Minggu, 04 Oktober 2009

23. The Ghost

Mobil polisi kapten Aryo berhenti di depan pabrik tua itu. Pabrik tua tempat Joy dan Ibu Irham berada. Irham, Kapten Aryo dan perwira Edo keluar dari dalam mobil

"pabrik ini kan tempatnya kapten?" ucap perwira Edo
"sepertinya begitu, pesan itu bilang, pabrik inilah tempat Ibu dan kakak Irham berada," ucap Kapten Aryo
"ayo masuk kapten!" ucap Irham terlihat terburu-buru
"tunggu dulu ham! jangan gegabah! kita harus tetap waspada, siapa tau ini jebakan!" ucap Kapten Aryo

Irham terdiam lalu mereka bertiga berjalan pelan dengan sangat hati-hati masuk ke pabrik itu. Kapten Aryo dan perwira Edo menyalakan senternya karena di dalam pabrik itu sangat gelap

"do, tetap waspada!" ucap Kapten Aryo smbil memegang pistol dan senternya
"baik kapten!" ucap perwira Edo


Pabrik tua itu terlihat sangat sepi. Pabrik itu sudah tidak terpakai lagi dan kosong. Irham, Kapten Aryo dan perwira Edo berjalan di dalam kegelapan pabrik kosong itu. Mereka terus mencari keberadaan Joy dan Ibu Irham

"kapten ada sebuah ruangan di pojok itu!" ucap perwira Edo
"ayo kita periksa!" ucap Kapten Aryo

Mereka bertiga mendekati ruangan itu lalu membuka pintu yang berdebu, kotor dan sudah sangat tua itu. Mereka masuk ke dalam ruangan kosong itu. Dua orang wanita yang tak sadarkan diri terlihat tergeletak berbaring di lantai ruangan itu

"kapten! itu Mba Joy dan ibu saya!" ucap Irham yang langsung lari mendekati ibu dan kakaknya yang terbaring di lantai
"ham tunggu!" ucap Kapten Aryo

Namun Irham langsung mendekati ibu dan kakaknya itu dan melihat keadaannya. Joy dan ibu Irham pingsan tak sadarkan diri

"mba Joy bangun! bangun mba!" ucap Irham sambil menggoyang-goyangkan tubuh Joy
"ham, ada dimana ini? apa yang terjadi?" ucap Joy
"sudah mba tenang saja, mba sudah aman sekarang," ucap Irham

Joy dan ibu Irham pun dibawa ke mobil polisi Kapten Aryo dan mereka meninggalkan pabrik tua itu


Di tempat lain, Sergi dan Vena sedang melakukan hubungan intim di kamar hotel malam itu. Mereka terlihat sangat semangat dan bernafsu. Mereka sudah sering melakukan ini padahal belum menikah. Setelah puas melampiaskan nafsunya, mereka pun melepas lelah di atas ranjang sambil berbicara ringan

"aku senang gi," ucap Vena memeluk Sergi yang tubuhnya tertutup selimut putih
"aku hebat kan," ucap Sergi sambil membelai rambut panjang Vena
"iya hebat, tapi..." ucap Vena
"tapi apa?" tanya Sergi

"aku takut gi," ucap Vena cemas
"takut apa? hamil? kan tinggal digugurin, susah banget," ucap Sergi
"bukan, bukan itu," ucap Vena
"trus?" tanya Sergi
"aku takut peramal itu benar, aku takut ramalan itu benar," ucap Vena

"kamu ini aneh banget, tadi kamu bilang peramal itu gila dan ramalannya asal, tapi sekarang kamu takut ramalannya benar," ucap Sergi
"aku memikirkan ramalan itu dari tadi, aku cuma takut kita berpisah gi," ucap Vena

"ramalan murahan gitu aja percaya, udah lah jangan takut, masa gitu aja kamu percaya, kita gak akan pisah, kita akan selalu bersama dan menikah nanti," ucap Sergi
"aku takut gi, aku gak mau pisah sama kamu, aku sayang banget sama kamu," ucap Vena
"tenang, kita gak akan pisah, aku juga sayang kamu," ucap Sergi

