Jumat, 30 Oktober 2009

30. Cesar's Confession

Pagi yang mendung itu, the flame sedang dirundung duka. Mereka sedang berkabung karena kematian sahabat mereka, Sergi dan Vena. Di pemakaman casablanca, Nay, Alan, dan Bonad orang-orang flame yang masih tersisa itu sedang menatap tempat peristirahatan terakhir kedua teman mereka yang berjejer berdampingan. Alan menaruh bunga melati yang ia bawa di atas kuburan Vena.

"gw gak nyangka kita kehilangan sahabat kita lagi," ucap Alan
"mereka mati dibunuh Bimo, kita harus balas kematian mereka," ucap Nay
"gw setuju, kita gak bisa diem terus, 3 sahabat kita udah mati karena Bimo, kita gak bisa diem aja,"ucap Bonad

"apa kita masih the flame yang tangguh itu? kita bukan the flame lagi nad... the flame udah mati," ucap Alan
"the flame belum mati lan, kitalah the flame! teman-teman kita ingin kita hidup dan terus membuat the flame kuat!" ucap Nay
"tapi kita cuma 3 orang... gimana caranya kita bisa mengalahkan Bimo? dia itu geng ace... ace itu kuat," ucap Alan

Nay dan Bonad hanya terdiam, mereka tidak tahu harus bicara apa. Mereka pun mengakui bahwa ace itu kuat. The flame yang tangguh itu seperti sudah kehilangan kobaran apinya, satu per satu kayu yang membakar kobaran api sang the flame telah tiada, api dari sang the flame pun semakin padam

Alvin datang menghampiri Alan, Nay dan Bonad. Alvin langsung memeluk batu nisan Sergi dan menaruh sebuah hiasan bunga di atas tempat pemakaman Sergi

"gi! kenapa lo ninggalin gw! kita ini sahabat! kenapa lo pergi gi!" ucap Alvin bersandiwara
"udah vin, percuma, Sergi udah mati," ucap Alan

"tapi lan! Sergi udah kaya adik gw sendiri! siapa yang tega bunuh dia! bakal gw balas orang itu!" ucap Alvin
"Bimo vin, dia yang bunuh Sergi sama Vena, kita bakal balas mereka, gw gak mau diem aja," ucap Nay

Alvin hanya terdiam lalu berjalan menghampiri Alan, Nay dan Bonad

"kita harus berhati-hati, Bimo terus mengincar kita, mengincar korban berikutnya untuk dibunuh seperti Sergi, cepat atau lambat kita pasti mati" ucap Alvin sambil menepuk pundak Nay

Alvin berjalan menjauh dan meninggalkan Alan, Nay dan Bonad. Ia memakai kacamata hitamnya dan tersenyum licik. Ia tersenyum puas

Nay, Alan dan Bonad melihat Alvin yang jalan menjauhi mereka

"kayanya ada yang aneh sama Alvin," ucap Nay
"iya... kenapa ya dia?" ucap Bonad
"dia bukan Alvin yang dulu kita kenal, dari awal kita kenal dulu juga dia udah paling beda, dia emang misterius" ucap Alan

Angin berhembus kencang pagi itu, pohon-pohon rindang bergoyang cukup kencang, daun-daunnya yang kering gugur berjatuhan dan berserakan di tanah. Alan memandangi kuburan Sergi, ia teringat masa lalunya



"kenalin nama gw Sergi, Sergi Andrian, lo siapa?" ucap Sergi kecil
"gw Alan, salam kenal," ucap Alan kecil
"itu adik lo ya? kalian kembar ya?" ucap Sergi kecil
"iya, kenalin gw Nay, adik kembar Alan," ucap Nay kecil
"wah, baru hari pertama masuk sekolah, udah nemu temen-temen yang asik nih," ucap Sergi kecil

Hari itu adalah hari pertama masuk SMP bagi Sergi, Alan, dan Nay. Mereka belajar di kelas yang sama. Mereka pun menjadi teman akrab dan saling bersahabat.

Suatu hari Nay dan Alan sedang jalan di belakang sekolah untuk pulang ke rumahnya. Alvin dan Bonad mendekati mereka

"bagi duit," ucap Alvin kecil
"gak ada... gw ga punya duit," ucap Nay kecil
"boong, cepet bagi duit... eh lo juga... bagi duit cepet!" ucap Alvin kecil

"apa maksut lo! mampus aja lo! gw gada duit!" ucap Alan mendorong Alvin
"nad hajar mereka! kurang ajar mereka sama gw!" ucap Alvin kecil

"ok bos!" ucap Bonad kecil

Bonad mengancam Alan dan Nay, mereka ketakutan melihat Bonad yang badannya sangat besar itu

"ampun ampun, nih gw kasih duit gw, makan tuh," ucap Alan
"nih gw kasih duit gw, cuma segitu doang" ucap Nay

"nah gitu dong," ucap Bonad

Alvin tersenyum puas melihat uang yang cukup banyak itu, ia bersama Bonad pergi meninggalkan Nay dan Alan

"uang kita abis bang," ucap Nay kecil
"sial tuh orang! siapa si dia! kerempeng jelek gitu aja berani malak-malak! anak kelas berapa sih tuh!" ucap Alan kecil
"ga tau tuh, beraninya bawa bodyguard, beraninya bawa si Bonad," ucap Nay kecil
"iya, beraninya bawa Bonad, siapa yang ga takut coba sama Bonad?" ucap Alan kecil

Kedua saudara kembar itu pun pulang ke rumahnya sore itu


Beberapa minggu setelahnya, sekolah Alan dan Nay sedang mengadakan class meeting yang diadakan setiap akhir semester. Siang itu lapangan basket sekolah dipenuhi oleh para murid-murid yang sedang menyaksikan pertandingan "three on three" basket

Sergi, Alan, dan Nay berdiri di tengah lapangan, mereka memakai baju basket dan terlihat fokus untuk memenangkan pertandingan

Di sisi lain, Alvin, Bonad dan Ben yang merupakan lawan mereka, terlihat serius. Mereka pun tidak mau kalah

"gi, dia yang minggu kemaren malak gw," ucap Alan sambil menunjuk Alvin kecil
"oh dia, tengil banget gayanya... pokoknya kita harus menang lan! kita beri pelajaran mereka!" ucap Sergi kecil
"gw setuju gi! lo siapkan Nay?" ucap Alan kecil
"pasti!" ucap Nay kecil


"nad, pokonya lo hajar aja! jangan tanggung-tanggung, pokonya kita harus menang dengan cara apapun!" ucap Alvin kecil
"ok bos, tapi nanti siang bayarin makan yang banyak ya?" ucap Bonad kecil
"iya, bawel ah," ucap Alvin kecil
"gw jaga yang tinggi itu," ucap Ben sambil menunjuk ke arah Sergi
"ok," ucap Alvin kecil


Pertandingan basket itu pun dimulai, kedua tim itu tidak ada yang mau kalah. Mereka saling bergantian mencetak angka dan saling susul menyusul. Bonad yang berbadan besar itu selalu membuat Sergi dan timnya kewalahan.

Pertandingan sudah cukup lama berlangsung. Skor di papan menunjukkan angka yang tipis, 20-21 untuk kemenangan tim Alvin. Waktu permainan pun sudah hampir habis, tim Alvin sudah siap untuk menikmati kemenangan mereka

"gimana nih gi! waktu udah mau abis! kita bakal kalah!" ucap Alan
"jangan nyerah! masih ada waktu! kita pasti menang! Nay oper bolanya ke gw! lan lo ambil posisi di depan!" ucap Sergi

Alan berlari ke depan melewati Bonad, Nay mengoper bola ke Sergi. Sergi langsung berlari mendribble bola basketnya ke arah depan dan dijaga oleh Ben

"gak bakal bisa lewat lo," ucap Ben

Sergi dengan cekatan dan keahliannya melewati Ben. Ia berlari dan mendapatkan ruang untuk mencetak angka, Sergi bersiap untuk melempar bola basket itu ke ring, namun Alvin berhasil memblock-nya. Bola pun jatuh dan tak dikuasai oleh siapa pun.

"Nay ambil bolanya!" ucap Sergi kecil
"Ben ambil bolanya!" ucap Alvin kecil

Nay berlari dan berhasil mengambil bola itu, ia berlari menuju ring basket, seketika Bonad muncul tepat di depannya

"mau kemana lo!" ucap Bonad kecil

"Nay! oper gw! oper gw! gw kosong!" ucap Alan kecil

Nay mengoper bola itu ke Alan yang tak terjaga, Alan langsung menembakkan bola basket itu ke ring. Bola basket itu terus berputar dan akhirnya memantul keluar dari ring, semua penonton pun bersorak kecewa.

Sergi berlari dan langsung mengambil bola itu dan melakukan "slam dunk" keras yang membuat angka berubah menjadi 22-21 untuk kemenangan tim Sergi. Semua penonton bersorak, peluit tanda permainan berakhir pun berbunyi kencang. Tim Sergi berhasil menang di detik-detik terakhir

Sergi, Alan dan Nay bersorak, mereka sangat senang sore itu, mereka telah berhasil menang dan menjadi juara.

"gokil lo gi! jago banget lo! kita menang gi! menang!" ucap Alan kecil sangat senang
"gw ga tau deh, semuanya cepet banget, tiba-tiba udah masuk aja tuh bola," ucap Sergi kecil sangat gembira
"yang penting kita menang!" ucap Nay penuh semangat

Alan, Nay dan Sergi sangat gembira kala itu, mereka terus bersorak dan berteriak, semua penonton pun bersorak gembira dan bertepuk tangan

"menang! kita menang!" ucap Alan, Nay dan Sergi

Alvin, Bonad, dan Ben keluar dari lapangan dengan lesu. Mereka sangat kecewa karena kalah di detik-detik terakhir

"brengsek! hoki! lo sih nad!" ucap Alvin kecil
"yah gimana dong bos kalah... tapi abis ini makan kan?" ucap Bonad
"makah tuh anduk!" ucap Alvin kecil melempar handuknya ke Bonad

Bonad dan Ben hanya terdiam melihat Alvin yang pergi meninggalkannya itu


Sergi mengangkat piala atas kemenangannya. Alan dan Nay yang berada di sampingnya terlihat sangat gembira. Semua murid bertepuk tangan untuk mengapresiasi semangat mereka. Seorang gadis kecil berambut panjang yang berdiri diantara para murid itu tersenyum. Ia terpesona karena Sergi yang keren itu. Dia adalah Vena

"siapa sih cowo ini? keren banget..." gumam Vena sambil tersenyum melihat Sergi

"hidup 3 stars! hidup 3 stars! tidak ada kalah! kemenangan selalu menunggu kita! hidup 3 stars!

Para murid sekelas Sergi, Alan dan Nay menyoraki kemenangan tim basket kelasnya itu yang menamai tim mereka dengan nama 3 stars. Sore itu 3 stars adalah bintang sekolah dan setelah itu 3 stars menjadi tim "three on three" yang terkenal tangguh di sekolah


"tidak ada kalah, kemenangan selalu menunggu kita, lo inget itu kan Nay?" ucap Alan pelan
"three stars," ucap Nay

Alan dan Nay tersenyum sambil melihat tempat peristirahatan Sergi yang terakhir.

"selamat jalan gi,.....semoga lo tenang di sana...."



Di tempat persembunyian para animus

"rencana kita ngerampok bank gimana mo?" ucap Alvin
"beres! nanti malam kita ngerampok bank," ucap Bimo
"biar si zen sama Alvo aja yang masuk ke bank, mereka bisa gak kedeteksi kamera," ucap Arthur

"gak kedeteksi kamera gimana Arth?" ucap Alvin
"lo tau kan mereka punya ilmu hitam," ucap Arthur

Alvo dan the ghost mendekati Bimo, Arthur dan Alvin

"udah serahin aja sama gw mo, gw sama Alvo bakal masuk dan keluar dari Bank dengan cepat, lo semua tinggal tunggu duitnya aja," ucap Zen
"iya, santai lah, gw sama Zen bukan orang biasa, serahin aja sama kita, santai," ucap Alvo

"lo yakin bisa?" ucap Bimo
"santai mo, urusan kaya gini mah kecil," ucap Alvo
"ok kalo gitu, lo hati-hati lah," ucap Bimo

"yauda ya, gw harus ritual sama Zen, gw cabut dulu ya... mau ritual sama Zen," ucap Alvo

Alvo dan Zen pun pergi untuk melakukan ritual


"mo, 3 orang the flame udah mati... korban selanjutnya siapa?" ucap Alvin

Bimo terdiam sambil berpikir," siapa ya? menurut lo siapa Arth?" ucap Bimo
"gw cape bunuh satu-satu, kelamaan, lama-lama kita bisa ketangkep polisi, Theo sama Felix udah mati... bisa-bisa kita nanti yang mati," ucap Arthur

"jadi apa maksut lo?" ucap Alvin
"kita serang aja markas flame, kita bunuh sisa dari Flame di sana," ucap Arthur
"jadi mau langsung aja ya... gw tau ko markas mereka, jadi kapan kita bakal kesana?" ucap Alvin
"nanti malam,"ucap Arthur sambil menancapkan pisau di meja



Nay sedang berdiam dan termenung sendiri di markas the flame, ia memikirkan teman-temannya yang telah mati satu per satu karena ulah animus itu. Ia pun takut bernasib sama seperti mereka

"gw gak mau mati... pokoknya gw ga mau mati... Bimo bakal gw bunuh... tapi... apa gw bisa..." ucap Nay

"Nay!"

tiba-tiba terdengar suara memanggil Nay

"siapa itu?" ucap Nay sambil menengok ke sampingnya

Seseorang muncul dari balik pohon pinus yang banyak terdapat di depan markas flame itu. Orang itu memakai mantel coklat dan topi. Wajah orang itu ditutupi perban putih yang cukup banyak. Ia juga memakai kacamata hitam

"siapa? siapa lo?!" ucap Nay
"lo lupa gw? lo lupa ketua lo?"

"ketua? apa maksut lo?" ucap Nay
"ketua flame,"
"sagil?" ucap Nay

"apa kabar Nay?" ucap Sagil
"lo kemana aja selama ini? bukanya lo mati di tempat markas anak 5 itu? di kebakaran besar itu?!" ucap Nay
"hampir... tapi gw selamat, seseorang nolong gw," ucap Sagil

"seseorang siapa? siapa yang nolong lo gil?" tanya Nay
"Nay... lebih baik lo ikut gw... gw udah tau semuanya... gw tau the flame diincar oleh animus dan si Arthur itu... gw juga tau teman-teman kita udah mati dibunuh sama animus itu..." ucap Sagil

"dari mana lo tau?" ucap Nay
"lebih baik lo ikut gw Nay, sebelum semuanya terlambat... lo butuh bantuan gw Nay, kita harus membalas kematian teman-teman kita... kita gak bisa diem aja..." ucap Sagil

"gw boleh ajak abang gw sama si Bonad?" ucap Nay
"boleh, cepet ajak mereka... gw gak punya waktu banyak..." ucap Sagil


Sagil memanggil Alan dan Bonad, mereka pun keluar rumah dan kaget ketika mengetahui orang berbalut perban dan bermantel coklat itu adalah ketua mereka yang sudah lama hilang, Sagil.

"gil!! lo masih hidup?! kemana aja selama ini?!" ucap Alan
"gw ada dan selalu memperhatikan kalian dan animus," ucap Sagil
"terus sekarang lo mau ajak kita kemana?" ucap Alan
"tenang aja... lo percaya aja sama gw...lo gak bakal nyesel kalo ikut gw..." ucap Sagil

"lo ikut kan Nay, nad?" ucap Alan
"jelas gw ikut... lo gimana nad?" ucap Nay
"gw gak..." ucap Bonad

"kenapa?" ucap Nay
"kalo gw ikut... siapa yang jaga markas? udah lo bedua aja yang pergi, biar gw yang jaga markas," ucap Bonad
"ok kalo gitu, hati-hati nad, gw cabut dulu sama Alan," ucap Nay

Bonad mengacungkan jempolnya,"ok!"

Sergi, Alan, dan Nay pergi dan menghilang dibalik rimbunnya pepohonan pinus



Sore itu di tempat persembunyian "nighteyes" dan "the ghost"

"dah jam 5 sore, ini waktunya kita ritual... semua keperluannya udah ada kan?" ucap Zen
"santai... udah ada ko... lo ga nyantai deh Zen," ucap Alvo

"bukan gitu... kalo sampe ada yang salah, nyawa kita taruhannya," ucap Zen
"santai lah, gak bakal..." ucap Alvo

"berisik lo vo... Zen bener... jangan sampe ada yang salah buat ritualnya... lo mau dikutuk hah?" ucap Leonard
"iye... santai aja knapa sih... udah ayo ritual...sebentar lagi jam 6 sore... kalo kita ga ritual sebelum jam segitu... kita bisa dikutuk..." ucap Alvo
"ok deh," ucap Zen

Zen membuka jubah hitam dan penutup wajahnya, ia bertelanjang dada. Di punggungnya terdapat simbol aneh. Simbol itu cukup besar dan terdapat tulisan "south" (selatan) di simbol itu. Zen berjalan dan masuk ke dalam kolam besar yang penuh darah itu. Ia pun berendam dan melakukan ritualnya.

