Jumat, 09 Oktober 2009

25. The birth of "The Flame"

1 jam setelah ledakkan mengerikan yang menghancurkan markas polisi Kapten Aryo, para polisi dan tim evakuasi berdatangan. Suara mobil ambulan ramai memenuhi sore itu. Duka begitu mendalam menimpa Kapten Aryo dan perwira Edo. Hanya mereka berdua saja yang selamat dari ledakkan maut yang hampir saja merenggut nyawa mereka.

Tim evakuasi segera mencari korban-korban tewas yang tertimbun bangunan gedung polisi itu. Para penduduk dan orang-orang di jalan sangat padat memenuhi sekitar jalan untuk melihat gedung polisi yang sudah hancur itu. Mereka sangat penasaran dengan yang terjadi. Para polisi memasang "Police line" untuk membatasi tempat kejadian perkara dari para penduduk sipil

Kapten Ivan baru saja datang dengan mobil polisinya. Ia menghampiri Kapten Aryo yang sedang sibuk membantu tim evakuasi untuk mencari jasad-jasad tubuh para polisi yang tewas karena ledakkan itu

"kapten! ada apa ini! apa yang terjadi?!" ucap Kapten Ivan bersandiwara
"sepertinya tidak perlu saya jelaskan lagi Kapten, bapak bisa melihatnya sendiri kan" ucap Kapten Aryo sambil mengangkat puing-puing bangunan

"bagaimana bisa terjadi begini?! ini ulah para geng itu?!" ucap Kapten Ivan
"ya begitulah, lebih baik anda membantu saya mengevakuasi jasad korban," ucap Kapten Aryo

"ok sebentar, saya ke mobil dulu," ucap Kapten Ivan


Kapten Ivan pun berjalan dan masuk ke dalam mobil polisinya, ia tersenyum jahat karena telah berhasil menjalankan rencananya. Ia pun pergi meninggalkan tempat itu

Para wartawan berdatangan untuk mewawancarai Kapten Aryo. Mereka berebutan menanyakan kejadian mengerikan yang baru saja terjadi itu

"pak, bagaimana kejadian ini bisa terjadi? siapa pelaku ledakkan ini?" ucap salah satu reporter wanita
"semua terjadi sangat cepat, Jack bertopeng itu pelakunya," ucap Kapten Aryo

"Jack bertopeng itu siapa pak? lalu sekarang Jack itu ada dimana pak?" saut salah satu reporter pria
"dia ketua geng bomber, dia mati karena meledakkan dirinya bersama bom itu, ini bom bunuh diri," ucap Kapten Aryo
"Pak, ulah para geng ini semakin parah, bagaimana selanjutnya tindakan polisi untuk memberantas para geng ini?" ucap salah satu reporter pria yang lain

"saya berjanji akan menangkap mereka, hidup atau mati, nyawa saya taruhannya. Dengarkan baik-baik para ketua geng disana dan animus! cepat atau lambat kalian akan binasa!" ucap Kapten Aryo melihat salah satu kamera

Kapten Aryo sangat serius kali ini. Kejadian peledakkan markas polisi ini sudah membuatnya tidak main-main lagi, ia selama ini membuang waktunya. Tekad Kapten Aryo semakin kuat untuk memberantas para geng ini.



Di tempat persembunyiannya, Arthur dan Bimo yang sedang menonton televisi di ruang bawah tanah baru saja melihat Kapten Aryo mengancam mereka di salah satu program berita

"Orang ini berbahaya, kita harus bunuh orang ini," ucap Arthur sambil menunjuk ke gambar Kapten Aryo di tv
"ya bener, gw setuju, secepatnya kita harus singkirkan dia," ucap Bimo
"maksut lo Kapten Aryo kunyuk ini?" ucap Felix yang duduk di sofa dekat Bimo dan Arthur
"ya, dia harus kita bunuh," ucap Arthur

"itu urusan gampang, Kapten Ivan bisa membantu kita," ucap Felix
"ya gw setuju, kita harus segera memberitahukan rencana ini ke Kapten Ivan," ucap Arthur


Di markasnya, The Flame pun melihat peristiwa mengerikan yang menimpa markas polisi itu di sebuah program berita.