"jangan pernah tinggalin aku ya," ucap Vena
"iya aku janji," ucap Sergi



Di markas polisi. Kapten Ivan sedang berjalan sendiri menuju sebuah ruangan. Ia terlihat mencurigakan. Ia berjalan tenang dan berhenti di depan sebuah ruangan. Ia membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruangan itu

Di dalam ruangan itu, Kapten Ivan menyalakan lampu ruangan itu. Lampu pun hidup satu per satu. Terangnya lampu memperjelas sesosok orang yang sedang terborgol di tempat duduk khusus tahanan itu. Ia adalah Jack sang ketua geng "Bomber"

"Jack, ini barang-barang yang dibutuhin, saya taro di loker ini ya, kunci loker saya taro di bawah kasur," ucap Kapten Ivan
"semua perlengkapan? semua peledak yang dibutuhin kan?" tanya Jack bertopeng itu
"iya, semuanya, tadi anak buah kamu yang kasih saya, mereka bilang, semuanya sudah disitu," ucap Kapten Ivan
"bagus, rencana kita untuk meledakkan markas polisi ini akan terwujud!" ucap Jack dengan suara beratnya


"ya, rencana ini harus segera dilaksanakan agar para polisi lain terutama Kapten Aryo tidak tahu," ucap Kapten Ivan
"tenang aja, besok markas polisi ini udah tinggal debu!" ucap Jack sangat jahat
"ok, semua harus sesuai rencana, jangan sampai ada yang salah," ucap Kapten Ivan
"tenang aja, yang penting lo lindungi gw dari si Aryo itu," ucap Jack

Kapten Ivan memang sengaja menangkap Jack pada saat kerusuhan geng itu. Ia adalah mata-mata "Ace" dari oknum polisi. Ia mendapat bayaran yang cukup banyak dari "Ace" untuk melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. "Ace" menyuruhnya menangkap Jack untuk meledakkan markas polisi itu. Semua polisi di markas itu tidak tahu rencana jahat itu. Mereka hanya berpikir Jack adalah tahanan biasa.

Kapten Ivan pun tersenyum licik dan segera pergi dari ruangan itu, Ia keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju suatu tempat untuk bertemu seseorang. Seorang polisi yang berjaga malam menegurnya

"malam Kapten, masih berada di kantor malam-malam gini? tidak pulang?" ucap polisi itu
"kerjaan banyak, biasalah sibuk kan, ini saya mau pulang," ucap kapten Ivan
"oh begitu, hati-hati di jalan Kapten," ucap polisi itu
"yayaya, sudah kerja saja yang benar," ucap Kapten Ivan meninggalkan polisi itu dan keluar dari markas polisi

Kapten Ivan menyalakan mobilnya yang parkir di parkiran depan markas polisi. Ia mengendarai mobilnya keluar dari markas itu dan menuju suatu tempat untuk menemui seseorang.



Tak lama ia sampai di sebuah jalan sepi. Sebuah mobil Van yang ada di pinggir jalan itu mengedipkan lampu dim nya untuk memberikan tanda kepada Kapten Ivan. Kapten Ivan mengendarai mobilnya dan mendekati mobil Van itu. Lalu ia memasukkan kendaraanya ke dalam garasi mobil di depan mobil Van itu.