Para the ghost yang lain dan Alvo pun melakukan hal yang sama. Semua anggota the ghost memiliki simbol yang sama di punggungnya dengan tulisan yang berbeda. Leonard adalah "North" , Gavin adalah "West" dan Red adalah "East". Simbol dan tulisan itu sangat misterius dan memiliki arti khusus


Di tempat persembunyian animus

"kek, ini Bimo bawakan teh hangat, diminum ya," ucap Bimo
"terima kasih nak... kamu baik sekali..." ucap Kakek Bimo
"istirahat yang cukup kek... kakek kan sudah tua," ucap Bimo
"iya nak... kakek dengar dari Arthur, kalian mau pergi lagi ya malam ini?" ucap kakek Bimo
"iya kek, Karin akan jaga kakek di rumah... saya, Arthur dan Alvin yang pergi," ucap Bimo

"hati-hati ya nak, jaga dirimu baik-baik... sebelum ayahmu meninggal dulu...ia berpesan agar kakek menjaga kalian, maka dari itu, jaga dirimu dan adikmu ya mo," ucap kakek Bimo
"iya kek," ucap Bimo


Arthur dan Alvin berjalan mendekati Bimo dan kakeknya di ruang tamu rumah.

"dah siap mo? ayo pergi," ucap Arthur
"udah, ayo cabut," ucap Bimo

"mo, nih senjata lo," ucap Alvin sambil memberikan pistol kepada Bimo

Arthur, Alvin dan Arthur pergi meninggalkan rumah itu. Mereka memakai jaket hitam dan pakaian gelap. Mereka masuk ke dalam mobil jeep milik Arthur dan pergi di petang itu.

"kek... si Alvin udah pergi ya?" ucap Karin
"iya baru saja, ada apa?" ucap kakek Karin
"Alvin lupa membawa topeng untuk penutup wajahnya," ucap Karin


Jam menujukkan pukul 7 malam, Nay dan Alan sedang berada di tempat yang cukup tersembunyi. Mereka tidak tahu dibawa kemana oleh Sagil

"gil ini dimana sih?" ucap Alan
"ini tempat persembunyian gw sama geng gw," ucap Sagil
"geng? geng apaan?" ucap Nay
"udah lo tenang aja... biar nanti lo tau sendiri," ucap Sagil

Sagil berhenti di depan sebuah pintu besi yang berwarna hitam, ia mengetuk pintu itu. Orang dari dalam melihat Sagil dari lubang yang ada di pintu besi itu

"siapa?" ucap orang itu
"Sagil"
"Sagil apa? apa tujuan lo dateng kesini?"
"Sagil dead hunter, gw kesini untuk membunuh dan memburu kematian," ucap Sagil
"masuk"

"itu kata sandi di tempat ini lan," ucap Sagil sambil membuka pintu besi itu
"oh gitu..." ucap Alan

Sagil, Alan dan Nay masuk ke dalam. Di dalam banyak orang-orang yang sedang mengobrol satu sama lain, ada yang sedang berlatih menembak, bermain kartu poker bersama temannya, minum minuman keras, dan sebagainya. Mereka semua adalah anggota dead hunter. Alan melihat orang-orang itu. Semua orang itu memakai baju yang bertuliskan Dead Hunter

"dead hunter? itu bukannya kelompok pembunuh yang udah lama hilang? kenapa jadi banyak gini anggotanya? bukannya dead hunter itu udah mati?" ucap Alan
"iya... kenapa dead hunter masih ada? siapa orang-orang ini?" ucap Nay

Para anggota dead hunter itu melihat Alan dan Nay seperti orang aneh.

"wah ada anggota baru," ucap anggota dead hunter
"iya nih, kayanya lumayan nih anak," ucap dead hunter yang lain
"kalo lo udah masuk dead hunter! lo harus mati demi dead hunter!" ucap anggota yang lain lagi

Sagil menghampiri Alan dan Nay dengan seorang temannya

"lan, orang ini adalah kunci dari sejarah dead hunter dan ace... dia adalah kakak Arthur yang masih hidup, dia yang nolong gw dari kebakaran besar itu," ucap Sagil

"tapi semua dead hunter itu udah mati kan? mereka udah lama hilang kan?" ucap Alan
"itu gak bener," ucap Cesar

Cesar adalah ketua dead hunter. Ia adalah kakak dari Arthur yang masih hidup. Ia yang meneruskan kelompok pembunuh yang bernama dead hunter itu. Ia berpostur tubuh cukup tinggi, rambut yang pendek dan wajah yang maskulin. Ia selalu memakai jaket abu-abu yang bertuliskan Dead Hunter.

"apa maksut lo gak bener? lo itu siapa?" ucap Nay
"gw penerus dead hunter, dead hunter itu belom mati...mungkin semua orang kira dead hunter itu udah mati karena hilang tiba-tiba... tapi sebenernya masih ada gw... sebenarnya Arthur gak berhasil bunuh semua keluarganya malam itu, dia gagal bunuh kakaknya, yaitu gw," ucap Cesar

"Arthur? siapa dia? bunuh keluarga apa maksutnya?" ucap Alan

"semua berawal dari kejadian 5 tahun lalu, Arthur... adik kandung gw itu... dia udah bunuh semua anggota keluarga gw dan hampir bunuh gw... dia itu gila...,kejadian 5 tahun lalu itu gak bakal pernah gw lupa, karena Arthur lah, dead hunter mati tak tersisa dan cuma gw yang selamat, dia haus akan kekuasaan...dia pergi dan membentuk kelompok baru, yaitu Ace, dia menjadi animus bertopeng merah" ucap Cesar

Alan dan Nay terkejut dan terus mendengarkan cerita dari Cesar. Sementara itu, Bonad di markas the flame sedang dalam situasi yang berbahaya. Bimo, Arthur dan Alvin telah sampai di markas the Flame dan siap membunuh korban mereka berikutnya

Suara ketukan pintu sangat keras terdengar malam itu, Bonad yang sedang tidur itu kaget dan terbangun, ia langsung membuka pintu itu dan melihat tiga orang membawa pistol di tangannya masing-masing. Bonad sangat terkejut malam itu

Bimo mengarahkan pistolnya ke kepala Bonad. Bonad hanya bisa terdiam. Malam itu Bonad yang kuat itu seperti tidak punya kekuatan untuk melawan. Bimo menarik pelatuknya dan siap menembak Bonad. Bonad menutup matanya. Bimo tersenyum kecil, suara tembakan keras terdengar di malam yang sepi itu

Rabu, 28 Oktober 2009

29. The past of the police captain

Para petugas medis mengangkat mayat-mayat para anggota pasukan S.E.F yang telah mati di stasiun kereta kota tua. Kapten Aryo yang tidak sadarkan diri itu sedang dalam masa kritis.

"beri ruang! beri nafas! Kapten Aryo pasti selamat!" ucap perwira Edo yang sedang memberikan pertolongan pertama kepada Kapten Aryo

Jantung kapten Aryo masih belum berdegup, ia masih tidak sadarkan diri dan dalam masa kritis

"kapten... saya mohon... jangan mati di sini... "



"aryo.... aryo........"

Aryo yang masih remaja itu melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya

"Aryo, ayo sarapan... setelah itu kamu pergi ke sekolah ya nak!" ucap ibu Aryo
"iya mah, aku mau belajar yang rajin biar jadi polisi kaya ayah," ucap Aryo
"bagus itu! mamah selalu mendukung kamu yo! sekolahlah yang benar biar jadi seperti ayahmu seorang kapten polisi!" ucap Ibu Aryo

Aryo remaja hanya tersenyum sambil melahap sepotong roti isi pagi itu

Aryo adalah anak yang pintar dan rajin di sekolahnya. Ia selalu mendapat ranking dan juara kelas di SMA nya. Cita-citanya ingin menjadi seperti bapaknya, seorang kapten polisi. Ia selalu membanggakan ayahnya itu. Namun, Aryo remaja bukanlah orang yang berani dan tegar seperti ayahnya yang seorang polisi itu. Aryo adalah orang yang pengecut. Ayahnya sering meragukannya untuk bisa jadi polisi karena watak Aryo yang pengecut itu

Di sekolah

"yo lo tau ga kelompok pembunuh bayaran Dead hunter?!!" ucap teman Aryo
"dead hunter? apa itu?" ucap Aryo
"itu adalah kelompok pembunuh bayaran yang sangat kejam, sudah banyak korban mereka yang dibunuh dengan cara yang sadis. Mereka selalu meninggalkan tanda DH di setiap korban yang dibunuhnya, kemarin mereka membunuh sebuah keluarga kaya di daerah Jakarta Pusat, kamu gak nonton berita?," ucap teman Aryo

"tidak, aku sibuk belajar," ucap Aryo
"dasar kuper lo! nonton dong berita! belajar mulu si lo kerjaannya!" ucap Ivan

Ivan ini adalah Kapten Ivan remaja. Ia adalah teman SMA Kapten Aryo. Dari semenjak SMA sampai dewasa, tingkah laku Ivan tidak pernah berubah

"mungkin nanti saya sempatkan untuk menonton berita," ucap Aryo
"gitu dong! belajar mulu! kaya buku ntar itu muka lo bisa-bisa," ucap Ivan meledek

Aryo hanya diam saja


Sore itu, bel sekolah berbunyi tanda untuk pulang bagi seluruh murid SMA itu

"yah hujan lagi... bagaimana aku bisa pulang..." ucap Aryo

Seorang gadis perempuan cantik menghampirinya dan menawarkannya untuk pulang bersamanya dengan payung yang dibawanya

"bareng saya saja yo," ucap Dewi
"dewi?" ucap Aryo kaget

Aryo sudah menyukai Dewi sejak pertama kali kenal dulu. Dewi pun demikian, namun mereka tidak ada yang berani untuk mengungkapkan perasaan mereka itu

"di luar hujan, ayo bareng saya... saya membawa payung," ucap Dewi
"baik, ayo kalo gitu," ucap Aryo kaku


Aryo dan Dewi pun pulang bersama di bawah guyuran hujan sore itu, jalanan yang becek dan air deras yang turun dari langit membuat jalanan sekitar sepi

"rumah kamu dimana?" tanya Aryo
"rumahku dekat rumahmu... aku sering liat kamu yo," ucap Dewi
"ooh begitu, ternyata rumah kita dekat ya," ucap Aryo
"iya.... yo..."
"ada apa?"
"sebentar lagi kita lulus SMA, mau lanjut kemana?" ucap Dewi
"aku mau masuk akademi polisi, aku mau menjadi seorang polisi seperti ayah," ucap Aryo
"hebat ya," ucap Dewi
"kalo kamu mau meneruskan kemana?"

"aku mau kuliah di bandung," ucap Dewi
"ooh begitu, semoga cita-cita kita terwujud ya,"

Seorang perampok datang menghampiri Aryo dan Dewi yang yang sedang jalan di jalanan sepi itu

"serahkan uang kalian!! atau saya tusuk!!" ucap perampok itu
"jangan! jangan ambil tas saya!" ucap Dewi

Aryo berusaha untuk melawan perampok itu, ia mencoba menolong Dewi untuk mempertahankan tasnya agar tidak diambil perampok itu

"anak kecil bisa apa!"

Perampok itu menusukkan pisaunya ke Aryo namun ia menghindar dan pisau itu tertusuk ke perut Dewi yang tepat berada di belakang Aryo. Dewi terjatuh ke tanah yang basah itu, darah mengalir dari perutnya. Perampok itu lari sambil membawa tas Dewi

Aryo sangat ketakutan sore itu. Di bawah guyuran hujan ia melihat mayat Dewi yang banyak mengeluarkan darah itu. Badan Aryo gemetar, baru kali ini ia melihat orang dibunuh seperti itu. Aryo berlari meninggalkan Dewi yang tewas itu. Aryo sangat takut sore itu, ia bingung harus melakukan apa. Aryo berlari di bawah guyuran hujan sore itu dengan perasaan sesal yang mendalam

"apa ini yang semestinya aku lakukan! apa ini yang disebut tanggung jawab! ayah selalu mengajarkan untuk berbuat baik! tapi apa yang aku lakukan! aku tidak bisa pergi begitu saja! tapi aku terlalu takut! aku takut! kenapa aku selemah ini! kenapa aku begitu pengecut! maafkan aku wi" batin Aryo berteriak


Sesampainya di rumah, Aryo sangat kelelahan bukan main, ia basah kuyup dan badannya gemetaran. Ia baru saja melihat orang yang dibunuh. Aryo masuk ke rumahnya. Rumahnya sangat gelap

"mah! Aryo pulang!" ucap Aryo agak keras

tidak ada sambutan ibunya seperti biasanya

Aryo berjalan ke dapur dan kaget ketika melihat seseorang sedang mengacungkan pistol ke ayah dan ibunya

"lo gak usah sok disini! lo udah bunuh adek gw! dan hampir bunuh Arthur! lo tau apa akibatnya?" ucap seorang Dead hunter

"kalian para pembunuh bayaran memang pantas mendapatkan itu! jangan meremehkan aparat hukum! dead hunter akan segera kami ringkus! kematian adikmu itu adalah langkah awal untuk memusnahkan dead hunter yang kejam!" ucap ayah Aryo

"apa lo bilang? jangan kira dead hunter bakal mudah kalah! lo gak liat situasi sekarang? gw yang pegang senjata dan lo yang bakal mati! satu peluru bisa tembus ke kepala lo!" ucap anggota Dead hunter
"saya tidak takut! saya berani mati demi kebenaran! saya mati pun tidak akan berpengaruh! teman-teman saya akan menangkap kalian! kalian semua akan mati!"

DAR! DAR!

dua tembakan itu menewaskan ayah dan ibu Aryo seketika. Aryo remaja ketakutan bukan main, ia bersembunyi di bawah meja dan meneteskan air mata. Ia menangis

Anggota Dead hunter itu meninggalkan jejak DH di pakaian orang tua Aryo. Simbol DH itu dituliskannya dengan menggunakan darah orang tua Aryo yang sudah mati itu

"dead hunter gak akan pernah mati, sampai kapanpun! masih ada penerus yang sangat potensial yang akan meneruskan keganasan kami! dia adalah adik Arthur,"

Pembunuh yang berasal dari Dead hunter itu pun pergi meninggalkan orang tua Aryo yang sudah tewas itu

Aryo keluar dari kolong meja dan menghampiri orang tuanya yang sudah tewas, di malam itu ia berjanji untuk melawan kejahatan dan menjadi penegak keadilan. Di malam itu ia mengukir janji di hatinya untuk menjadi orang yang pemberani dan tidak pengecut. Ia akan meneruskan apa yang ayahnya lakukan, melawan kejahatan.



"ayah, ibu....... aku masih hidup..." ucap Kapten Aryo
"kapten! kapten bisa mendengar suara saya?!" ucap perwira Edo

Kapten Aryo sadar setelah pingsan cukup lama, ia terbaring di tempat tidur rumah sakit

"dimana saya do?" ucap Kapten Aryo
"kapten ada di rumah sakit, hampir saja kapten tewas, terlambat sedikit, kapten sudah mati," ucap perwira Edo
"apa yang terjadi? seingat saya, ada empat pria berjubah hitam menyerang di stasiun itu," ucap Kapten Aryo
"ya kapten, mereka adalah The ghost, kapten sempat sekarat tadi karena ulah mereka, namun sepertinya ini keajaiban tuhan, sehingga kapten masih hidup," ucap perwira Edo

"saya harus hidup do, saya masih belum memenuhi janji saya kepada orang tua saya," ucap Kapten Aryo
"janji apa kapten?" ucap perwira Edo
"janji untuk menumpas para penjahat, saya berjanji akan menuntaskan para animus ini," ucap Kapten Aryo

"saya tidak ingin ayah saya yang sudah meninggal itu kecewa dengan saya, saya harus mencari penerus dead hunter yang bernama Arthur itu,"

Sabtu, 24 Oktober 2009

28. Reinforcement From Hell

Sergi tewas malam itu, satu tembakan tepat mengenai dahinya. Bimo telah berhasil membalaskan dendamnya. Bimo melihat mayat Sergi yang tergeletak itu. Ia tersenyum puas

"sudah aku tepati janjiku mah.... va..."

Vena berlari dan melihat Sergi pacarnya yang telah mati itu, ia berteriak memanggilnya namun Sergi tidak bergeming.

Vena terlihat lemas, ia menangis sangat pilu, air matanya membasahi wajah Sergi. Vena sadar kalau Sergi sudah mati. Vena mengambil kotak hitam yang dipegang Sergi, lalu ia membukanya. Isi kotak itu adalah cincin yang sangat indah untuk Vena

Vena memakai cincin itu lalu ia membaca tulisan di kotak cincin itu

"Our love will be last forever, I love you Vena"

Vena menangis sangat pilu dan memeluk Sergi yang telah tewas itu. Ia tidak percaya karena Sergi telah pergi selamanya dan meninggalkannya. Kesedihan Vena di malam itu sungguh tak terbendung.

"gi...... ....aku sayang kamu..... aku cinta kamu gi......cinta kita gak akan pernah berakhir....


"itulah ganjaran yang pantas untuk seorang pemerkosa dan biadab kaya dia," ucap Bimo

"apa lo ga tau kalo gw sayang sama dia mo?? lo ga tau seberapa gw sayangnya sama dia!!? dan sekarang!! sekarang dia mati!! lo ga tau apa yang gw rasain mo?!! dasar pembunuh biadab!!!" ucap Vena keras sambil menangis

Bimo tersenyum sinis

"apa lo bilang? lo sayang sama dia? sekarang dia mati dan gw ga tau apa yang lo rasain??" ucap Bimo

Vena hanya terdiam dan melihat Bimo sambil menangis pilu

"perasaan gw sama kaya lo ven, perasaan kehilangan orang yang sangat kita cintai! ibu sama adek gw mati ven!! mati!! semua orang yang gw sayang udah mati karena kesalahan flame!! Mereka semua mati karena orang-orang biadab kaya Sergi!!