"gila nih si Jack, bunuh diri dia buat ngancurin markas polisi itu," ucap Alan
"si Jack dari geng "bomber" itu ya, dia kan emang rada gila, tapi siapa yang nyuruh dia ya?" ucap Nay
"gw juga ga tau deh, mungkin animus itu," ucap Alan

Alvin turun dari kamarnya, ia menuju ruang televisi dan menghampiri Sergi yang sedang tidur di Sofa

"gi bangun gi, jadi gak kita pergi?" ucap Alvin
"oh... jadi-jadi, lama amat lo, gw tungguin sampe ketiduran," ucap Sergi yang bangun dari tidurnya
"lo mau buat surprise kaya gimana si buat Vena?" ucap Alvin

"kamis besok kan dia ulang tahun vin, gw mau nyiapin kado istimewa buat dia, dan dia gak tau itu, gw mau dia kaget pas ngeliat surprise ini, gw mau yang bagus deh," ucap Sergi

"oh gtu, makanya lo ikut gw, gw tau tempat yg bagus, gak nyesel deh lo," ucap Alvin
"sip, gw percaya sama lo. Lo kan sahabat gw dari kecil," ucap Sergi
"ok, ayo kita pergi," ucap Alvin


Mereka pun pergi meninggalkan markas persembunyian mereka. Vena yang tidur di kamarnya tidak tahu kalo Sergi pergi untuk mempersiapkan surprise ulang tahunnya.


Di perjalanan Sergi dan Alvin berbicara tentang masa lalu

"gw suka kepikiran Eva, vin," ucap Sergi
"kenapa? itu masa lalu kita, jangan diungkitlah," ucap Alvin

"gw merasa berdosa vin, kenapa kita lakuin itu dulu, gw kasian sama Eva," ucap Sergi
"semua sudah terjadi gi, jangan disesali, yang penting jangan ada yang tahu selain lo, gw, Alan, Nay dan Bonad," ucap Alvin sambil menyetir mobil

"tapi Bimo tahu kita yang memperkosa adiknya si Eva itu, dan dia mau balas dendam, Ben udah jadi korban pertama, trus korban keduanya siapa? kalo lo atau gw gimana? gw ga mau mati," ucap Sergi

"tenang aja kenapa sih lo, kita kan The Flame, masa sama Bimo aja takut, santai aja, kaya Alan tuh santai kan," ucap Alvin
"gw takut mati gi, jangan sampe Vena tahu hal ini," ucap Sergi



3 tahun lalu setelah kejadian Bimo kecil dianiyaya oleh geng Elf itu, Bimo dan Karin pulang ke rumah. Karin yang terluka di bagian kepala karena dipukul batu oleh Alvin langsung dirawat oleh ibunya

"kenapa ini terjadi mo?" tanya ibu bimo sambil membalut luka Karin
"ini ulah teman mah, si Alvin teman sekolahku itu," ucap Bimo kecil
"Alvin? dia itu sepupumu mo, dia itu anak tantemu, semestinya kalian berteman," ucap ibu Bimo
"masa mah? tapi dia bandel sekali dan kasar, dia selalu menggangguku, aku gak mau berteman dengannya" ucap Bimo kecil

Ayah Bimo yang mendengar pembicaraan Bimo dan istrinya datang menghampiri mereka

"Bimo! kamu ini jadi laki-laki lemah sekali! laki-laki harus kuat dan gak cengeng! kamu ini setiap pulang sekolah nangis saja! cengeng kamu! lihat adik kamu! itu gara-gara kamu!" ucap Ayah Bimo

"maaf yah, aku takut sama mereka, mereka banyak, aku sendiri," ucap Bimo kecil
"kamu alasan saja! kamu harus melawan! jangan diam saja!" ucap ayah Bimo keras

"sudah yah, sabar, jangan terlalu keras dengan anak, kasihan," ucap ibu Bimo menenangkan suaminya
"gak bisa mah, dia ini harus jadi kuat! masa selalu cengeng seperti ini, liat tuh mukanya banyak bekas air matanya, masa setiap hari diganggu oleh geng ingusan itu! sudahlah sana belajar kamu! sebentar lagi ujian kelas 3 kan!" ucap Ayah Bimo

"iya yah, aku masuk kamar dulu," ucap Bimo kecil

Di kamarnya Bimo kecil merenung sendirian. Ia tampak depresi karena tekanan yang menderanya. Ia sadar kalau ia bukan laki-laki yang kuat dan bisa melindungi. Setiap hari ia diganggu oleh Elf dan tak pernah melawan. Tekad dalam hatinya muncul di malam itu, tekad untuk bangkit untuk menjadi lebih kuat.