Kapten Ivan keluar dari mobilnya yang terparkir di dalam garasi mobil milik geng itu. Ia masuk ke dalam mobil Van. Lalu mobil Van itu pun pergi menuju ke suatu tempat


Di dalam mobil Van

"kapten, rencana ngebom markas polisi gimana?" ucap Felix
"udah beres, besok tinggal eksekusi aja," ucap Kapten Ivan
"mampus tuh si Aryo brengsek itu!" ucap Felix kesal
"kenapa kamu begitu kesal dengan Aryo?" tanya Kapten Ivan

"mereka lolos pada saat pengejaran tadi! anak buah gw mati juga gara-gara ngejar mereka! bangsat!" ucap Felix
"loh, kan sudah saya beri tahu kalo mereka sedang menuju pabrik tua di Jakarta Utara itu ,trus kalian sudah mencegatnya di sekitar jalan kelapa gading?" ucap Kapten Ivan

"kalo itu memang sudah berhasil, tapi kita gak bisa nangkep dia! mereka lolos!" ucap Felix
"tenang saja, di pertemuan geng nanti kita akan membicarakan teror besar! si Aryo cunguk itu bakalan pusing karena teror ini!" ucap Kapten Ivan

"iya, kita harus cepat ke pertemuan itu, sudah hampir telat ini," ucap Felix
"tapi ngomong-ngomong, bayaran saya mana? komisi dong!" ucap Kapten Ivan
"nih, langsung dari boss Arthur! hahaha!" ucap Felix sambil memberikan amplop coklat yang berisi uang seratus ribuan yang banyak

Kapten Ivan melihat amplop coklat itu, ia menghitung uang di dalamnya, ia terlihat sangat haus akan uang dan kekayaan


"cukup kan?" tanya Felix
"mantap!" ucap Kapten Ivan puas

Kapten Ivan yang terlihat profesional sebagai seorang polisi dan disegani banyak anggota polisi ternyata adalah mata-mata dari para geng kejam itu. Ia dibayar untuk menjadi oknum polisi yang mem"backing" "ace" agar dapat melakukan aksi terornya. Kapten Ivan sangat licik dan hanya memikirkan uang dan kekayaan

Karin sedang berdiri sendiri di balkon rumah kakeknya yang merupakan tempat persembunyian para animus itu. Karin sedang melihat bulan yang bulat penuh dan terang. Bulan itu sangat indah menerangi gelapnya malam. Karin sedang termenung sendiri.

"rin cepat masuk, pertemuan akan segera di mulai di ruangan bawah tanah," ucap Bimo
"iya, aku segera kesana," ucap Karin

Bimo meninggalkan Karin sendiri di balkon itu. Karin berjalan pelan menuju ruang bawah tanah, namun ia memegangi kepalanya. Ia terlihat kesakitan sambil memegang kepalanya


Di ruang bawah tanah rumah kakek Karin, para ketua geng telah berkumpul bersama beberapa anak buahnya.

"mana sih Arthur sama Bimo lama amat," ucap Theo sambil memainkan pisaunya
"santai aja kali eo, lo gak pernah santai deh," ucap Alvo sang ketua "nighteyes"

"gimana mau santai, janjinya jam 12 malam kan, kaya biasa, ini udah lewat! males gw nunggu! si Felix kunyuk mana lagi? telat mulu tuh anak" ucap Theo

"santai, santai, kaya gw nih," ucap Alvo sambil melukis-lukis wajahnya
"dasar dukun gila lo! kerjaan lo gambar-gambar di badan lo mulu, sakit lo," ucap Theo

"santai, ini ritual bro," ucap Alvo

Arthur, Bimo dan Karin berjalan menuju perpustakaan kecil di bagian sudut rumah kakek Karin, lalu ia mendekati sebuah lemari buku dan menarik sebuah buku yang merupakan tuas untuk menggeser lemari besar itu. Mereka bertiga masuk ke ruangan rahasia di balik lemari buku itu dan menuruni tangga menuju ruang rahasia bawah tanah. Tak lama mereka pun sampai di ruang pertemuan para geng itu


"sudah lama kita gak kumpul kaya gini," ucap Arthur kepada Alvo dan Theo yang sedang duduk
"lama lo!" ucap Theo
"kemana aja Arth? eh wajah lo mau gw lukis ga?" ucap Alvo

"ntar aja vo, masih ada yang lebih penting dari itu," ucap Arthur
"canggih!, adek lo makin cakep aja mo," ucap Alvo ketika melihat Karin