"kalo lo jadi gw, apa yang bakal lo lakuin?"

Vena terdiam sejenak, lalu ia menjawab,"gw bakal bunuh orang itu... gw bakal balas dendam ke orang yang ganggu gw dan orang-orang yang gw cinta..." ucap Vena

"itu yang gw lakuin sekarang ven... gw balas dendam atas kematian orang-orang yang gw cinta" ucap Bimo

"gw gak tau mau ngapain lagi mo... bunuh gw," ucap Vena

Bimo mengarahkan pistolnya ke Vena. Vena terdiam dan siap untuk mati. Namun Bimo tidak menarik pelatuk pistolnya, ia melempar pistol itu tepat di depan Vena

"hidup pilihan ven... biar lo yang milih sendiri...." ucap Bimo

Bimo, Alvin, Karin dan Arthur pergi meninggalkan Vena dan Sergi. Bimo telah berhasil membunuh korban keduanya, Sergi

"kenapa lo biarin dia hidup mo?" tanya Arthur
"gw tau pasti dia bakal bunuh diri.... dia terlalu sayang sama Sergi," ucap Bimo


Suara tembakan terdengar keras dari arah tempat Vena dan Sergi berada. Vena telah menembak dirinya sendiri dan mati memeluk Sergi



"Tim alpha masuk!! tim alpha masuk!! sejumlah geng menyerang stasiun kereta kota tua!! kami butuh bantuan segera!!
"Tim alpha disini!! kami segera kesana!!! bertahanlah!!!" ucap Kapten Aryo

Kapten Aryo segera berlari ke mobilnya untuk menuju stasiun kereta kota tua, ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobilnya, namun perwira Edo mengetuk kaca mobilnya

"ada apa do? ayo cepat ikut!! tim delta butuh bantuan di stasiun kereta kota tua!" ucap Kapten Aryo
"tidak kapten! saya mendapat kabar tentang keberadaan animus! tim beta telah menemukan lokasi para animus membunuh korban keduanya! mereka mengaku mendengar suara tembakan dari sebuah cafe di pinggiran kota!" ucap perwira Edo

"baiklah!! kamu bersama anggota tim pergi kesana! saya dengan sisa tim yang lain akan menuju stasiun kereta kota tua!! jaga dirimu baik-baik do!" ucap Kapten Aryo

"baik kapten"

Perwira Edo melihat mobil polisi Kapten Aryo yang berjalan menjauhinya bersama mobil-mobil polisi yang lain

"hati-hati kapten, jangan mati..." ucap perwira Edo



Di stasiun kereta kota tua

"mereka berjumlah cukup banyak, strategi menyebar, buat musuh menyebar.... berikan kemampuan terbaik kalian! kita bukan polisi biasa! kita adalah pasukan elit! jangan bertindak ceroboh!" ucap salah satu anggota pasukan elit

"baik! jangan menyerah dan takut akan geng ini! kita pasti menang! ayo serang ke depan!"

Para pasukan elit itu menyebar dengan kelompoknya, mereka membawa senapannya masing-masing. Mereka mengendap-endap di balik gerbong kereta yang sudah tidak terpakai itu


Anggota Andromeda sedang berjibaku dengan pasukan elit itu. Mereka saling tembak menembak.

"bangsat! jumlah mereka banyak!!" ucap salah satu anggota andromeda
"udah jangan banyak bacot! kita diperintahin Arthur untuk menahan mereka! ayo tembak lagi!" ucap Felix

Felix menembakkan senapannya ke arah pasukan elit itu, namun tembakkannya meleset dan para polisi elit itu bersembunyi di balik tembok

"sial! gak ada yang kena! bagi peluru mon!" ucap Felix
"nih bos!" ucap Semon


"maju! maju! anda serang dari kiri! saya dari kanan! kita kepung dia!" ucap anggota pasukan elit

Para pasukan elit itu menembak para anggota geng andromeda, mereka semua tewas di sana. Felix berlari menjauhi para polisi elit itu, ia kabur karena takut mati seperti teman-temannya

"anjing! si Theo sama Leonard mana lagi!" ucap Felix

DAR!

Tembakkan terarah anggota pasukan elit mengenai punggung Felix yang sedang berlari itu

"aaah!!!... shi......shiit!" ucap Felix yang meringis kesakitan

Ia pun terjatuh dan tewas

"andromeda telah lumpuh total! satu geng telah lumpuh!" ucap anggota pasukan elit itu

Pasukan elit ini sangat tangguh dan memiliki kemampuan taktik menyerang dan bertahan yang baik. Mereka memang dibuat khusus untuk anti teror. Mereka dikenal dengan sebutan S.E.F Delta anti teror (Special Elite Force)


Geng bomber berjalan bersama dengan jumlah yang cukup banyak. Mereka membawa senjata peledaknya masing-masing. Wajah mereka tampak bringas, berjalan dengan penuh kekejaman untuk membunuh para pasukan S.E.F itu. Di tengah-tengah mereka, Theo berjalan di depan dengan membawa senapannya

"andromeda udah kalah total, kita diperintah Arthur untuk mengalahkan pasukan elit ini! jangan ada yang mundur! bunuh semua yang berseragam hitam! tidak ada ampun! maju!!!" ucap Theo keras

"lapor! lapor! sejumlah anggota geng bersenjata lengkap menyerang sisi barat stasiun! kami butuh bantuan!" ucap anggota S.E.F
"kami segera kesana!" ucap anggota S.E.F yang lain

Baku tembak terjadi antara S.E.F dan geng bomber, mereka terus adu kehebatan menembak satu sama lain. Satu per satu geng bomber pun mati berjatuhan karena ketangguhan S.E.F ini. Kemampuan menembak geng bomber jauh di bawah S.E.F

"eo! semua udah mati! tinggal kita berdua! mampus kita!" ucap anggota bomber
"gila! pasukan elit itu kuat! tembakkannya tepat sasaran semua! kita harus berhati-hati!" ucap Theo

DAR!!!

Theo melihat temannya tertembak di kepalanya, darah temannya muncrat membasahi tembok dan wajahnya, ia melihat temannya mati dengan kepalanya yang pecah. Theo ketakutan.

"mampus... mati dah gw..." ucap Theo sangat ketakutan

Theo berlari meninggalkan tempat itu dan menuju mobil untuk kabur dari stasiun kereta.

"bagus! gw berhasil kabur!" ucap Theo

Theo membuka pintu mobilnya, ia segera ingin masuk ke dalam mobil dan kabur, namun semuanya terlambat, kepalanya tertembak oleh salah satu anggota S.E.F yang baru tiba itu. Dia adalah kapten Aryo

"anda pantas mendapatkan itu! jangan pernah meremehkan aparat hukum!" ucap kapten Aryo

Theo terjatuh di tanah, mulutnya mengeluarkan darah, kepalanya tertembus peluru dan terdapat satu lubang yang terus mengeluarkan darah. Theo yang tangguh itu telah tewas


"Kapten Aryo! semua geng sudah tewas! andromeda dan bomber sudah tewas!" ucap salah satu anggota S.E.F

"kerja bagus! lalu anggota tim kita? semua masih hidup?" ucap kapten Aryo
"ya kapten! semua masih hidup! kemenangan milik kita!" ucap anggota S.E.F itu tersenyum puas

Para pasukan S.E.F itu berkumpul dan tertawa lega karena berhasil melumpuhkan para geng. Mereka puas karena telah menang malam itu. Mereka bisa pulang dengan bangga

"untung semua berjalan sesuai rencana kapten!" ucap salah satu anggota S.E.F
"ya! taktik kita tepat! misi kita berjalan sempurna malam ini!" ucap Kapten Aryo

"ini semua berkat kapten yang merencanakannya dengan baik,"

Kapten Aryo membuka helm dan maskernya, lalu ia berkata,"bukan.... bukan karena saya... ini semua karena kerja sama tim yang baik..."


Di dalam mobil, the ghost sedang berbincang

"jadi kita dalam situasi yang kalah ya?" ucap Leonard the ghost
"iya, kita diperintah Arthur sebagai bantuan tambahan untuk melawan pasukan elit itu..." ucap Zen the ghost

"cih... sama polisi bencong gitu aja kalah... gw buat diem semua ntar!" ucap Gavin the ghost
"sampah! sampe minta bantuan kita segala," ucap Red the ghost

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan pintu masuk stasiun kereta itu, para the ghost yang menyeramkan itu pun turun dari mobil dan berjalan masuk dengan tenang ke dalam stasiun

"kita lakukan seperti biasa kan?" ucap Zen
"ya, waktu kita tidak banyak, kekuatan kita ada batas waktunya, kalo tidak kita akan dikutuk," ucap Leonard
"tenang aja... polisi beginian mah cuma bentar juga udah beres..." ucap Red
"belom tau mereka siapa kita..." ucap Gavin


Leonard, Gavin, Red dan Zen berjalan santai menuju bagian tengah stasiun kereta itu. Mereka seperti tidak ada perasaan takut sama sekali. Mereka terlihat tanpa beban sedikit pun

Gavin, Red dan Zen adalah anggota The ghost. Ia menggunakan jubah hitam dan penutup wajah yang sama seperti Leonard pemimpinnya. Gavin, Red dan Zen memiliki kemampuan mistis yang mengerikan

"kita harus menyusul perwira Edo di perbatasan kota... tim beta telah menemukan lokasi animus membunuh korban keduanya..." ucap Kapten Aryo
"baik kapten! ayo kita bersiap dan pergi!" ucap salah satu anggota pasukan S.E.F

Leonard mendekati para pasukan S.E.F itu, ia terlihat sangat santai
"mau kemana buru-buru... pestanya baru mau dimulai," ucap Leonard

Para pasukan S.E.F itu pun kaget ketika Leonard dengan jubah hitamnya berada tepat di depan mereka
"siapa kamu! jangan bergerak! tetap di tempat!" ucap anggota S.E.F

"santai dikit kenapa... langsung ngacungin senjata gitu... ga ramah lo ah!" ucap Gavin
"berisik lo vin," ucap Red

"angkat tangan kalian ke atas dan berbalik!" ucap anggota S.E.F itu

Para the ghost itu tidak mempedulikan perintah dari pasukan S.E.F itu. Mereka hanya diam saja
"saya bilang angkat tangan kalian! atau saya tembak!" ucap anggota S.E.F itu

Gavin tersenyum melihat para anggota S.E.F itu. Para anggota S.E.F itu kaget dan seperti merasakan sesuatu yang aneh di perutnya

"aakkh, perut saya! perut saya kenapa! aaaakkkkkh!!!!"

Semua anggota S.E.F itu memegangi perutnya, sebuah kelabang besar keluar dari mulut mereka, para anggota S.E.F itu pun mati terkena sihir Gavin

"heh! 5 udah mati! selanjutnya mana," ucap Gavin
"gitu doang aja belagu," ucap Red
"kenapa si lo Red! kagak suka ma gw! mau gw masukin kelabang ke perut lo!" ucap Gavin
"masukin! ga takut gw! ntar setan-setan gw yang bakal bunuh lo!" ucap Red

"hiiiii. ngeri gw sama peliharaan lo! piss Red! ok?!" ucap Gavin

Red hanya terdiam

"jadi pada pamer kekuatan nih ceritanya," ucap Zen
"jangan ribut... liat di depan ada polisi" ucap Leonard

Para pasukan S.E.F dan Kapten Aryo berdatangan dan mengepung the ghost. Mereka semua mengarahkan senapannya ke arah The ghost yang berdiri santai itu.

"kepung mereka dari semua sisi! jangan ada celah!" ucap kapten Aryo
"kapten! anggota tim kita tewas!" ucap salah satu anggota S.E.F

Kapten Aryo melihat mayat para anggota S.E.F yang tergeletak di tanah karena dibunuh oleh Gavin tadi.

"siapa kalian!? pasti kalian bagian dari Ace!?" ucap kapten Aryo

"lo siapa? kita ini the ghost" ucap Gavin
"kita? lo mah gak kali vin," ucap Red

"kalian kami tangkap! hey cepat borgol tangan mereka!" ucap kapten Aryo menyuruh anggota pasukan S.E.F memborgol tangan the ghost itu

"tangkep? gak salah denger gw? makan nih peliharaan gw!" ucap Red

Red mengeluarkan kotak yang berisi abu berwarna hitam, lalu ia meniupkan abu itu. Abu itu berubah menjadi iblis-iblis menyeramkan. Iblis itu berbentuk sangat besar dengan tanduk di kepalanya dan giginya yang tajam, matanya hitam dan memiliki sayap besar di punggungnya. Iblis ini adalah Asmodai

2 iblis lagi yaitu Samael dan Astaroth memiliki bentuk yang agak lain. Samael adalah iblis berbentuk manusia setengah domba, kepalanya bertanduk seperti domba, badannya tinggi besar dan bersayap angsa.

Astaroth adalah iblis yang bersayap dan membawa ular di tangannya. Ia juga selalu menunggangi binatang setan yang berbentuk menyeramkan


Para anggota S.E.F dan kapten Aryo ketakutan bukan main melihat ketiga iblis neraka itu tepat di depan mereka. Mereka menembaki iblis itu, namun semua itu tidak ada gunanya. Satu per satu dari anggota S.E.F itu mati karena iblis jahat itu. Sebagian mereka nyawanya di bawa ke neraka dan ada juga yang nyawanya dimakan oleh Asmodai

Semua anggota S.E.F malam itu mati tak tersisa. Para iblis neraka itu telah membunuh mereka dengan cara yang sangat kejam.

"dah selesai?" ucap Gavin
"udah, ayo pulang," ucap Red

The ghost dengan santai pulang meninggalkan para anggota S.E.F yang telah tewas itu. Mereka telah menang dengan mudah. Mereka mengalahkan pasukan elit yang tangguh itu dengan sangat cepat. The ghost berjalan menjauhi mayat-mayat pasukan S.E.F yang tergeletak di tanah dan menghilang di balik kegelapan malam. Para utusan dari neraka itu telah pergi dan berhasil menjalankan tugas mereka



Di cafe tempat animus membunuh Sergi itu, perwira Edo bersama rekan timnya sedang memeriksa cafe milik Alvin itu

"kita periksa semua ruangan! ayo menyebar!" ucap perwira Edo

Rekan-rekan polisinya menyebar untuk memeriksa cafe yang telah kosong itu. Perwira Edo pergi ke bagian atas cafe itu, disana ia melihat 2 mayat yang tergeletak. Ia mendekati mayat itu dan melihat mayat seorang laki-laki dan perempuan yang sudah tewas penuh darah.

"kita terlambat... mereka sudah tewas," ucap perwira Edo

Para polisi berdatangan menghampiri Edo. Mereka terdiam dan melihat mayat Sergi dan Vena

"segera kirim petugas medis ke atas... ada dua mayat di sini," ucap perwira Edo

Mayat Sergi dan Vena dimasukkan ke dalam kantong mayat berwarna kuning itu lalu dibawa ke ambulan yang sudah siap untuk membawa mayat itu ke rumah sakit

"do! cepat bantu kami! sepertinya ada bom aktif di sini!" ucap salah satu anggota polisi
"apa?!!" dimana?!" ucap perwira Edo

Perwira Edo langsung menghampiri rekan-rekan polisinya untuk melihat bom yang aktif itu. Para polisi itu menemukan bom itu di pojok ruangan dan dalam keadaan aktif

Edo melihat bom itu, waktu di bom itu menunjukkan angka 3 menit dan bergerak mundur.

"cepat! waktunya tinggal 3 menit lagi! kita harus menjinakkannya! cepat panggil tim gegana!" ucap perwira Edo
"baik!"


Tak lama tim gegana pun muncul dan segera menjinakkan bom itu.

"cepat menyingkir dari sini! semua keluar!" ucap Aldi salah satu anggota tim gegana

Semua polisi selain tim gegana keluar dari cafe itu, mereka berada di luar dan berdoa semoga tim gegana berhasil menjinakkan bom itu


Tim gegana terus berusaha menjinakkan bom itu, mereka membuka bom itu dan meneliti bagian dalam bom. Mereka terus berusaha untuk me-non aktifkan bom itu.

"kita harus tenang, kita sudah terbiasa melakukan ini pada saat latihan kan," ucap Aldi yang bercucuran keringat karena sangat tegang
"iya, tapi kita harus cepat membuat keputusan, waktunya tinggal 1 setengah menit," ucap anggota gegana lain

"sabar... ketenangan itu lebih penting," ucap Aldi

Aldi dan tim gegana terus membongkar bom itu. Mereka menemukan 3 kabel berwarna merah, putih dan biru

"mana yang menurut kalian paling kejam? animus merah, putih atau biru?" ucap Aldi
"biru"
"merah"
"putih"
"merah"
"putih di"

ucap rekan-rekan tim gegana

"jadi warna apa yang harus kita potong!" ucap Aldi tegang

Teman-temannya hanya diam dan bingung, mereka takut salah pilih

"gw ga tau deh di... gimana nih?"
"cepet! waktunya tinggal 30 detik!"