Bimo kecil menyalakan tv di kamarnya, ia melihat program berita yang memberitakan tentang pembunuhan sadis yang dilakukan oleh kelompok pembunuh legendaris yang menyebut dirinya "Dead Hunter"

"dead hunter, mereka tidak pernah takut untuk membunuh, mereka kuat dan tangguh, aku sudah bosan menjadi orang yang selalu ditindas seperti ini, lebih baik aku seperti Dead hunter ini, keren, aku bisa menindas orang agar mereka tahu rasanya ditindas," ucap Bimo kecil

Bimo kecil pun tertidur pulas di malam itu




1 tahun setelahnya, Bimo yang telah lulus dari SMP, melanjutkan pendidikannya ke SMA Cemara. Dia sekolah di sana bersama kedua adiknya yang cantik, Eva dan Karin. Eva adalah adik terakhir dari Bimo, ia pintar dan sangat cantik, kecantikannya melebihi kakak perempuannya Karin. Pada saat SMP ia adalah siswa akselerasi sehingga bisa masuk sekolah bersama Bimo dan Karin bersamaan.

Banyak murid-murid yang suka dengan Eva yang memiliki wajah cantik dan prilaku yang baik. Ia juga sangat pintar, tidak heran banyak murid laki-laki di SMA Cemara menyukainya.

Dari semua murid yang menyukainya itu, beberapa diantara mereka adalah para geng Elf yaitu Ben, Alvin, Alan, Nay, Sergi dan Bonad yang ternyata masuk ke SMA yang sama dengan Bimo, Karin dan Eva


Suatu hari di sekolah pada saat istirahat, Bimo, Karin dan Eva sedang berbicara di depan kelas

"enak ya kak, kita bisa satu sekolah, jadi bisa berangkat dan pulang bareng," ucap Eva

Eva adalah gadis yang sangat cantik, tubuhnya mungil dan tidak terlalu tinggi, ia sangat mirip dengan ibunya Vania Serlina yang merupakan pemain drama yang terkenal dan dijuluki "gadis berpita hitam". Eva memiliki rambut yang tidak terlalu panjang, wajah yang putih dan senyum yang sangat manis. Ia selalu memakai pita hitam untuk mengikat rambutnya sama seperti kebiasaan yang dilakukan ibunya

"iya, kita jadi bisa bersama terus kan, kakak jadi bisa melindungi kalian terus, kakak janji akan melindungi kamu va, Karin juga," ucap Bimo
"janji ya? awas loh kalo dilanggar," ucap Eva sambil tersenyum manis
"iya kakak janji," ucap Bimo sambil tersenyum

"kak, masih ingat kejadian setahun yang lalu waktu geng Elf mengganggu kakak dan aku dipukul di kepala dengan batu oleh Alvin itu?" ucap Karin
"tentu aja gw ingat itu, gw benci sama mereka, di hari itu gw berjanji gak akan jadi laki-laki yang lemah lagi dan akan terus jaga adek-adek gw!," ucap Bimo


Di ujung koridor sekolah, geng Elf berjalan dengan gayanya yang sok dan terlihat seperti preman. Mereka begajulan dan tidak tahu aturan. Baju mereka keluar, kerah yang naik ke atas dan kancing baju yang terbuka di bagian atas. Mereka adalah Ben, Alan, Nay, Alvin, Bonad, Sergi dan Vena

"gokil! SMA juga kita! lulus juga kita ya! gw kira gak! hahahaha!" ucap Alan
"aah, males gw sekolah mulu! bosen! ya gak Nay?" ucap Alvin sambil merangkul pundak Nay

