lo, gw abisin baru tau lo," ucap Balin
"gw gak takut sama lo, gw gak takut sama siapa pun," ucap Bimo sambil mengisi pistolnya dengan peluru
"anjrit gaya abis nih anak, gw abisin aja apa?" ucap Balin sambil melihat ke arah Aruna
"tenang lin, lo harus perhitungkan konsekuensinya kalo lo bunuh dia," ucap Aruna

"konsekuensi? tai!!" ucap Balin
Dengan sekejap Balin mengayunkan pukulannya kepada Bimo lalu suara tembakan keras terdengar berdesing di ruangan itu. Bimo menembakkan pistolnya tepat di sebelah wajah Balin yang terlihat kaget bukan main. Keringat turun dari dahinya dan ia terdiam. Aruna hanya tersenyum kecil seperti menganggap lucu kejadian itu

"mampus lo lin, apa gue bilang," ucap Aruna

Balin tersenyum dengan wajah yang terlihat puas dan ia pun tertawa mengikuti Aruna. Bimo hanya melihat Balin dan Aruna tertawa sambil melihat pistolnya

"ok...sekarang gw akuin lo emang tangguh, gw seneng bisa kerja untuk orang kaya lo, tapi gw harap lo jangan terlalu banyak gaya, kalo bukan karena duit itu udah gw abisin lo mo!" ucap Balin
"abisin? sebelum lo abisin gw, orang-orang gw yang bakal abisin lo," ucap Bimo
"orang-orang? apa maksut lo? Ace itu udah abis! semua orang Ace udah mati dan masuk penjara!" ucap Balin

"Ace......," ucap Bimo sambil tertawa kecil, "Ace itu Arthur dan bukan gw, jadi kalo Ace mati gw gak mati," ucap Bimo melanjutkan pembicaraannya

"ok, sekarang ayo kita berangkat, sebentar lagi udah jam 12 malam dan kita harus mengatur strategi di sana," ucap Edo
"itu urusan gw," ucap Aruna
"ayo cabut!" ucap Balin
"target gw 10 kepala malam ini," ucap Leo

Bimo tersenyum licik sambil melihat orang suruhannya pergi untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Kekuatan Bimo begitu besar sampai membuat keempat pengkhianat kepolisian itu tunduk padanya. Uang dan jaringanlah yang membuat Bimo begitu disegani dan ia sekarang adalah buronan besar kepolisian dengan nama target Animus bertopeng putih. Nasib Irham dan Kapten Aryo pun semakin buruk ditambah dengan pengkhianatan Edo yang lebih mementingkan uang daripada integritas. Edo dan kawan-kawannya tercermin sebagai malaikat palsu yang berpura-pura baik di depan publik sebagai polisi teladan namun sebenarnya mereka tidak lebih dari seorang penjahat dan Bimo tercermin sebagai penguasa yang disegani oleh para malaikat palsu tersebut dan menyebut dirinya tuan

Senin, 07 Juni 2010

YES KELUAR!!

udah keluar lanjutan ceritanya setelah berabad-abad ga keluar