Bom waktu itu terus berdetik cepat. Angka 30 detik itu terus mundur dan dengan cepat menuju angka nol. Para tim gegana semakin tegang

Aldi menelan ludahnya, tangannya gemetaran sambil memegang tang untuk memotong kabel bom. Lalu ia menarik nafas, dan memutuskan untuk memotong salah satu kabel

"biru, merah, atau putih?" ucap Aldi
"gw yakin putih di!" ucap salah satu temannya

Angka di bom itu menunjukkan 10 detik

"10 detik lagi!!!"

10...9.....8.....7........6......5....4.....3. "Aaaaaaaaaaaaaah hitaaaaaam!"

Aldi memotong kabel hitam yang ada di bawah kabel merah, biru dan putih itu. Seketika bom waktu itu berhenti tepat di angka 2 detik

"fuuuuh... berhasil..." ucap Aldi

Semua anggota tim gegana bersorak dan gembira, mereka menyelamati Aldi dan memeluknya. Mereka sangat bersyukur karena Aldi telah membuat keputusan yang tepat

"selamat di! keputusan yang bagus di 2 detik terakhir!" ucap anggota gegana
"iya... lo ga tau sih gw tegang banget tadi..." ucap Aldi yang wajahnya penuh keringat
"gokil friend! temen gw nih!" ucap anggota gegana yang lain sambil merangkul Aldi

Aldi hanya tersenyum dan puas dengan keputusannya yang menyelamatkan dirinya dan teman-temannya

"gw beruntung... terima kasih tuhan," gumam Aldi


Tim gegana keluar dari cafe itu dan di sambut sorak sorai dari para polisi yang menunggu di luar. Mereka sangat senang karena bom itu tidak meledak. Tim gegana mengamankan bom yang sudah tidak aktif itu

"kerja kita bagus malam ini! kita berhasil menggagalkan bom itu!" ucap salah satu anggota polisi
"iya, syukurlah kita sampai tepat waktu dan mempunyai tim gegana yang hebat," ucap Edo

Aldi menghampiri Edo yang merupakan rekannya di akademi polisi dulu
"do! masih inget sama gw kan! temen akademi lo dulu!" ucap Aldi

Edo melihat Aldi dengan baik, ia berusaha mengingat

"temen akademi? siapa ya?" ucap Edo
"yaaaah... payah lo do... gw Aldi! temen sekamar lo dulu yang suka ngelawak," ucap Aldi konyol

"ngelawak?! lo! lo! Aldi!!!" ucap Edo
"iya! hahahaa, gw gak nyangka sekarang lo botak begini!" ucap Aldi
"hahaha sial lo! apa kabar di! lo jadi gegana ya sekarang... hmm... hebat lo" ucap Edo

"iya...ngikutin bokap gw yang udah meninggal," ucap Aldi pelan
"lo pasti sehebat bokap lo kan," ucap Edo
"harus do... gw ga mau mati kaya bokap... gw harus hidup di setiap saat gw melawan bom waktu...bom waktu udah ngambil bokap gw... tapi dia gak bakal bisa ngambil gw," ucap Aldi

Edo hanya tersenyum bangga kepada teman lamanya Aldi

Seorang anggota S.E.F menghampiri Edo

"selamat malam petugas Edo!" ucap anggota S.E.F itu sambil memberi hormat
"selamat malam! ada apa pak?!" ucap perwira Edo

"Kapten Aryo telah tewas di stasiun kereta kota tua"

Kamis, 22 Oktober 2009

27. My mother and sister were dead because of you

Seandainya mamah punya satu kesempatan untuk hidup lebih lama
tak akan mamah sia-siakan kesempatan itu
Seandainya tuhan memberi mamah lebih banyak waktu
akan mamah manfaatkan waktu itu dengan baik

Namun tuhan punya rencana lain untuk mamah
Mamah bisa merasakannya, tuhan memanggil mamah
Sepertinya waktu mamah tidak akan lama lagi
Seandainya itu memang benar terjadi, kuatkanlah diri kalian
selamat tinggal anak-anakku, tidurlah yang nyenyak malam ini

Ibumu tercinta, Vania Serlina



Pagi itu Sergi bersama teman-temannya memberikan surprise ulang tahun kepada Vena yang sedang tertidur di kamarnya. Para the flame itu sudah membawa kue tart coklat dengan lilin berbentuk angka 17 tahun dengan apinya yang masih menyala.

"Selamat ulang tahuun sayangkuuu!!!" ucap Sergi kepada Vena yang baru bangun pagi itu

"hah??? ada apaan niih??? aduuuuh!!! masii pagiii!!! kaget deh!!!!" ucap Vena yang masih terkantuk-kantuk dan kaget ketika teman-teman flame nya memberikan surprise ulang tahun di pagi buta itu

"selamat ulang tahun sayang, panjang umur yah, tetap sayang sama aku..." ucap Sergi tersenyum sambil mengecup kening Vena
"iya sayangku... makasih ya... duuuh... seneng banget deh dikasih surprise kaya gini!! makasi ya guys!!!" ucap Vena senang

"iya ven, kita sengaja ngasih surprise gini, senang kan lo? hehehe... selamat ultah ya ven, yang langgeng sama Sergi, moga-moga tar kalo udah kawin gw diundang ya trus punya anak yang banyak... hahaha," ucap Alan

"met ultah ven, moga lo tambah cantik aja, hehehe..." ucap Nay
"met ultah ya ven, tapi kuenya gw bagi yang banyak ya, gw laper ven..." ucap Bonad

"hahahahaha... makasi banyak ya nay imut sama bonad lucu... hehehe... thx bangett!!" ucap Vena
"loh kok gw nggak? parah parah parah..." ucap Alan
"ah lo mah apaan! hahaha, canda gw lan, iya makasih ya lan, friend gw banget deh..." ucap Vena tersenyum

Mereka pun bersenang-senang sambil menikmati kue tart coklat itu, pagi itu semua terasa hangat dan Vena sangat bahagia karena baru saja merayakan ulang tahun ke 17 nya bersama teman-teman terbaiknya

"eh, si alvin mana?" ucap Vena sambil menikmati kue tart
"bentar lagi juga dateng, kamu harus liat apa yang dia bawa..." ucap Sergi
"emang bawa apa dia?" tanya Vena

"kita sengaja patungan ven buat beli kado istimewa buat lo," ucap Nay
"hah serius??? hadiah apa? seneng banget deh!! makaasi ya!!" ucap Vena

"liat aja ven bentar lagi..." ucap Nay
"eh si Alvin udah di depan, gw ke depan dulu ya..." ucap Sergi


Lalu tak lama, Alvin dan Sergi pun masuk ke dalam sambil membawa bingkai foto yang cukup besar

"Ven... met ultah ya! nih liat apa yang gw bawa?!!" ucap Alvin
"waaaah!! keren banget!! ini kan foto2 kita jaman dulu!! lucu banget dibingkai gini!!" ucap Vena sambil melihat bingkai foto yang bertuliskan "Happy Birthday Vena"

"ini hadiah spesial buat lo ven dari kita semua... lo suka kan?" ucap Alvin
"sukaa banget!!! makasihh yaaa!! gw seneng banget deh hari ini!! mimpi apa gw semalem!!" ucap Vena sangat senang


Para anggota The Flame yang lain hanya tersenyum melihat Vena yang sangat gembira itu.

Beberapa lama kemudian
"ven... nanti malam ikut aku ya, aku mau nunjukkin sesuatu buat kamu," ucap Sergi
"mau nunjukkin apa gi?" ucap Vena
"ada deh... pokoknya ikut aja... aku punya kejutan buat kamu," ucap Sergi
"ok sayang!" ucap Vena tersenyum


Siang hari itu, Irham dan Kyna sedang berada di kantor polisi tempat Kapten Aryo dan perwira Edo bertugas, ia sedang berunding untuk menggagalkan aksi pembunuhan misterius geng ace yang akan dilakukan malam ini


"kali ini pembunuhan akan dilakukan di stasiun kereta kota tua jam 10 malam, bagaimana menurutmu do? kita harus apa?" ucap Kapten Aryo
"menurut saya kapten, lebih baik kita bawa pasukan yang cukup banyak dengan perlengkapan lengkap untuk melumpuhkan geng ini, disana kita akan bekuk mereka dari berbagai sisi agar mereka tidak bisa lari, bagaimana kapten?" ucap perwira Edo

"hmm... itu ide bagus... kita harus siapkan pasukan yang cukup banyak," ucap Kapten Aryo
"tapi kapten, sebaiknya kita jangan terlalu percaya oleh pesan dari animus itu, bisa saja itu hanya pesan menjebak," ucap Kyna

"ya bisa saja begitu, jadi sebaiknya kita harus apa? bagaimana menurut kalian?" ucap Kapten Aryo
"kalo menurut saya kapten, lebih baik beberapa pasukan khusus polisi menuju stasiun kereta di kota tua itu dan beberapa lagi tetap berjaga-jaga di tempat-tempat yang biasa geng ace bersembunyi," ucap Kyna

"tempat geng ace bersembunyi? hmm... maksut kamu gedung-gedung dan bangunan tua itu? tapi kami sudah mengecek tempat-tempat itu, dan hasilnya nihil, tidak ada para animus itu disana," ucap Kapten Aryo

"kapten... animus adalah orang yang licik dan cerdas, mereka tidak akan sebodoh itu memberitahukan tempat pembunuhan korban selanjutnya secara gamblang seperti yang terdapat di sms Irham itu, terlebih mereka sudah tau kalo mereka adalah buruan utama polisi. Logikanya mereka akan menghindari polisi semaksimal mungkin," ucap Kyna

"jadi maksut lo kyn, pesan animus yang dikirim ke gw itu cuma pesan bohong atau jebakan?" ucap Irham
"tepat!" ucap Kyna

Kapten Aryo dan perwira Edo berpikir sejenak, mereka terdiam sambil memikirkan strategi untuk membekuk para animus ini

"baiklah kalo begitu, kami akan mengerahkan banyak tim kali ini... 1 tim akan pergi ke stasiun kereta kota tua itu, dan sisanya akan berjaga-jaga di perbatasan kota dan pusat kota untuk mengawasi bekas tempat persembunyian animus itu," ucap Kapten Aryo

"ya sebaiknya begitu kapten," ucap Kyna

"do, cepat beritahukan markas pusat untuk membawa pasukan khusus dengan jumlah yang cukup banyak, malam ini harus membuahkan hasil! jangan sampai kita gagal lagi!" ucap Kapten Aryo

"siap kapten!" ucap perwira Edo



Hari sangat cepat berlalu, malam begitu cepat datang. Malam itu Vena di kamarnya sedang bersiap-siap untuk pergi bersama Sergi. Vena menyisir rambut panjangnya, dan menghias bibir sensualnya dengan lipstik merah hati dan membuatnya menjadi lebih sensual seperti biasanya. Ia memakai gaun hitam panjang yang sangat elegan

Sergi yang keluar dari kamarnya dengan tuxedo hitam, terlihat sangat rapi dan keren. Ia berjalan tegap menuju kamar Vena untuk mengajaknya pergi. Ia membuka pintu kamar Vena

"kamu udah siap? ayo kita pergi sekarang, nanti keburu malam, sekarang sudah jam 9..." ucap Sergi
"iya sayang, sebentar lagi, sabar ya..." ucap Vena tersenyum

"ok... aku tunggu di mobil ya," ucap Sergi sambil berjalan pergi ke mobilnya


Di ruang bawah markas The Flame

"mau pergi kemana gi?" ucap Alan yang sedang santai di ruang tengah
"biasa, candle light dinner sama Vena," ucap Sergi
"ooh... asik nih, ide nya si Alvin ya?" ucap Alan

"iya, dia yang nyiapin semuanya, semoga Vena seneng sama kejutan ini," ucap Sergi

Sergi pergi ke mobilnya, lalu ia masuk ke dalam dan menyalakan mobilnya. Di dalam mobil ia merenung sendiri memikirkan keadaan orang tuanya. Ia merindukan orang tuanya

"pah, sedang apa pah? sudah makan malam?" tanya Sergi di telepon
"oh kamu nak, tumben malam-malam telepon, papah sudah makan, bagaimana kabarmu nak?" tanya ayah Sergi
"aku baik pah, entah kenapa aku kangen sama papah dan mamah," ucap Sergi
"kalau kangen, cepatlah pulang, kami juga merindukanmu nak," ucap ayah Sergi

"iya pah, malam ini aku akan pulang ke rumah bersama Vena untuk menengok papah dan mamah," ucap Sergi
"baguslah kalau begitu, jadilah anak yang baik gi," ucap ayah Sergi

"pah..." ucap Sergi
"ada apa?" tanya ayah Sergi
"aku minta maaf karena selalu membohongi papah dan mamah, aku minta maaf karena tidak bisa menjadi anak yang seperti papah inginkan, aku selalu mengecewakan papah dan mamah," ucap Sergi

"tidak nak, kamu anak kebanggaan kami, kami sangat menyayangimu, pulanglah nak, kami merindukanmu disini," ucap ayah Sergi

Sergi hanya terdiam

"halo! gi kamu masih disitu?" tanya ayah Sergi
"iya......," ucap Sergi
"ada apa denganmu nak?" tanya ayah Sergi

"pah, jaga mamah baik-baik, mungkin kita gak akan ketemu lagi pah...." ucap Sergi

Sergi menutup telepon itu lalu ia hanya terdiam, ia merenung sendiri. Tiba-tiba Vena masuk ke dalam mobil

"ayo gi berangkat," ucap Vena
"udah siap?" tanya Sergi
"iya ayo kita pergi.... gi kamu keliatan sedih, ada apa?" tanya Vena
"gapapa," ucap Sergi pelan



Kapten Aryo bersama timnya sedang mengintai bangunan tua yang pernah dijadikan animus untuk besembunyi. Kapten Aryo memakai seragam pasukan khusus dengan masker hitam yang menutupi semua wajahnya kecuali matanya. Ia juga memakai rompi hitam, dan helm hitam khusus standar untuk pasukan elit. Ia juga memegang senapannya

"semua unit! apakah ada tanda-tanda dari animus?" ucap Kapten Aryo
"tim delta masuk, belum ada tanda-tanda dari animus di stasiun kereta, tetap waspada," ucap salah satu anggota tim delta
"tetap waspada dan segera lapor apabila ada yang mencurigakan,"ucap Kapten Aryo


"kapten, bagaimana apabila animus itu tidak ada disini?" ucap perwira Edo
"semoga saja tim lain berhasil menemukannya di area lain, berdoa saja," ucap Kapten Aryo
"ok kapten," ucap perwira Edo



Sergi dan Vena telah sampai di tempat yang sepi itu. Tempat itu sangat sepi dan jarang dilalui orang. Sergi dan Vena berada di cafe daerah pinggiran kota. Cafe itu tidak terlalu besar dan tidak ada pengunjung sama sekali. Tempat itu telah dibuat khusus oleh Alvin untuk kejutan Vena

"jangan ngintip ya," ucap Sergi
"kita ada dimana gi?" tanya Vena yang matanya ditutup kain hitam
"udah tenang aja, tar liat aja," ucap Sergi

Sergi dan Vena menuju bagian atas cafe itu. Di bagian atas cafe itu, hanya terdapat satu meja khusus untuk Sergi dan Vena makan malam. Hidangan sajian makan malam pun telah tersedia di atas meja. Pemandangan dari atas cafe itu sangat indah. Hamparan luas kota Jakarta dapat terlihat dari bagian atas cafe itu

"aku buka ya penutup matanya," ucap Sergi

Vena terkejut dan melihat sekelilingnya, ia berlari ke pinggir atap cafe itu

"waaah... keren banget pemandangannya... kita ada dimana sih?" ucap Vena
"ini cafenya Alvin, dia menyediakannya untuk candle light dinner kita," ucap Sergi
"oh gitu, keren banget ya," ucap Vena
"ven, ayo kita makan malam, nanti makanannya dingin" ucap Sergi

Sergi dan Vena duduk di bangku meja yang sudah penuh makanan enak itu, mereka bersiap untuk makan

Alvin keluar dengan memakai kostum ala pelayan restoran mahal, ia membawa sebotol champagne

"selamat malam tuan dan nona," ucap Alvin
"hahaha, gaya banget deh lo vin! niat banget si lo vin!" ucap Vena
"iya dong ven, untuk sahabat apa si ya nggak," ucap Alvin sambil menuangkan champagne ke gelas
"thanks ya vin," ucap Sergi tersenyum
"santai aja gi, kita kan sahabat," ucap Alvin tersenyum

Alvin pun meninggalkan Sergi dan Vena berdua yang sedang menyantap hidangan di meja


"gi makasih ya, kamu baik banget, aku tambah sayang sama kamu," ucap Vena
"iya, aku pengen buat kamu bahagia ven, ini hadiah spesial dari aku buat kamu," ucap Sergi
"aku mau kita kaya gini terus, aku mau semua indah seperti ini," ucap Vena
"iya aku tau, tapi gak ada yang kekal ven, keindahan seperti ini juga tidak akan selalu ada, hidup seperti roda, kadang kita bahagia, kadang kita susah, iya kan," ucap Sergi

"ah, ngomong apa sih kamu, mulai sok tuanya keluar," ucap Vena
"bener tau, gapecaya," ucap Sergi

"gi, seandainya nanti aku jadi istri kamu, kamu mau punya anak berapa?" ucap Vena
"dua aja," ucap Sergi
"wuaaah, bagus deh, aku juga ga mau punya anak banyak-banyak," ucap Vena
"iya, ngapain, susah ngurusnya tau," ucap Sergi

"iya, bener," ucap Vena

"Ven aku mau kasih kamu sesuatu," ucap Sergi
"kasih apa?" tanya Vena
"tutup mata kamu," ucap Sergi

Vena menutup matanya. Sergi mengeluarkan kotak hitam yang berukuran agak kecil.