"hai vo," ucap Karin melambaikan tangannya
"hai, mau ini gak, ini permen enak loh," ucap Alvo sambil memberikan permen kepada Karin

"jangan diambil rin, itu udah dikasih ramuan biar lo suka sama dia, dukun gila dia kan!" ucap Theo sinis
"santai, santai, ini permen biasa ko," ucap Alvo

"udah, udah, si Arthur ngamuk tar, oiya eo, mana si Joy sama ibunya Irham, katanya lo mau bawa kesini? mana sekarang?" tanya Bimo

"oh, anu... anu... mo, tadi... ada polisi yg ngejar mobil gw... trus si Joy sama ibunya dibawa dari mobil gw, gw sama "strijders" kabur tadi... untung gw selamat mo, kalo gak gw ketangkep sama polisi itu," ucap Theo

"payah lo ah, bonus lo ga gw kasih kalo gitu," ucap Bimo
"yah sori deh mo," ucap Theo

"mau dimulai gak nih?" tanya Arthur
"jadi apa yang mau dibicarain nih?" tanya Alvo

"kita akan melakukan teror dalam 2 grup berbeda," ucap Arthur
"maksut lo?" ucap Alvo
"goblok amat si lo dukun! dengerin dulu makanya!" ucap Theo

"2 grup ini akan menyerang bank yang berbeda di hari yang berbeda," ucap Arthur

"jadi kita mau nyuri uang di bank?" tanya Theo
"tepat," ucap Arthur

"tapi kalo gw pikir-pikir, orang kita kurang nih, anggota "Strijder" sama "Bomber" udah berkurang banyak, lagian ini misi yang susah," ucap Alvo
"tenang semuanya udah diatur, Felix udah bawa geng baru buat kita," ucap Arthur
"trus si Felix mana?" tanya Theo

Felix bersama Kapten Ivan tiba-tiba masuk ke ruangan

"sori gw telat," ucap Felix
"santai aja bro," ucap Alvo
"telat mulu dari dulu lo!" ucap Theo
"tapi gw udah bawa 1 geng baru nih yang gabung sama kita, geng ini kuat dan mengerikan," ucap Felix

"halah, banyak bacot, paling orang-orang aneh kaya "nighteyes" lagi, pas dulu lo bawa mereka gabung," ucap Theo
"aneh, hmm... gitu ya, jadi gw aneh ya," ucap Alvo

Felix memanggil ketua geng yang baru bergabung dengan "ace" itu. Lalu sesosok orang masuk ke dalam ruangan

Sesosok orang berjubah gelap hitam dengan wajah tertutup kain gelap muncul dari balik pintu. Orang ini terlihat sangat misterius

"gila, bener kan gw bilang, ga jauh anehnya sama "nighteyes" dulu," ucap Theo
"kalo ini gw kenal," ucap Alvo

Sang Ketua geng baru ini berjalan mendekat, lalu ia berbicara kepada Alvo

"apa kabar dik," ucap sang ketua geng baru itu
"jadi lo gabung juga sama "Ace" sekarang? kemana aja lo? udah 3 taun kita gak ketemu," ucap Alvo

"gw belajar ilmu hitam baru," ucap kakak Alvo yang wajahnya tertutup kain gelap dan terlihat samar
"jadi sekarang lo udah bisa ilmu abadi itu? gokil lo, gw gak pernah bisa itu" ucap Alvo
"sekarang gw udah abadi vo, ga ada yang bisa ngalahin gw," ucap Kakak Alvo

Lalu kakak Alvo memperkenalkan diri, ternyata ia bernama Leonard

"abadi gimana maksut lo vo?" tanya Theo penasaran
"ilmu dia lebih hebat dari gw, gw gak pernah bisa belajar ilmu abadi itu," ucap Alvo

"emang kakak lo ini punya ilmu apa? abadi apa maksutnya?" tanya Theo
"abadi, gak bisa mati, ngerti?" ucap Alvo
"apa lo bilang?" gak bisa mati?" ucap Theo