"iya nih, lama-lama bosen juga gw, ketemu kakak gw mulu dari SMP, bosen gw liat mukanya," ucap Nay
"wah wah, songong lo! maksut lo apa Nay? gibeng nih!" ucap Alan
"becanda, yaelah!," ucap Nay sedikit takut

"hahaha, tenang ajeee sama gw! kita kan brother!" ucap Alan sambil memegang kepala Nay
"berisik-berisik! noh anak kelas 3 pada liatin kita!" ucap Bonad

"ngapain takut? mereka tau siapa kita! kita ini Elf!" ucap Alan
"yoi, kalo macem-macem, kita bisa panggil temen geng kita, abis dah mereka," ucap Sergi
"betul-betul gi, gw setuju sama lo, setuju banget gw," ucap Vena

"yaelah ven, cari perhatian mulu sama Sergi, kapan jadiannya nih?" ucap Ben
"cie, cie, yihiy!" ucap Ben, Alan, Nay, Alvin dan Bonad


Wajah Vena memerah, ia sangat malu karena digoda oleh teman-temannya. Sudah cukup lama ia menyukai Sergi yang keren itu. Namun Sergi masih belum menyadari kalau Vena menyukainya

"ngomong apa si lo pada? orang Vena biasa aja, cari perhatian apanya?" ucap Sergi
"tau lo semua, gw kan biasa aja ya gi?" ucap Vena
"iya biasa aja ko," ucap Sergi

"ah jangan pura-pura gitu dong ven, kemarin lo bil... mmmmffftt.....!!!" ucapan Ben terpotong karena mulutnya ditutup oleh tangan Vena secara tiba-tiba

"sssssst!! jangan bilang-bilang ah Ben, lo janji gak bilang kan, tar dia kegeeran," ucap Vena
"iya deh, komisi dulu dong," ucap Ben
"ah, matre lo!" ucap Vena


Alvin melihat Eva yang sedang berdiri sendiri di ujung koridor, badannya putih mulus, rambutnya yang diikat dengan pita hitam membuat Eva terlihat sangat manis.

"wiiih, cewe.... cewe... tuh!,"ucap Alvin kepada teman-temannya
"bening gila!," ucap Alan melotot
"iya cakep amat tuh cewe," ucap Ben

"mana? mana? yang mana si?" ucap Nay
"itu Nay, yang berdiri di ujung koridor sendirian, yang putih itu," ucap Bonad
"oh itu, samperin aja yuk!," ucap Nay

"wah ini baru cewek cantik!" ucap Sergi
"apa si? cewe jelek gitu aja gi, cantik dari mananya si?" ucap Vena sedikit cemburu

Alvin, Alan, Nay, Bonad, Ben dan Sergi menghampiri Eva untuk memperkenalkan diri mereka, mereka terlihat sangat norak, seperti baru melihat bidadari turun dari langit. Sementara itu, Vena hanya cemberut dan melihat dari kejauhan, ia kesal Sergi tidak mempedulikannya, ia cemburu kepada Eva

"gw dulu... gw dulu!, gw dulu yang kenalan!.... minggir ah! minggir!" ucap Alan berebutan dengan Alvin
"gw dulu lan! minggir ah lo!" ucap Alvin

Mereka semua berebutan untuk berkenalan dengan Eva. Eva sangat kaget karena didatangi oleh banyak laki-laki secara tiba-tiba, ia ketakutan dan kebingungan

"ka... ka... lian... mau... ngapain yah?" ucap Eva sedikit takut
"kenalin gw Alan, bintang Leo," ucap Alan norak

"norak lo lan, kenalin nama gw Alvin, gw cool trus gaul," ucap Alvin narsis
"kalo gw Nay," ucap Nay santai
"Bonad," ucap Bonad simple

"gw Ben," ucap Ben tersenyum

Sergi mengembangkan senyum mautnya, ia ingin membuat Eva kagum akan kegantengannya, dengan nada yang sangat diatur dan suara yang mengalun pasti ia menyebut namanya. Ia memang sering tebar pesona

"gw Sergi Andrian," ucap Sergi memberikan jabat tangannya
"oo....oooh... iya... iya... kenalin gw Eva Serlina, panggil aja Eva," ucap Eva
"ooooh........ Eva," ucap Alvin dan Alan bersamaan

Mereka berdua terlihat yang paling semangat diantara teman-temannya.