"ven buka mata kamu," ucap Sergi
"kamu mau ngasih aku apa?" tanya Vena
"ini aku mau kamu....."


"sudah cukup kisah romantisnya... gw muak ngeliatnya," ucap Arthur yang keluar dari pintu dengan jubah hitam dan topeng merahnya

"hah??? lo!!! animus bertopeng merah!!" ucap Sergi kaget

"iya, kenapa gi? lo kaya abis ngeliat setan aja," ucap Arthur
"akhirnya si Alvin berhasil bawa lo kesini gi, kita bakal bunuh lo disini," ucap Bimo

"apa??? Alvin? apa maksut kalian!? dia itu sahabat gw!!" ucap Sergi
"gi!! gimana nih!! aku takut!!" ucap Vena

"sahabat? itu dulu gi, sekarang gw adalah bagian dari ace, the flame itu cuma masa lalu gw," ucap Alvin dengan tersenyum licik

"apa maksut lo vin!? kenapa lo ngejebak gw?! bukannya kita sahabat dari kecil!!? kita ini berteman udah lama gi!! kenapa lo khianatin gw!!" ucap Sergi
"sahabat? itu masa lalu gi, setelah apa yang udah lo dan The Flame lakuin ke sodara gw Bimo, Karin dan keluarganya, gw ga bisa maafin itu gi!!" ucap Alvin

"apa?? apa maksut lo!!! kenapa lo jadi kaya gini!!" ucap Sergi
"udah deh gi, pemerkosa kaya lo ga pantes banyak omong," ucap Alvin yang mengacungkan pistol ke arah Sergi

"apa??? pemerkosa?? tapi... tapi... lo juga.....

DAR!!!

"Aaaaah!!!, "Sergi berteriak karena ditembak Alvin di bagian lengannya

"kenapa vin? kenapa? gw kira lo sahabat gw!! ternyata....," ucap Sergi

DAR!!!

Suara tembakan kedua berasal dari pistol yang dipegang Bimo, ia menembak lengan Sergi yang satunya lagi

"kenapa? kenapa dulu lo perkosa Eva gi? dia adik gw yang paling gw sayang, karena semua kebejatan lo! dia bunuh diri gi! dan sebagai bayarannya, nyawa lo bakal gw ambil sekarang" ucap Bimo

"ampuuun..... gw gak mau mati mo... ampuuuuun... maafiiiin gw.... ini semua bukan salah gw...." ucap Sergi sambil meringis kesakitan karena kedua lengannya tertembak

"ampun kata lo? terus Eva!!??? lo kasih ampun ke dia??? lo perkosa dia tanpa ampun!!! terus ibu gw!!! ibu gw!!! lo kasih ampun ke dia?!!!!" ucap Bimo keras

"apa maksut lo mo? ibu lo? apa maksut lo?" ucap Sergi

"malam itu.... malam hujan deras itu.... 1 tahun yang lalu.... lo lupa gi?" ucap Bimo
"malam? hujan? apa maksut lo mo?" ucap Sergi yang badannya gemetaran karena tertembak

"malam itu... dimana gw kehilangan nyokap gw... adalah malam yang gak akan gw lupakan... semua karena lo sama temen-temen lo flame bangsat itu!!!" ucap Bimo



1 tahun lalu setelah kejadian Eva mati bunuh diri di rumahnya, keluarga Bimo dan Karin selalu dirundung kesedihan, tidak terpancar sedikit pun kebahagian dari wajah mereka. Eva anak perempuan lugu itu telah pergi dengan cara yang mengenaskan. Dari semua anggota keluarga, Vania Serlina atau ibu dari Bimo lah yang paling terpukul


Vania Serlina adalah pemain drama cukup terkenal yang dijuluki "gadis berpita hitam". Karirnya sebagai pemain drama cukup baik karena acting nya yang menawan. Semua orang mengaguminya, memujinya dan menyanjungnya. Vania Serlina adalah wanita muda yang cantik dengan jiwa yang besar dan dedikasi yang tinggi terhadap seni peran

Suatu hari, Vania Serlina sedang berlatih untuk pertunjukkan drama terbesar yang akan dimainkannya 2 minggu lagi. Pertunjukkan drama kali ini adalah pertunjukkan drama paling besar dan bergengsi karena disaksikan oleh lebih banyak orang. Pertunjukkan drama ini adalah pertaruhan karir sang "gadis berpita hitam"

"aku harus apa lagi! aku ga mau kamu seperti itu!! pergi kamu dari....." ucap Vania Serlina yang sedang berlatih acting untuk mengafalkan dialog di malam itu

kata-katanya terpotong karena ia mengingat anak tersayangnya Eva Serlina yang telah pergi meninggalkannya beberapa bulan yang lalu dengan cara yang mengenaskan. Vania tertunduk, air mata keluar dari matanya yang indah itu, air mata untuk menangisi kepergian Eva.

Vania menangis sangat pilu, ia merindukan anaknya Eva. Karena matinya Eva, ia menjadi sangat depresi dan mengganggu karirnya sebagai pemain drama. Vania sudah kehilangan gairah untuk bermain drama karena kematian Eva

Bimo datang menghampiri ibunya yang menangis itu

"mah, ada apa? kenapa mamah menangis?" ucap Bimo
"Eva nak... ibu memikirkan Eva...," ucap ibu Bimo, Vania Serlina
"sudahlah mah, jangan terus menyesali kematian adik Eva... tidak baik, Eva pasti sedih di sana karena melihat mamah menangis terus sepanjang hari," ucap Bimo

"..... kamu tahu mo, apa yang diucapkannya sehari sebelum mamah pergi bersama ayah keluar kota dan meninggalkan kalian bertiga saja di rumah?" ucap ibu Bimo
"aku tidak tahu, memangnya apa yang ia bilang?" tanya Bimo

"Eva menemui mamah di kamar, ia memberikan pelukan yang sangat hangat di malam yang dingin itu, pelukannya sangat erat... ia seperti tidak ingin melepas mamah, baru saat itu saja dia memeluk mamah dengan sangat kuat," ucap Ibu Bimo

Bimo hanya terdiam

"setelah memeluk mamah, dia bilang, "mah... tersenyumlah selalu... jangan pernah sedih walau apapun yang terjadi denganku... mamah adalah pemain drama yang hebat... jangan sampai karir mamah hancur karena terus memikirkan aku..."

"dia seperti tau apa yang terjadi sekarang... ucapannya seperti mengingatkan mamah agar selalu kuat dan tidak jadi seperti ini... malam itu mamah tidak pernah berpikir bahwa itu adalah pesan terakhir Eva sebelum ia mati meninggalkan mamah," ucap ibu Bimo

Bimo hanya terdiam sambil merenung mengingat kejadian di malam Eva membakar dirinya itu


2 minggu setelahnya, pertunjukkan drama terbesar itu pun dimulai, gedung pagelaran teater itu sudah ramai dipadati orang-orang yang ingin menyaksikan acting dan cerita drama dari para pemain teater itu. Mereka juga sudah tidak sabar ingin melihat Vania Serlina beradu acting dengan Herdi Salim.

Herdi Salim adalah pemain teater yang terkenal sama seperti Vania Serlina. Mereka berdua adalah duet artis yang terbaik kala itu. Acting mereka sangat hidup dan berkarakter

"wah, saya sudah tidak sabar ingin menonton acara drama nya... apalagi ada si Herdi sama si "gadis berpita hitam, sebagai artisnya," ucap bapak-bapak yang sedang duduk di bangku penonton
"iya saya juga... acting mereka luar biasa... saya sering menangis kalau melihat Vania sedang beracting sedih, air matanya keluar sungguhan..." ucap ibu-ibu itu
"wah sebentar lagi pertunjukkannya dimulai... saya harus konsen nih..." ucap bapak itu

Bimo dan Karin yang duduk tidak jauh dari mereka, tersenyum dan saling berpandangan, mereka sangat bangga karena ibunya disebut-sebut dan dipuji oleh para penggemarnya. Mereka terlihat senang dan sudah tidak sabar ingin melihat aksi peran ibunya di panggung drama yang cukup megah itu

Lampu gedung teater itu meredup, panggung yang cukup besar itu diterangi oleh lampu-lampu panggung yang indah untuk menguatkan suasana adegan. Vania Serlina sebagai tokoh utama di drama itu keluar, dan semua orang terkagum-kagum.

Sudah cukup lama drama itu berlangsung, penonton pun sudah mulai hanyut dengan suasana drama yang begitu romantis itu. Disinilah awal dari kehancuran sang "gadis berpita hitam" Vania Serlina. Vania yang terus memikirkan Eva itu, melakukan kesalahan fatal pada saat ia berperan di atas panggung itu. Dialog berulang kali salah, wajahnya menjadi sangat gugup karena perasaan tegang setelah lupa dengan naskah dialog. Vania semakin kikuk, ia seperti sudah kehilangan jati dirinya, ia tertekan karena kematian anaknya Eva Serlina

Vania yang kikuk itu tiba-tiba hilang kendali, ia tiba-tiba menangis dan merusak berbagai macam properti yang ada di atas panggung, ia melampiaskan kekesalannya terhadap pemerkosa anaknya Eva. Vania menjadi seperti orang yang sangat aneh dipanggung, ia terlihat sangat tertekan dan hilang kendali, ia hanya bisa menangis.

Semua penonton menyoraki Vania dengan keras, mereka tidak puas karena acting Vania sangat buruk dan menghancurkan suasana drama itu. Mereka sudah membayar mahal untuk menonton acara drama ini, dan berharap bisa melihat acting Vania yang terkenal itu

"wooy apaan tuh!! ko tiba-tiba ngamuk gitu!! drama apaan nih!!!" ucap salah satu penonton
"aaaah rusak nih drama!! artisnya gak profesional banget sih!!! balikin duit gw!!"
"turun lo Vania!!! gw udah bayar mahal nih!!! gw rugi!!! ganti uang gw!!! mana?? katanya janjinya drama ini yang terbaik?!! mana!!??

Semua penonton menyoraki dan melempari Vania yang duduk berlutut sambil menangis di atas panggung itu, Vania selalu memikirkan Eva, ia melihat bayangan Eva tersenyum kepadanya di salah satu bangku penonton

Semua penonton keluar dari gedung drama itu, mereka sudah kecewa dengan acting Vania yang berantakan itu dan tingkah laku Vania yang aneh di atas panggung, harapan para penonton untuk melihat pertunjukan drama terbaik sudah hilang.

"rugi gw nonton beginian!!" ucap salah satu penonton
"ah buang-buang waktu aja"
"gw ga nyangka kalo Vania itu ternyata orang yang stress"

Bimo dan Karin menghampiri ibunya di atas panggung, pemain-pemain drama lain melihat Vania seperti orang yang aneh, mereka semua pergi ke belakang panggung

"dasar orang aneh, hancur udah karir gw," ucap salah satu pemain drama

Bimo melihat wajah ibunya yang sangat bersedih, make up di wajahnya luntur karena air mata yang membasahi wajahnya

"mah? ada apa? kenapa jadi berantakan begini? bukannya mamah sudah berlatih?" ucap Bimo
"Eva mo... Eva... mamah melihat dia duduk di bangku itu pada saat mamah beracting tadi... spontan mamah lupa semua dialog dan mamah jadi kehilangan kendali," ucap Vania Serlina

"tidak ada mah... Eva sudah mati... itu hanya bayangan mamah saja.... mamah terlalu memikirkan kematian Eva..." ucap Karin

Vania hanya menangis malam itu, karirnya sudah hancur di malam itu. Kedua anaknya yang baik itu memeluknya dengan erat



Karena kejadian malam itu Vania dipecat oleh pimpinan pertunjukan dramanya. Penampilannya yang buruk sudah membuat pertunjukkan drama di malam itu berantakan dan membuat kerugian besar

"keluar kamu!! wanita gak tahu diuntung!! kamu cuma bisa bawa sial!!" ucap pimpinan drama itu
"tapi pak, saya masih mau kerja disini, beri saya kesempatan, saya berjanji akan bermain bagus di pertunjukkan selanjutnya," ucap Vania Serlina

"saya sudah muak melihat muka kamu! nama kamu sudah buruk di mata pecinta drama!! lebih baik kamu pergi sekarang, saya sudah punya pemain pengganti untuk mengisi peran kamu,"

Vania bersujud di kaki pimpinannya, ia memohon

"saya mohon pak, beri saya kesempatan, saya mohon..." ucap Vania

"tidak!"

Pimpinan drama itu mengambil asbak rokoknya yang penuh dengan ampas dan abu rokok dan membuang ampas rokok itu tepat di wajah Vania, lalu ia mendorongnya dan pergi meninggalkan ruangan


Vania terdiam, ia merenungi nasibnya yang buruk itu, karirnya sudah hancur, nama baiknya sebagai seorang pemain drama terkenal sudah tinggal cerita lama. Vania keluar dari gedung dramanya, ia berjalan sendirian di tengah hujan yang deras malam itu, ia memakai mantel hitamnya. Vania berjalan sendiri di bawah hujan deras. Ia seperti orang yang sudah kehilangan arah

Bimo sedang menyetir mobilnya di malam yang deras itu, ia mencari ibunya yang pergi meninggalkan rumah petang itu. Ia mengkhawatirkan ibunya

"mah, dimana kamu?" gumam Bimo


Vania Serlina berjalan sendirian, ia basah kuyup. Semua orang yang berjalan melaluinya melihatnya seperti orang aneh.

"dasar orang aneh,"
"lo udah ngancurin drama di malam itu"
"dasar artis gila"
"gw kecewa sama lo Vania"

Kata-kata itulah yang selalu terdengar di telinga Vania, para orang-orang sekitar pecinta pertunjukkan drama sangat kecewa dengannya. Vania hanya bisa merenungi nasibnya, ia terus berjalan di bawah derasnya hujan

"maafkan mamah va, mamah ga bisa menjaga karir mamah, mamah sudah bukan siapa-siapa lagi sekarang,"

Vania melihat Eva berdiri di seberang jalan, Eva tersenyum dan melambaikan tangan

"Eva?"

Vania berjalan menuju tempat Eva berdiri, ia menyeberang jalan itu tanpa melihat kendaraan yang melintas. Sebuah mobil jeep yang ugal-ugalan malam itu terlihat sangat ngebut dan dengan cepat berjalan menuju Vania

Jeep itu menabrak Vania dengan keras, Vania terlempar jauh dan mati. Jalanan itu dipenuhi oleh darah Vania yang berwarna merah pekat. Hujan deras adalah saksi bisu dari kejadian itu.

Sergi yang menyetir mobil jeep itu kaget, dan keluar sejenak dari mobilnya untuk melihat mayat Vania

"anjing!! kita nabrak orang!! mati kayanya" ucap Sergi
"mampus! gimana nih!!" ucap Alan
"ga ada orang kan?" ucap Nay
"ga ada kayanya, udah kabur aja! daripada ntar kita dibawa ke polisi, panjang urusannya," ucap Sagil

"aduh... kayanya tuh orang mati deh..." ucap Vena
"iya mati," ucap Bonad
"ya ampun, kasian banget orang itu..." ucap Ben

The Flame yang telah menabrak Vania, kabur di malam itu. Mereka tidak bertanggung jawab. Malam itu memang The Flame habis mabuk berat, sehingga mereka menyetir ugal-ugalan dan tidak waspada

Mayat Vania tergeletak begitu saja di malam gelap itu, Eva tersenyum dan menggandeng tangan ibunya pergi ke arah sinar terang di atas langit. Anggota kedua keluarga Bimo telah tewas malam itu karena ulah The Flame

The Flame selalu saja mengganggu kehidupan Bimo, kehidupan yang semestinya indah dan penuh senyuman. The Flame telah membuat kehidupan Bimo menjadi sangat tragis

Bimo turun dari mobilnya dan berlari ke arah mayat ibunya yang tergeletak di tengah jalan itu. Ia melihat ibunya telah tewas. Darah ada dimana-mana membasahi telapak tangan Bimo, ia mengusap rambut ibunya dan mengecup kening ibunya sambil menangis pilu

"......kenapa harus seperti ini..... kenapa mamah tuhan....."

Bimo menangis sangat pilu, ia berteriak dengan keras lalu memeluk mayat ibunya yang sudah tewas. Ia tadi melihat Sergi dan The Flame telah menabrak mati ibu yang sangat dicintainya. Ia tahu pelaku tabrak lari itu adalah Flame

"mah... aku... berjanji... suatu saat akan membalas semua ini...."

Bimo menangis sangat pilu di bawah guyuran hujan deras malam itu sambil memeluk ibunya yang sudah tewas



"ibu gw mati karena the flame gi! lo kira gw ga tau!! lo kira gw bodoh!!" ucap Bimo
"maafin gw mo, gw ga pernah tau ibu lo nyebrang malam itu.......dia tiba-tiba ada di depan jalan, dan akhirnya.........gw nabrak dia.............gw mohon maafin gw, gw ga mau mati, kasih gw kesempatan," ucap Sergi

"apa lo kasih kesempatan buat ibu gw malam itu?! lo biarin aja dia mati kaya binatang jalanan!!! lo tinggalin dia gitu aja!!! bangsaaat lo!!!