"ya, mereka gak bisa mati, tapi ada satu hal yang bisa membunuh mereka, itu sangat rahasia, ilmu abadi ini sangat berbahaya dan sangat sulit untuk dipelajari, gw pun gak bisa," ucap Alvo yang mendadak serius

"ace" sekarang sudah semakin kuat, kita gak perlu takut siapa-siapa lagi, perkenalkan anggota baru kita, Leonard the ghost," ucap Arthur

"The ghost" geng baru "Ace" yang tak bisa mati. Mereka seperti hantu yang selalu menghilang dan tak tersentuh. Terkadang mereka bisa tak terlihat, tak terjamah, tak berwujud seperti angin. Kehadirannya sangat membawa petaka, mereka seperti utusan dari neraka yang ingin merusak kebaikan di dunia

The ghost julukan untuk orang-orang ini dipimpin oleh Leonard. "The ghost" yang berjumlah 4 orang ini memiliki kekuatan mistis yang berbeda-beda. 3 orang "ghost" yang lain belum muncul namun akan segera menampakkan dirinya.

"rencana kita untuk mencuri uang dari bank akan terwujud! kita akan kaya!" ucap Arthur sambil tertawa sangat licik

"udah lama gw pengen gabung dengan "ace" yang terkenal itu, yang udah terbentuk sangat lama dan terkenal kejam, "Ace" yang dibentuk oleh sang keluarga pembunuh legendaris itu! yang sekarang diketuai oleh sang anak pembunuh legendaris itu!" ucap Leonard

"jangan ingetin keluarga gw yang udah pada mati, itu masa lalu, sekarang gw yang berkuasa, gw yang mewariskan tahta "ace" ini, dan sekarang dengan hadirnya "ghost", kita akan semakin kuat! semakin tak terkalahkan! kita akan menghancurkan semua!" ucap Arthur sangat jahat

"Ace" telah membentuk dirinya menjadi lebih mengerikan, rencananya untuk mencuri uang di bank akan segera dilaksanakan. Markas polisi Kapten Aryo pun dalam bahaya karena akan diledakkan oleh Jack sang ketua "Bomber" itu. Leonard the ghost pun bergabung dengan "ace". Leonard adalah penjahat kelas kakap sahabat lama Arthur dan kakak dari Alvo yang memiliki kemampuan mistis yang mengerikan.

Petir bergemuruh kencang di tempat para geng berkumpul itu. Langit seakan menunjukkan kekuatan "Ace" yang mengerikan. Suara gemuruh mengerikan itu menandakkan kengerian dari "Ace". Malam itu langit terlihat mendung, bintang pun bersembunyi seperti takut akan kengerian "ace" itu. Petir terus menyambar membentuk kilat yang terang seperti membelah langit malam. Aura kegelapan "ace" tak akan pernah berakhir

4 komentar:

  1. ga bisa matii? buset. lama2 kaya naruto nih cerita hahaha.

    sergi vena deh juara bgt.

    _dhea

    BalasHapus
  2. hehehehe, beda dhe, kalo naruto terlalu hayal, kalo ini ritual gitu, kaya ritual orang-orang suku pedalaman, kan ada tuh yg ilmu abadi. kalo ditembak ga mati, tapi ada kelemahan juga, jadi ini gw buat lebih masuk akal aja, hehehehehhee

    BalasHapus
  3. "Mereka sudah sering melakukan ini padahal belum menikah."

    ...

    biasa aja kali nggak usah ditulis begini juga <_<

    btw apaan sih si Bimo, kemaren begitu dikasi tau mreka berhasil nyulik Joy sama nyokapnya Irham dia keliatan seneng banget gitu, ngocehnya balas dendam segala macem, eh begitu dikasih tau mreka berhasil diselametin reaksinya cuma "PAYAH LO NGGA BAKAL GW KASI BONUS" doang...

    BalasHapus
  4. ya kan dia santai aja gitu jar, hahaha,

    -animus-

    BalasHapus