DAR!!

Satu peluru menembus dahi Sergi, dan ia pun tewas ditangan Bimo

Selasa, 20 Oktober 2009

**Author dillemma

maap maap nih, cerita lanjutannya mungkin keluar setelah hari jumat, sekarang lagi uts, tugas banyak, ckckckcck, stressssssss

gw juga nulis gini gara2 stress... itung2 gw mikir cerita lanjutannya sih. hwhwhw... lama2 gw matiin aja dah semua karakternya... tar judulnya kiamat kubro... hahahahha

**i change my mind

setelah gw pikir2, cerita petualangan irham edisi kedua jgn gitu deh, soalnya novel ini udah serealistis itu dan logis, kalo sampe ide cerita kaya tadi yang terlempar ke masa depan, kayanya udah ngerusak citra novel ini, jadi mungkin ide cerita yang ke masa depan itu buat sekuel novel yang lain aja dengan judul baru bukan petualangan irham... hmm... judulnya apa ya kira2?

petualangan siapa lagi? (think)

Jumat, 16 Oktober 2009

**Joke Series (The Flame discussing about the author)

Suatu hari di markasnya The Flame sedang santai-santai bersama

"kenapa si gw gak jadi pemeran utama di novel ini... masa gw harus mati lagi... ah, udah ga ada lagi deh gw ntar di seri kedua," ucap Sergi
"yah... mau gimana lagi??? emang udah nasib lo kaya gitu... makanya jangan ngebokep mulu gi..." ucap Alan

"gw juga pengen jadi pemeran utama kaya Irham," ucap Bonad
"hah? oh men... yang bener aje nad? masa tar judul novel nya petualangan Bonad??? hahahahaha, kampung, ga komersil,hahhaha," ucap Alan

"monyet lo! daripada lo sok asik tau ga! mampus lo dibuat penulis novelnya sok asik, hahahah, ngobat mulu lo! stresssss..." ucap Bonad

"gendut bau lo, gw tuh karakter keren kali, Alan sang the Flame, pasti suatu saat penulis juga mau bikin novel tentang gw," ucap Alan

"bwakakakakak, judulnya apaan? Alan si anak kampung?... Alan anak alay? bwaakakakak," ucap Bonad
"ah sial lo..." ucap Alan

"sssst berisik," ucap Sagil serius sambil ngupil

Semua anggota Flame melihat Sagil

"berisik semua lo, karakter paling keren tuh gw..." ucap Sagil
"kenapa kok lo keren?" ucap Alan

"iyalah, orang gw ketua the flame gtooh..." ucap Sagil

"gw mau jadi ketua the flame juga nih, atau mungkin ketua geng baru... hmm... the boys? the beachboys??? the handsome?" ucap Alan

"Bwahahahahahhaa, gay lo, udah kaya boy band yang gay lo," ucap Sagil
"emang lo punya ide nama geng apa si?" ucap Alan

"hmm... the momons... keren kan?" ucap Sagil
"TAI!! sampah!!! norak!!!" ucap Alan

"hoy malam-malam ribuuuuuut...." tiba-tiba terdengar suara laki-laki

"hah? suara siapa tuh???" ucap Alan bingung

"hoy, ini gw Ben..." ucap Hantu Ben

"Ben??? lo kan udah mati?" ucap Sagil, Alan, Bonad dan Sergi

"iya, gw kangen sama kalian, hihihihihihihi..." ucap hantu Ben

"WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!! MMAAAAAAAA!!! SETAAAAAAAAAAN!!!!!" ucap Sagil, Alan, Bonad dan Sergi

"hihihihihihihihi...." ucap hantu Ben

Kamis, 15 Oktober 2009

26. Eva's Story

Pagi itu di tempat persembunyiannya, Bimo dan Karin sedang mengenang adiknya Eva yang telah pergi meninggalkannya 1 tahun lalu.

"kak, sudah 1 tahun lamanya Eva pergi meninggalkan kita," ucap Karin
"iya... aku sangat menyayanginya. Dia sangat polos dan baik, mengapa orang-orang bejat itu tega memperkosanya," ucap Bimo sedih
"the flame itu harus segera kita balas, karena mereka... kita kehilangan adik yang sangat kita sayangi, aku gak bisa melupakannya, aku gak bisa kak," Karin meneteskan air matanya

"sudahlah rin, jangan disesali, semua sudah berlalu, yang penting sekarang kita harus balas mereka, kita akan bunuh mereka semua," ucap Bimo
"kenapa harus seperti ini hidup kita kak? penuh dendam dan kebencian yang tak pernah berakhir! kenapa mesti kita? kenapa? kenapa mesti kita yang harus kehilangan orang yang kita sayangi! kenapa kak?! jawab kak! jawab!" ucap Karin berteriak sambil menangis

Bimo menyenderkan kepala Karin di pundaknya.

"semua sudah takdir rin, jalan ini sudah kita pilih... kita sudah masuk ke dalam dendam ini, tidak ada jalan untuk kembali," ucap Bimo
"tapi aku gak mau jadi pembunuh kak, kalo bukan karena Arthur yang mengajak kita gabung ke "Ace" dulu! kita gak akan jadi animus seperti ini! aku gak ingin terus dihantui perasaan bersalah kak!" ucap Karin

"tapi menjadi Animus seperti ini juga sudah pilihan kita kan, kita berjanji akan membalaskan dendam ayah, ibu dan adik kita Eva. Ben sudah mati, berikutnya adalah Sergi dan anggota Flame lainnya, setelah itu keluarga Irham! kalau semua sudah beres, kita tidak perlu jadi animus lagi dan bisa hidup tenang," ucap Bimo

Karin menangis pilu, ia sebenarnya tidak ingin menjadi pembunuh kejam seperti ini. Ia ingin hidup normal seperti anak-anak remaja yang lain di luar sana. Masa lalunya yang pahit telah menuntunnya masuk ke dalam dunia hitam

Tiba-tiba Arthur menyela pembicaraan

"ko animus cengeng sih," ucap Arthur sambil membawa satu botol minuman anggur dan gelas
"eh Arthur, ngagetin aja," ucap Bimo
"kenapa si Karin, mo?" ucap Arthur sambil menuangkan anggur ke gelas

"biasa, masa lalu keluarga kita Arth, dia masih terus mengingatnya," ucap Bimo
"rin, gak ada gunanya lo nangis kaya gitu, yang penting itu balas dendam... Lo harus balas dendam ke orang-orang yang udah buat hidup lo kaya gini! dengan begitu lo bisa tenang," ucap Arthur

Karin hanya terdiam

"udah dong rin, jangan sedih terus," ucap Bimo
"tau lo, kita ini semua sama, kita ini anak yang hidup dengan kepahitan, keluarga gw juga udah mati semua, gak ada sisa dari "Dead hunter". Semua udah mati kecuali gw yang masih hidup, anak terakhir mereka," ucap Arthur

"semestinya lo terima kasih sama gw rin, karena gw ajak lo jadi animus dan gabung sama gw, lo bisa balasin dendam keluarga lo itu!" ucap Arthur melanjutkan

Bimo terdiam dan melihat Karin yang memegangi kepalanya dan kesakitan

"kamu kenapa rin?" ucap Bimo
"gapapa, cuma pusing sedikit, aku pergi ke kamar dulu" ucap Karin sambil pergi ke kamarnya

"sudahlah mo, biarkan dia sendiri dulu," ucap Arthur sambil meminum anggur
"gw khawatir aja sama dia," ucap Bimo


Di kamarnya, Karin merenung sendiri, ia melihat foto Eva dan ayah ibunya. Ia merindukan mereka yang sudah pergi meninggalkannya itu.

"seandainya semua tidak menjadi seperti ini... semestinya kita bisa hidup bahagia... tapi kenapa kalian pergi...,"ucap Karin

Karin memegang kepalanya lagi, ia langsung meminum obat untuk menghilangkan rasa sakitnya itu. Ia sebenarnya sakit keras, namun ia tidak pernah memberitahukannya ke Bimo. Hanya dia dan Eva yang tahu akan hal ini. Ia sudah mengidap penyakit kanker otak selama 1 tahun belakangan karena tumor di otaknya

"tenang mah...pah... va... sebentar lagi aku menyusul kalian di Surga," ucap Karin tersenyum



Di sekolah Cemara, Irham duduk sendiri di bangku taman sekolah, ia memikirkan keadaan Karin

"rin apa yang kamu lakukan sekarang? dimana kamu bersembunyi?" gumam Irham merenung

Irham melihat foto Karin yang sedang bersamanya ketika mereka masih pacaran dulu, ketika itu semua masih terasa indah. Irham masih menyayangi Karin dan merindukannya

"seandainya kamu bukan pembunuh rin, mungkin semua gak bakal kaya gini," gumam Irham


Kyna berjalan sendiri mendekati Irham, ia melihat Irham yang sedang merenung sendirian sambil memegang foto di tangannya

"hmm... sori... gw ganggu gak?" ucap Kyna

Irham terkejut, ia melihat Kyna menghampirinya, "oh... gak ko... ada apa ya Kyn?" ucap Irham

"hmm... lo Irham ya? mantannya Karin sang animus itu?" ucap Kyna
"hah? ko lo tau Karin animus?" ucap Irham
"gw baca di koran beberapa hari lalu, tapi gw masih ga tau animus yang bertopeng putih, tapi kayaknya kakaknya Karin ya?" ucap Kyna
"ooh, terus lo tau siapa animus bertopeng merah?" tanya Bimo
"gw pernah baca di artikel kriminal dan pembunuhan, kalo animus bertopeng merah itu adalah anak dari keluarga pembunuh legendaris yang bernama "dead hunter", ucap Kyna

"dead hunter itu?! yang selalu meninggalkan jejak dengan simbol "DH" di setiap orang yang dibunuhnya? keluarga pembunuh yang sudah lama hilang itu kan?" tanya Irham
"iya betul, keluarga pembunuh bayaran itu!" ucap Kyna

"jadi begitu ya... lalu apa hubungannya "Dead hunter" dengan Bimo dan Karin?" gumam Irham

"ham, gw bakal bantu lo untuk mengungkap pembunuhan animus ini!" ucap Kyna
"kenapa? gak usah, jangan membahayakan diri lo! ini urusan gw," ucap Irham
"ini juga urusan gw ham!" ucap Kyna
"apa urusan lo?" ucap Irham

"ham, dulu gw kenal Karin dan Eva dengan baik, mereka itu temen baik gw, Karin itu anak yang baik dulu, tapi setelah kejadian 1 tahun lalu, dia berubah," ucap Kyna
"emang ada kejadian apa? ceritain ke gw," ucap Irham penasaran

Kyna bercerita tentang masa lalu Eva sang adik dari Karin dan Bimo. Semua seperti kembali ke masa lalu


Dulu Eva adalah anak yang baik dan pintar, ia sangat brilian di kelas, semua murid perempuan iri kepadanya yang sangat pintar dan banyak disukai oleh murid pria. Namun dari semua murid pria yang menyukainya, ada satu murid pria yang disukai Eva dan ia berasal dari The Flame yang baru terbentuk itu.

Suatu hari Eva, Karin dan Kyna yang bersahabat ini sedang berbicara ringan di dalam kelas. Eva sedang curhat tentang pria yang disukainya itu

"va lo suka sama siapa sih? cerita dong cerita!" ucap Kyna
"gw malu Kyn ceritanya," ucap Eva malu-malu
"ah kamu sok malu-malu deh, cerita aja... sama kita-kita ini," ucap Karin
"tapi aku malu kak, kakak ga tau sih siapa yang aku suka," ucap Eva
"emang siapa si?" ucap Karin
"iya siapa si, kasih tau dong," ucap Kyna

"gw suka sama Sergi," ucap Eva
"hah??? Sergi itu!! dia kan anak geng!! tapi emang ganteng siiih," ucap Kyna
"Sergi? kamu gila ya va! bisa-bisanya suka sama dia!" ucap Karin kesal

"tuh kan kakak marah, semestinya aku gak usah bilang," ucap Eva
"lagian kamu, kalo suka sama cowo tuh yang bener, masa Sergi sih? pokoknya kakak ga mau kamu deket sama dia! awas yah!" ucap Karin
"iya maaf kak," ucap Eva
"udah sabar ya va," ucap Kyna


Eva sudah menyukai Sergi pada awal mereka bertemu itu, pada saat para pria anggota Elf yang sekarang The flame itu mendatanginya untuk berkenalan.

Sore itu ketika pulang sekolah Sergi menghampiri Eva untuk mengajaknya pergi makan di sebuah Cafe. Sergi sudah mengajaknya pada saat istirahat tadi dan Eva pun bersedia

"hai va, ayo kita pergi," ucap Sergi
"ayo, cepet... jangan sampe ketauan sama kakak gw... tadi gw bilang sama mereka, gw mau pergi sama temen belajar bersama," ucap Eva
"oh gitu, ayo deh," ucap Sergi

Cinta tumbuh diantara Sergi dan Eva begitu cepat, namun cinta Eva itu tidak disetujui oleh kedua kakaknya, Bimo dan Karin. Eva yang berpacaran dengan Sergi itu "backstreet" dari kedua kakaknya.


Suatu hari Di rumah Eva, Bimo melihat Eva yang baru pulang setelah pergi bersama Sergi

"va, kata Karin kamu jadian sama Sergi anak Flame itu ya?" ucap Bimo
"gak ko, aku ga jadian sama dia," ucap Eva berbohong
"kamu jangan bohong ya, kakak ga mau kamu jadian sama dia, dia itu jahat, semua anggota Flame itu jahat va," ucap Bimo
"iya aku tahu, aku gak jadian ko, tenang aja," ucap Eva menutup-nutupi

Eva meninggalkan Bimo dan pergi ke kamarnya, ia ditelepon Sergi lalu tidur setelahnya


Keesokan harinya pada saat pulang sekolah, Bimo melihat adik perempuannya Eva sedang bermesraan dengan Sergi di belakang sekolah

"gii... aku ga mau kaya gini, kamu tuh kenapa si? mesum banget...," ucap Eva mengeluh
"kenapa si sayang? kamu ga sayang sama aku? ayo dooong...," ucap Sergi yang ingin mencium Eva
"aku ga mau gi... aku risih...," ucap Eva

Sergi terus memaksa Eva untuk berciuman di belakang sekolah namun Eva terus menolak Sergi

Bimo kaget ketika melihat Sergi sedang memaksa Eva untuk menciumnya, lalu ia mendatangi Sergi

"bangsat lo gi!!!" Bimo memukul Sergi di bagian wajahnya

Sergi terjatuh dan memegangi bibirnya yang berdarah, lalu ia melihat Bimo

"apa-apaan sih lo! apa maksut lo mukul gw!" ucap Sergi
"lo tuh bangsat! ngapain lo barusan! pergi lo jauh-jauh dari adek gw! bangsat lo!" ucap Bimo penuh emosi
"apa maksut lo! jangan banyak bacot! ayo kita ribut sekarang!" ucap Sergi

Sergi menyerang balik Bimo dengan mengayunkan pukulannya, namun Bimo berhasil menghindar dan memukul balik Sergi di bagian perutnya. Sergi pun terjatuh dan meraung kesakitan. Para anggota The Flame yang melihat temannya Sergi dihajar oleh Bimo berdatangan menghampiri Sergi

"lo gapapa gi, ada apaan nih?" ucap Alan
"wah, ternyata si bangsat Bimo biang keladinya!" ucap Alvin
"ngapain lagi lo! mau cari ribut lagi! udah ayo hajar!" ucap Nay

"sabar dulu Nay, ini bagian gw," ucap Sagil

Sagil menghampiri Bimo dan berdiri tepat di depannya. Sagil dan Bimo saling berhadapan dan bertatapan. Mereka pun berkelahi. Bimo kewalahan melawan Sagil dan hampir kalah. Para anggota the Flame yang panas pun ikut membantu mengeroyok Bimo yang kewalahan itu

Bimo dihajar abis oleh The Flame, ia tidak bisa berdiri lagi dan berbaring di tanah, ia melihat Eva pergi meninggalkannya bersama The Flame

"vaa... jangan..... jangan ikut mereka va..... dengarkan kakak....," ucap Bimo lemah

Eva hanya melihat Bimo terbaring tak berdaya, dan segera ikut masuk ke dalam mobil jeep bersama Sergi dan The Flame



Bebebapa hari setelah kejadian itu, Eva sering tak terlihat di sekolah, nilainya jauh menurun. Di rumah pun, Eva sangat cuek dengan Bimo dan Karin, Eva lebih sering bersama Sergi dan The Flame. Reputasinya sebagai murid teladan telah tercoreng karena kejadian hari itu

Hari itu adalah hari yang sangat kelam bagi Eva. Malam itu Eva baru sampai di rumahnya, ia terlihat sangat sedih dan kacau, ia berjalan lemas masuk ke dalam rumah. Eva menangis dan menyesali semua yang telah ia lakukan. Ia tidak memperdulikan nasihat kakaknya agar menjauhi The Flame

"kak... maafkan aku...," ucap Eva lemas
"Eva? dari mana saja kamu? kenapa kamu berantakan seperti ini? kenapa kamu menangis? ada apa?" ucap Karin
"maafkan aku karena tidak pernah mendengarkan nasihat kalian...., aku menyesal...," ucap Eva sambil menangis
"ada apa va?" ucap Karin
"aku... mereka...," ucap Eva

"mereka? apa maksutmu!?" ucap Karin
"mereka... memperkosaku, the flame merenggut kehormatanku," ucap Eva

"apa??!!" ucap Karin sangat kaget

Bimo yang mendengar pembicaraan Eva dan Karin pun kaget bukan main, ia memukul tembok berulang-ulang dan ikut menyesal, ia tidak pernah bisa menjaga adik yang ia sayangi. Karin memeluk Eva dan menangis, Eva hanya terdiam seperti sudah kehilangan harapan



Waktu terus bergulir tanpa henti, Eva yang sudah kehilangan harapan dan masa depan hanya bisa merenung sendiri seperti orang gila di kamarnya. Semua terjadi karena Eva tahu bahwa dirinya positif hamil. Semua orang di sekitar terus mencaci maki dirinya yang telah hamil di luar nikah itu. Tekanan itu telah membuat Eva setengah gila dan mengurung diri terus di kamarnya

Karin datang menghampiri Eva yang sedang duduk sendiri di kamarnya

"aku sudah tidak punya masa depan, untuk apa aku hidup..." ucap Eva dengan tatapan kosong
"tidak va, kamu masih punya masa depan, kamu harus yakin itu! kakak akan selalu mendukungmu!" ucap Karin
"tidak... aku tidak punya masa depan...," ucap Eva
"masih ada va! masih ada! semua impianmu masih bisa terwujud! kamu mau jadi dokter kan! iya kan?! kamu pasti bisa!" ucap Karin

"diam!!! diam!!! aku gak pantas hidup!!! aku mau mati!!!" ucap Eva seperti orang gila

Eva tertawa sendiri seperti orang gila. Ia sangat depresi karena kejadian yang menimpanya. Impiannya untuk menjadi wanita yang sukses dan terhormat telah sirna. Eva yang masih labil pun terganggu jiwanya dan tidak kuat dengan apa yang menimpanya

"ya tuhan, kenapa harus seperti ini," ucap Karin sedih sambil memeluk Eva


Beberapa hari setelahnya

"kebakaran! kebakaran!"

Suara itu menggema dan memenuhi keheningan malam itu, rumah Bimo dan Karin terlahap api yang cukup besar. Bimo dan Karin yang baru pulang dari sekolahnya kaget ketika rumahnya kebakaran. Bimo hanya tinggal bersama Karin saja di rumah itu, orang tuanya sedang ada urusan kerja dan pergi selama 2 minggu. Di rumahnya hanya ada Eva yang berada di kamarnya

"rin, Eva ada di dalam!" ucap Bimo
"tapi api sudah besar kak, jangan masuk!" ucap Karin

Bimo berlari masuk ke dalam rumahnya untuk menyelamatkan Eva di dalam rumah. Para penduduk sekitar berkumpul untuk memadamkan api yang ganas itu. Pemadam kebakaran pun mulai berdatangan. Suara sirine mobil pemadam kebakaran memenuhi malam itu.


1 jam setelah api padam, Bimo hanya merenung sendiri ditemani Karin di sebelahnya

"rin, Eva tewas... dia mati terpanggang di sana rin, dia mati....," ucap Bimo

Air mata mengalir deras membasahai wajah Bimo, ia telah kehilangan adik yang sangat ia cintai. Ia menangis sambil berteriak karena sangat menyesal

"bangsat!!!! kenapa tuhan!!? kenapa!!!? apa ini yang pantas kau berikan untukku!!!? kenapa kau biarkan semua ini terjadi!!! kenapa Eva tuhan!!? kenapa???!!!" Bimo menangis penuh pilu

Karin hanya terdiam dan menangis penuh pilu, ia melihat pita hitam yang selalu dipakai Eva. Beberapa hari lalu Eva memberikan pita hitam itu kepadanya

"kak, kalo Eva mati, jaga pita itu baik-baik ya," ucap Eva
"iya va, kamu gak bakal mati ko, kamu masih pantas hidup," ucap Karin tersenyum

Eva hanya tersenyum manis



Bimo melihat mayat Eva yang sudah terbakar dibawa masuk ke dalam mobil ambulan, Bimo menghampiri ambulan itu

"jangan!! jangan bawa adik saya!! saya mohon!!! Eva!! va!! bangun va!! bangun!! ini kakak va!!! Va!!!! jangan mati va!!"

Mobil ambulan itu pun pergi dan meninggalkan Bimo yang bersedih di malam itu



"jadi, Eva mati karena kebakaran itu?" ucap Irham
"ya, dia mati terbakar di sana, semenjak kejadian itu, Karin sering menghilang di sekolah dan jadi misterius," ucap Kyna
"terus... kebakaran di malam itu karena apa? sebenarnya apa yang terjadi?" ucap Irham
"ga tau ham, cuma itu yg gw tau," ucap Kyna



Bimo merenung sendiri, ia melihat ke atas langit yang mendung itu. Ia selalu terbayang wajah Eva yang tersenyum manis. Rintik hujan mulai turun perlahan membasahi wajah Bimo yang terlihat sedih. Di bawah guyuran hujan, ia mengenang kematian adiknya Eva. Namun tiba-tiba hujan itu perlahan reda dan secercah cahaya menerangi Bimo yang sedang duduk di balkon rumah itu, ia melihat cahaya itu. Sesosok bayangan wanita seakan muncul dari cahaya itu

"eva? kenapa kamu datang ke sini?" ucap Bimo
"kakak, maafkan aku meninggalkan kalian berdua," ucap Eva
"kenapa malam itu kamu melakukan itu va? kenapa kamu menyerah?" ucap Bimo
"impianku sudah sirna, diriku ini sangat hina, lebih baik aku membakar diriku sendiri dari pada hidup penuh sesal dan cacian," ucap Eva

Bimo tersenyum dan cahaya itu pun hilang perlahan meninggalkan Bimo

"jaga dirimu baik-baik di sana va...."

Jumat, 09 Oktober 2009

25. The birth of "The Flame"

1 jam setelah ledakkan mengerikan yang menghancurkan markas polisi Kapten Aryo, para polisi dan tim evakuasi berdatangan. Suara mobil ambulan ramai memenuhi sore itu. Duka begitu mendalam menimpa Kapten Aryo dan perwira Edo. Hanya mereka berdua saja yang selamat dari ledakkan maut yang hampir saja merenggut nyawa mereka.

Tim evakuasi segera mencari korban-korban tewas yang tertimbun bangunan gedung polisi itu. Para penduduk dan orang-orang di jalan sangat padat memenuhi sekitar jalan untuk melihat gedung polisi yang sudah hancur itu. Mereka sangat penasaran dengan yang terjadi. Para polisi memasang "Police line" untuk membatasi tempat kejadian perkara dari para penduduk sipil

Kapten Ivan baru saja datang dengan mobil polisinya. Ia menghampiri Kapten Aryo yang sedang sibuk membantu tim evakuasi untuk mencari jasad-jasad tubuh para polisi yang tewas karena ledakkan itu

"kapten! ada apa ini! apa yang terjadi?!" ucap Kapten Ivan bersandiwara
"sepertinya tidak perlu saya jelaskan lagi Kapten, bapak bisa melihatnya sendiri kan" ucap Kapten Aryo sambil mengangkat puing-puing bangunan

"bagaimana bisa terjadi begini?! ini ulah para geng itu?!" ucap Kapten Ivan
"ya begitulah, lebih baik anda membantu saya mengevakuasi jasad korban," ucap Kapten Aryo

"ok sebentar, saya ke mobil dulu," ucap Kapten Ivan


Kapten Ivan pun berjalan dan masuk ke dalam mobil polisinya, ia tersenyum jahat karena telah berhasil menjalankan rencananya. Ia pun pergi meninggalkan tempat itu

Para wartawan berdatangan untuk mewawancarai Kapten Aryo. Mereka berebutan menanyakan kejadian mengerikan yang baru saja terjadi itu

"pak, bagaimana kejadian ini bisa terjadi? siapa pelaku ledakkan ini?" ucap salah satu reporter wanita
"semua terjadi sangat cepat, Jack bertopeng itu pelakunya," ucap Kapten Aryo

"Jack bertopeng itu siapa pak? lalu sekarang Jack itu ada dimana pak?" saut salah satu reporter pria
"dia ketua geng bomber, dia mati karena meledakkan dirinya bersama bom itu, ini bom bunuh diri," ucap Kapten Aryo
"Pak, ulah para geng ini semakin parah, bagaimana selanjutnya tindakan polisi untuk memberantas para geng ini?" ucap salah satu reporter pria yang lain

"saya berjanji akan menangkap mereka, hidup atau mati, nyawa saya taruhannya. Dengarkan baik-baik para ketua geng disana dan animus! cepat atau lambat kalian akan binasa!" ucap Kapten Aryo melihat salah satu kamera

Kapten Aryo sangat serius kali ini. Kejadian peledakkan markas polisi ini sudah membuatnya tidak main-main lagi, ia selama ini membuang waktunya. Tekad Kapten Aryo semakin kuat untuk memberantas para geng ini.



Di tempat persembunyiannya, Arthur dan Bimo yang sedang menonton televisi di ruang bawah tanah baru saja melihat Kapten Aryo mengancam mereka di salah satu program berita

"Orang ini berbahaya, kita harus bunuh orang ini," ucap Arthur sambil menunjuk ke gambar Kapten Aryo di tv
"ya bener, gw setuju, secepatnya kita harus singkirkan dia," ucap Bimo
"maksut lo Kapten Aryo kunyuk ini?" ucap Felix yang duduk di sofa dekat Bimo dan Arthur
"ya, dia harus kita bunuh," ucap Arthur

"itu urusan gampang, Kapten Ivan bisa membantu kita," ucap Felix
"ya gw setuju, kita harus segera memberitahukan rencana ini ke Kapten Ivan," ucap Arthur


Di markasnya, The Flame pun melihat peristiwa mengerikan yang menimpa markas polisi itu di sebuah program berita.

"gila nih si Jack, bunuh diri dia buat ngancurin markas polisi itu," ucap Alan
"si Jack dari geng "bomber" itu ya, dia kan emang rada gila, tapi siapa yang nyuruh dia ya?" ucap Nay
"gw juga ga tau deh, mungkin animus itu," ucap Alan

Alvin turun dari kamarnya, ia menuju ruang televisi dan menghampiri Sergi yang sedang tidur di Sofa

"gi bangun gi, jadi gak kita pergi?" ucap Alvin
"oh... jadi-jadi, lama amat lo, gw tungguin sampe ketiduran," ucap Sergi yang bangun dari tidurnya
"lo mau buat surprise kaya gimana si buat Vena?" ucap Alvin

"kamis besok kan dia ulang tahun vin, gw mau nyiapin kado istimewa buat dia, dan dia gak tau itu, gw mau dia kaget pas ngeliat surprise ini, gw mau yang bagus deh," ucap Sergi

"oh gtu, makanya lo ikut gw, gw tau tempat yg bagus, gak nyesel deh lo," ucap Alvin
"sip, gw percaya sama lo. Lo kan sahabat gw dari kecil," ucap Sergi
"ok, ayo kita pergi," ucap Alvin


Mereka pun pergi meninggalkan markas persembunyian mereka. Vena yang tidur di kamarnya tidak tahu kalo Sergi pergi untuk mempersiapkan surprise ulang tahunnya.


Di perjalanan Sergi dan Alvin berbicara tentang masa lalu

"gw suka kepikiran Eva, vin," ucap Sergi
"kenapa? itu masa lalu kita, jangan diungkitlah," ucap Alvin

"gw merasa berdosa vin, kenapa kita lakuin itu dulu, gw kasian sama Eva," ucap Sergi
"semua sudah terjadi gi, jangan disesali, yang penting jangan ada yang tahu selain lo, gw, Alan, Nay dan Bonad," ucap Alvin sambil menyetir mobil

"tapi Bimo tahu kita yang memperkosa adiknya si Eva itu, dan dia mau balas dendam, Ben udah jadi korban pertama, trus korban keduanya siapa? kalo lo atau gw gimana? gw ga mau mati," ucap Sergi

"tenang aja kenapa sih lo, kita kan The Flame, masa sama Bimo aja takut, santai aja, kaya Alan tuh santai kan," ucap Alvin
"gw takut mati gi, jangan sampe Vena tahu hal ini," ucap Sergi



3 tahun lalu setelah kejadian Bimo kecil dianiyaya oleh geng Elf itu, Bimo dan Karin pulang ke rumah. Karin yang terluka di bagian kepala karena dipukul batu oleh Alvin langsung dirawat oleh ibunya

"kenapa ini terjadi mo?" tanya ibu bimo sambil membalut luka Karin
"ini ulah teman mah, si Alvin teman sekolahku itu," ucap Bimo kecil
"Alvin? dia itu sepupumu mo, dia itu anak tantemu, semestinya kalian berteman," ucap ibu Bimo
"masa mah? tapi dia bandel sekali dan kasar, dia selalu menggangguku, aku gak mau berteman dengannya" ucap Bimo kecil

Ayah Bimo yang mendengar pembicaraan Bimo dan istrinya datang menghampiri mereka

"Bimo! kamu ini jadi laki-laki lemah sekali! laki-laki harus kuat dan gak cengeng! kamu ini setiap pulang sekolah nangis saja! cengeng kamu! lihat adik kamu! itu gara-gara kamu!" ucap Ayah Bimo

"maaf yah, aku takut sama mereka, mereka banyak, aku sendiri," ucap Bimo kecil
"kamu alasan saja! kamu harus melawan! jangan diam saja!" ucap ayah Bimo keras

"sudah yah, sabar, jangan terlalu keras dengan anak, kasihan," ucap ibu Bimo menenangkan suaminya
"gak bisa mah, dia ini harus jadi kuat! masa selalu cengeng seperti ini, liat tuh mukanya banyak bekas air matanya, masa setiap hari diganggu oleh geng ingusan itu! sudahlah sana belajar kamu! sebentar lagi ujian kelas 3 kan!" ucap Ayah Bimo

"iya yah, aku masuk kamar dulu," ucap Bimo kecil

Di kamarnya Bimo kecil merenung sendirian. Ia tampak depresi karena tekanan yang menderanya. Ia sadar kalau ia bukan laki-laki yang kuat dan bisa melindungi. Setiap hari ia diganggu oleh Elf dan tak pernah melawan. Tekad dalam hatinya muncul di malam itu, tekad untuk bangkit untuk menjadi lebih kuat.

Bimo kecil menyalakan tv di kamarnya, ia melihat program berita yang memberitakan tentang pembunuhan sadis yang dilakukan oleh kelompok pembunuh legendaris yang menyebut dirinya "Dead Hunter"

"dead hunter, mereka tidak pernah takut untuk membunuh, mereka kuat dan tangguh, aku sudah bosan menjadi orang yang selalu ditindas seperti ini, lebih baik aku seperti Dead hunter ini, keren, aku bisa menindas orang agar mereka tahu rasanya ditindas," ucap Bimo kecil

Bimo kecil pun tertidur pulas di malam itu




1 tahun setelahnya, Bimo yang telah lulus dari SMP, melanjutkan pendidikannya ke SMA Cemara. Dia sekolah di sana bersama kedua adiknya yang cantik, Eva dan Karin. Eva adalah adik terakhir dari Bimo, ia pintar dan sangat cantik, kecantikannya melebihi kakak perempuannya Karin. Pada saat SMP ia adalah siswa akselerasi sehingga bisa masuk sekolah bersama Bimo dan Karin bersamaan.

Banyak murid-murid yang suka dengan Eva yang memiliki wajah cantik dan prilaku yang baik. Ia juga sangat pintar, tidak heran banyak murid laki-laki di SMA Cemara menyukainya.

Dari semua murid yang menyukainya itu, beberapa diantara mereka adalah para geng Elf yaitu Ben, Alvin, Alan, Nay, Sergi dan Bonad yang ternyata masuk ke SMA yang sama dengan Bimo, Karin dan Eva


Suatu hari di sekolah pada saat istirahat, Bimo, Karin dan Eva sedang berbicara di depan kelas

"enak ya kak, kita bisa satu sekolah, jadi bisa berangkat dan pulang bareng," ucap Eva

Eva adalah gadis yang sangat cantik, tubuhnya mungil dan tidak terlalu tinggi, ia sangat mirip dengan ibunya Vania Serlina yang merupakan pemain drama yang terkenal dan dijuluki "gadis berpita hitam". Eva memiliki rambut yang tidak terlalu panjang, wajah yang putih dan senyum yang sangat manis. Ia selalu memakai pita hitam untuk mengikat rambutnya sama seperti kebiasaan yang dilakukan ibunya

"iya, kita jadi bisa bersama terus kan, kakak jadi bisa melindungi kalian terus, kakak janji akan melindungi kamu va, Karin juga," ucap Bimo
"janji ya? awas loh kalo dilanggar," ucap Eva sambil tersenyum manis
"iya kakak janji," ucap Bimo sambil tersenyum

"kak, masih ingat kejadian setahun yang lalu waktu geng Elf mengganggu kakak dan aku dipukul di kepala dengan batu oleh Alvin itu?" ucap Karin
"tentu aja gw ingat itu, gw benci sama mereka, di hari itu gw berjanji gak akan jadi laki-laki yang lemah lagi dan akan terus jaga adek-adek gw!," ucap Bimo


Di ujung koridor sekolah, geng Elf berjalan dengan gayanya yang sok dan terlihat seperti preman. Mereka begajulan dan tidak tahu aturan. Baju mereka keluar, kerah yang naik ke atas dan kancing baju yang terbuka di bagian atas. Mereka adalah Ben, Alan, Nay, Alvin, Bonad, Sergi dan Vena

"gokil! SMA juga kita! lulus juga kita ya! gw kira gak! hahahaha!" ucap Alan
"aah, males gw sekolah mulu! bosen! ya gak Nay?" ucap Alvin sambil merangkul pundak Nay

"iya nih, lama-lama bosen juga gw, ketemu kakak gw mulu dari SMP, bosen gw liat mukanya," ucap Nay
"wah wah, songong lo! maksut lo apa Nay? gibeng nih!" ucap Alan
"becanda, yaelah!," ucap Nay sedikit takut

"hahaha, tenang ajeee sama gw! kita kan brother!" ucap Alan sambil memegang kepala Nay
"berisik-berisik! noh anak kelas 3 pada liatin kita!" ucap Bonad

"ngapain takut? mereka tau siapa kita! kita ini Elf!" ucap Alan
"yoi, kalo macem-macem, kita bisa panggil temen geng kita, abis dah mereka," ucap Sergi
"betul-betul gi, gw setuju sama lo, setuju banget gw," ucap Vena

"yaelah ven, cari perhatian mulu sama Sergi, kapan jadiannya nih?" ucap Ben
"cie, cie, yihiy!" ucap Ben, Alan, Nay, Alvin dan Bonad


Wajah Vena memerah, ia sangat malu karena digoda oleh teman-temannya. Sudah cukup lama ia menyukai Sergi yang keren itu. Namun Sergi masih belum menyadari kalau Vena menyukainya

"ngomong apa si lo pada? orang Vena biasa aja, cari perhatian apanya?" ucap Sergi
"tau lo semua, gw kan biasa aja ya gi?" ucap Vena
"iya biasa aja ko," ucap Sergi

"ah jangan pura-pura gitu dong ven, kemarin lo bil... mmmmffftt.....!!!" ucapan Ben terpotong karena mulutnya ditutup oleh tangan Vena secara tiba-tiba

"sssssst!! jangan bilang-bilang ah Ben, lo janji gak bilang kan, tar dia kegeeran," ucap Vena
"iya deh, komisi dulu dong," ucap Ben
"ah, matre lo!" ucap Vena


Alvin melihat Eva yang sedang berdiri sendiri di ujung koridor, badannya putih mulus, rambutnya yang diikat dengan pita hitam membuat Eva terlihat sangat manis.

"wiiih, cewe.... cewe... tuh!,"ucap Alvin kepada teman-temannya
"bening gila!," ucap Alan melotot
"iya cakep amat tuh cewe," ucap Ben

"mana? mana? yang mana si?" ucap Nay
"itu Nay, yang berdiri di ujung koridor sendirian, yang putih itu," ucap Bonad
"oh itu, samperin aja yuk!," ucap Nay

"wah ini baru cewek cantik!" ucap Sergi
"apa si? cewe jelek gitu aja gi, cantik dari mananya si?" ucap Vena sedikit cemburu

Alvin, Alan, Nay, Bonad, Ben dan Sergi menghampiri Eva untuk memperkenalkan diri mereka, mereka terlihat sangat norak, seperti baru melihat bidadari turun dari langit. Sementara itu, Vena hanya cemberut dan melihat dari kejauhan, ia kesal Sergi tidak mempedulikannya, ia cemburu kepada Eva

"gw dulu... gw dulu!, gw dulu yang kenalan!.... minggir ah! minggir!" ucap Alan berebutan dengan Alvin
"gw dulu lan! minggir ah lo!" ucap Alvin

Mereka semua berebutan untuk berkenalan dengan Eva. Eva sangat kaget karena didatangi oleh banyak laki-laki secara tiba-tiba, ia ketakutan dan kebingungan

"ka... ka... lian... mau... ngapain yah?" ucap Eva sedikit takut
"kenalin gw Alan, bintang Leo," ucap Alan norak

"norak lo lan, kenalin nama gw Alvin, gw cool trus gaul," ucap Alvin narsis
"kalo gw Nay," ucap Nay santai
"Bonad," ucap Bonad simple

"gw Ben," ucap Ben tersenyum

Sergi mengembangkan senyum mautnya, ia ingin membuat Eva kagum akan kegantengannya, dengan nada yang sangat diatur dan suara yang mengalun pasti ia menyebut namanya. Ia memang sering tebar pesona

"gw Sergi Andrian," ucap Sergi memberikan jabat tangannya
"oo....oooh... iya... iya... kenalin gw Eva Serlina, panggil aja Eva," ucap Eva
"ooooh........ Eva," ucap Alvin dan Alan bersamaan

Mereka berdua terlihat yang paling semangat diantara teman-temannya.

"lo anak kelas berapa va?" ucap Sergi
"gw kelas 1-2." ucap Eva

"gimana kalo sabtu besok kita jalan? ok?" ucap Sergi
"wah gila lo gi! kepedeaan lo!!" ucap Alan
"gw yang ajak dia jalan duluan gi, mau kan? mau kan pergi sama gw?" ucap Alvin

Tiba-tiba Bimo dan Karin datang menghampiri adiknya Eva yang dikerumuni oleh para geng Elf itu. Mereka tidak ingin Eva disakiti oleh para laki-laki geng Elf itu

"jadi kita satu sekolah ya," ucap Bimo

Para laki-laki geng Elf itu menengok ke arah Bimo yang berdiri tidak jauh dari mereka. Mereka terlihat sedikit kesal

"siapa lo?" ucap Alan
"tau! tiba-tiba ikut campur! lo ga tau siapa kita?" ucap Alvin

"gw tau, kalian Elf yang dulu sering ganggu si cengeng itu kan," ucap Bimo
"si cengeng?! kok dia bisa tahu ya?" ucap Alan
"tunggu deh, kayaknya ini orang gw kenal," ucap Nay mengingat-ingat

"masa lo lupa sama gw sih," ucap Bimo

"siapa sih emang?" ucap Bonad
"gw inget sekarang, dia Bimo si cengeng yang kita sering gangguin dulu di SMP," ucap Nay

"Bimo? oooh...jadi rupanya kita satu sekolah lagi ya," ucap Alvin
"udah begaya lo sekarang, ngapain lo kesini?" ucap Alan
"Eva itu adik gw, jangan ganggu dia," ucap Bimo

Eva pun berlari ke belakang punggung Bimo untuk bersembunyi, ia sedikit ketakutan

"kamu gapapa va?" ucap Karin
"gapapa mba, oh... jadi mereka itu Elf yang dulu gangguin kakak Bimo dan mba Karin, aku gatau tadi," ucap Eva

"iya, makanya kamu harus hati-hati," ucap Karin

Bimo terdiam, kejadian 1 tahun lalu telah membuatnya menjadi laki-laki yang kuat, ia bertekad untuk melindungi adiknya dan menjadi tangguh seperti yang ayahnya inginkan. Ia tidak ingin Elf mengganggu adik-adiknya seperti Elf mengganggu dan menganiyaya dirinya dulu

"jadi mau lo apa nih, gw cuma mau kenalan sama adek lo aja ko," ucap Alan
"lo mau kita gangguin kaya dulu lagi mo? gw sih dengan senang hati," ucap Alvin

"gw gak percaya sama lo semua! gw ga mau adek gw jadi korban geng lo! kaya gw dulu! mending lo pergi jauh-jauh dari gw dan adek gw!" ucap Bimo

Tiba-tiba bel masuk berbunyi


"gaya amat lo! lo liat ntar! lo liat! ayo cabut," ucap Alvin kepada teman-teman Elf nya
"ayo dah, liat lo! awas lo!" ucap Alan
"banyak gaya lo!" ucap Sergi sambil berjalan bersama teman-teman Elf nya

"ayo masuk kelas," ucap Bimo kepada adik-adiknya

Geng Elf yang berjumlah 7 orang itu masuk ke dalam kelas yang sama, semua ini terjadi karena permintaan Alan kepada ayahnya yang merupakan guru matematika dan kepala sekolah di SMA Cemara yaitu pak Suryo

Di kelas itu, murid-murid sedang bercanda karena guru mereka belum datang untuk mengajar. Semua murid di kelas itu mengobrol satu sama lain, suasana kelas pun ramai. Tiba-tiba seorang guru datang dan membuat suasana kelas menjadi hening seketika

"selamat siang anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru..... silahkan masuk nak," ucap guru itu

Seorang murid laki-laki berjalan masuk ke dalam kelas, lalu ia memperkenalkan diri

"nama gw sagil" ucap murid baru itu sangat dingin
"Sagil, kamu boleh duduk di sebelah Alvin, di belakang sana," ucap guru itu
"loh pak? ko sama saya? saya mau duduk sendiri!" ucap Alvin

"sudahlah, menurut saja, ayo Sagil silahkan duduk di sebelah Alvin," ucap guru itu
"baik pak,"ucap Sagil

Sagil duduk di sebelah Alvin, ia memperkenalkan dirinya

"gw Sagil, nama lo siapa?" ucap Sagil
"udah tau, gw Alvin, lo jangan macem-macem deh di sini, sekolah ini geng gw yang megang," ucap Alvin

Sagil menatap Alvin dengan pandangan yang tajam dan mengerikan, Alvin kaget ketika melihat mata Sagil. Pandangan Sagil seperti menyimpan kepahitan yang sangat kelam

"gila, serem amat nih orang," gumam Alvin

Sore itu sepulang sekolah, Elf telah menunggu di jalanan samping sekolah untuk mencegat Bimo dan adik-adiknya pulang dari sekolah. Elf ingin melakukan perhitungan dengan Bimo

"mana nih si Bimo? lo yakin kan Nay mereka lewat sini?" ucap Alan
"yakin gw, kemarin dia lewat sini pas pulang sekolah, orang gw liat, tunggu aja," ucap Nay
"perlu kita hajar nih si Bimo, gayanya tengil banget," ucap Alvin
"santai aja vin, nafsu amat sih lo," ucap Ben
"nafsu banget gw Ben," ucap Alvin

Sergi hanya terdiam sambil bersandar di tembok. Vena yang berdiri tidak jauh darinya, terus melihat Sergi yang memakai jaket itu. Vena hanya senyum-senyum saja sambil melihat Sergi

Bimo sedang jalan bersama Karin dan Eva, mereka melewati jalan samping sekolah.

"di rumah mamah masak apa ya?" ucap Eva
"duh jadi laper nih mikirinnya, pengen cepet sampe rumah," ucap Karin
"iya ya, makanan mamah emang enak banget," ucap Bimo

Dari kejauhan Eva melihat geng Elf yang mencegat mereka, Eva terlihat ketakutan

"ka, itu.... di depan.... geng Elf," ucap Eva
"mau ngapain mereka?" ucap Karin
"udah tenang aja, jangan jauh-jauh dari kakak," ucap Bimo

Geng Elf mencegat Bimo dan adik-adiknya

"mo, ngapain si buru-buru pulang," ucap Alan menahan Bimo dengan membawa stik bisbol
"tau, nongkrong dulu lah di sini sama kita," ucap Alvin

"apa mau kalian? gw cuma mau lewat jalan sini, gw mau pulang," ucap Bimo
"gw bakal ijinin lo lewat, kalo lo ngijinin kita jalan sama Eva, gimana? ucap Alan
"gak bakal! sampe gw mati juga!" ucap Bimo

"apa kata lo? jadi lo mau mati!?" ucap Bonad
"hajar aja udah!" ucap Nay

"kenapa si kalian ga pernah pergi dari hidup gw? gw ga mau ribut sama brandal sampah kaya kalian" ucap Bimo
"apa lo bilang!!! bangsat!!" Alan mengayunkan stik bisbolnya ke Bimo

Bimo menghindar dengan cekatan, para anggota Elf itu mengeroyoknya. Alvin, Bonad, Nay, dan Alan siap menghajar Bimo. Sergi dan Ben hanya melihat saja di belakang, mereka memang tidak terlalu suka berkelahi.


Bimo yang dulu berbeda dengan yang sekarang, Bimo yang sekarang jauh lebih tangguh dari yang dulu. Ia sudah bosan menjadi laki-laki yang lemah, ia tidak ingin ditindas terus. Ia ingin bisa melindungi adik-adik perempuannya

Tanpa terduga, Alan, Alvin, Bonad dan Nay kalah dan tak berdaya, Bimo hanya luka sedikit saja, namun ia tetap menang

"ko kita kalah sih? gimana mungkin," ucap Alan
"si Bimo cepet amat ngindarnya, muka gw bonyok gini lagi," ucap Bonad
"gawat nih, kita dikalahin sama Bimo," ucap Alvin

Bimo menghampiri Alvin, ia menarik baju Alvin

"lo tuh sepupu gw Vin! kenapa lo giniin gw! kita semestinya berteman!" ucap Bimo
"hah? gw.... sepupu lo? yang bener.... sori mo... sori... ampun...," ucap Alvin ciut

Bimo menjatuhkan Alvin ke tanah dan pergi meninggalkan Elf yang kalah itu

"ayo kita pulang," ucap Bimo kepada adik-adiknya


Geng Elf yang disegani itu terkalahkan oleh Bimo. Mereka tidak percaya kalau Bimo menjadi begitu tangguh, ia seperti berubah 360 derajat

"ada apa sama si Bimo jadi kuat gitu?" ucap Alan menyeka luka di bibirnya
"iya, gw juga bingung, gimana nih, masa kita kalah si," ucap Alvin
"lo si Nad ah! gak tahan dia dari belakang tadi," ucap Nay
"yaelah, dia cepet banget, gw ga bisa nangkep dia," ucap Bonad

Sergi dan Ben yang melihat perkelahian itu, menghampiri teman-temannya

"wah gila, gimana nih? kalah masa?" ucap Sergi
"ckckck, si Bimo berubah amat ya, jadi kuat banget gitu" ucap Ben
"udah, biarin aja si kalo kalah juga, dia emang kuat," ucap Vena
"gak bisa gitu ven, harga diri dong, masa Elf yang disegani itu kalah cuma sama Bimo yang dulu cupu itu," ucap Alan


Sesosok murid laki-laki yang dari tadi memperhatikan Elf dan Bimo saling beradu otot sedang duduk di atas tembok sekolah, lalu ia turun dari tembok dan menghampiri Elf

"kayaknya ada yang abis kalah total," ucap Sagil

Geng Elf melihat Sagil yang menghampiri mereka

"lo kan anak baru itu, siapa namanya lupa gw?" ucap Alan
"Sagil," ucap Alvin
"oh iya, Sagil, ngapain lo kesini?" ucap Alan

"gw tahu lo Elf yang terkenal itu, tapi kalo sama orang kaya tadi itu aja lo kalah, masa depan geng lo bakal suram tau ga," ucap Sagil sambil berjalan santai
"tengil banget gaya lo," ucap Bonad
"trus maksut lo apa? lo dateng cuma mau ngeledek kita?" ucap Nay

"nggak, gw cuma mau nawarin bantuan anggota baru buat Elf, hmm... tepatnya sih bukan anggota, tapi ketua, geng lo tuh ga punya ketua yang kuat," ucap Sagil
"berani amat lo ngomong kaya gitu! udah kaya yang pantes aja lo jadi ketua kita!," ucap Alan

"diem deh lo, lo tuh kebanyakan bacot! makanya lo gak bisa berpikir jernih kalo lagi berantem!" ucap Sagil
"apa kata lo!" Alan memukul Sagil di bagian wajah dengan telak

Sagil terdiam, darah mengalir dari bibirnya, lalu ia tertawa

"segini doang? pantes aja lo kalah sama anak itu! mukul tuh kaya gini!" ucap Sagil yang memukul Alan di bagian dagunya dengan upper cut

Alan terpental jauh karena dipukul Sagil, ia langsung pingsan tak sadarkan diri

"lan!" ucap Nay yang langsung menghampiri kakaknya yang pingsan terbaring di tanah
"gila nih orang, siapa si dia?" ucap Ben

Geng Elf terdiam dan ketakutan, baru kali ini mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Elf memang geng tangguh di kalangan anak sekolahan namun bagi Sagil yang hidupnya keras di luar sana, Elf bukan apa-apa

"kalian semua anak rumahan bukan lawan sepadan gw, gw yang hidup keras di luar sana dengan para preman dan brandal jauh lebih kuat dibanding kalian yang tidur di kasur nyaman dan makan makanan mahal itu, untuk dapetin sesuap nasi pun gw harus berjuang," ucap Sagil

"terus mau lo sekarang apa gil?" ucap Alvin
"biar gw yang jadi ketua lo semua! biar gw yang bawa geng ini jauh lebih kuat dan ditakuti! lo butuh ketua kaya gw!" ucap Sagil
"tapi lo janji gak akan berkhianat? lo bakal bangun nama geng ini?" ucap Alvin

"gw janji, pegang kata-kata gw," ucap Sagil

Geng Elf menyambut ketua mereka Sagil, seseorang yang dibesarkan dalam kepahitan dan kepedihan. Seseorang yang lebih tahu akan kebencian dan dendam dari pada cinta dan kasih sayang

Sagil mendekati Alvin dan Elf, lalu ia berkata

"mulai sekarang nama geng kita adalah "The Flame!!"