"lo anak kelas berapa va?" ucap Sergi
"gw kelas 1-2." ucap Eva

"gimana kalo sabtu besok kita jalan? ok?" ucap Sergi
"wah gila lo gi! kepedeaan lo!!" ucap Alan
"gw yang ajak dia jalan duluan gi, mau kan? mau kan pergi sama gw?" ucap Alvin

Tiba-tiba Bimo dan Karin datang menghampiri adiknya Eva yang dikerumuni oleh para geng Elf itu. Mereka tidak ingin Eva disakiti oleh para laki-laki geng Elf itu

"jadi kita satu sekolah ya," ucap Bimo

Para laki-laki geng Elf itu menengok ke arah Bimo yang berdiri tidak jauh dari mereka. Mereka terlihat sedikit kesal

"siapa lo?" ucap Alan
"tau! tiba-tiba ikut campur! lo ga tau siapa kita?" ucap Alvin

"gw tau, kalian Elf yang dulu sering ganggu si cengeng itu kan," ucap Bimo
"si cengeng?! kok dia bisa tahu ya?" ucap Alan
"tunggu deh, kayaknya ini orang gw kenal," ucap Nay mengingat-ingat

"masa lo lupa sama gw sih," ucap Bimo

"siapa sih emang?" ucap Bonad
"gw inget sekarang, dia Bimo si cengeng yang kita sering gangguin dulu di SMP," ucap Nay

"Bimo? oooh...jadi rupanya kita satu sekolah lagi ya," ucap Alvin
"udah begaya lo sekarang, ngapain lo kesini?" ucap Alan
"Eva itu adik gw, jangan ganggu dia," ucap Bimo

Eva pun berlari ke belakang punggung Bimo untuk bersembunyi, ia sedikit ketakutan

"kamu gapapa va?" ucap Karin
"gapapa mba, oh... jadi mereka itu Elf yang dulu gangguin kakak Bimo dan mba Karin, aku gatau tadi," ucap Eva

"iya, makanya kamu harus hati-hati," ucap Karin

Bimo terdiam, kejadian 1 tahun lalu telah membuatnya menjadi laki-laki yang kuat, ia bertekad untuk melindungi adiknya dan menjadi tangguh seperti yang ayahnya inginkan. Ia tidak ingin Elf mengganggu adik-adiknya seperti Elf mengganggu dan menganiyaya dirinya dulu

"jadi mau lo apa nih, gw cuma mau kenalan sama adek lo aja ko," ucap Alan
"lo mau kita gangguin kaya dulu lagi mo? gw sih dengan senang hati," ucap Alvin

"gw gak percaya sama lo semua! gw ga mau adek gw jadi korban geng lo! kaya gw dulu! mending lo pergi jauh-jauh dari gw dan adek gw!" ucap Bimo

Tiba-tiba bel masuk berbunyi


"gaya amat lo! lo liat ntar! lo liat! ayo cabut," ucap Alvin kepada teman-teman Elf nya
"ayo dah, liat lo! awas lo!" ucap Alan
"banyak gaya lo!" ucap Sergi sambil berjalan bersama teman-teman Elf nya

"ayo masuk kelas," ucap Bimo kepada adik-adiknya

Geng Elf yang berjumlah 7 orang itu masuk ke dalam kelas yang sama, semua ini terjadi karena permintaan Alan kepada ayahnya yang merupakan guru matematika dan kepala sekolah di SMA Cemara yaitu pak Suryo

Di kelas itu, murid-murid sedang bercanda karena guru mereka belum datang untuk mengajar. Semua murid di kelas itu mengobrol satu sama lain, suasana kelas pun ramai. Tiba-tiba seorang guru datang dan membuat suasana kelas menjadi hening seketika

"selamat siang anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru..... silahkan masuk nak," ucap guru itu

Seorang murid laki-laki berjalan masuk ke dalam kelas, lalu ia memperkenalkan diri

"nama gw sagil" ucap murid baru itu sangat dingin
"Sagil, kamu boleh duduk di sebelah Alvin, di belakang sana," ucap guru itu
"loh pak? ko sama saya? saya mau duduk sendiri!" ucap Alvin

"sudahlah, menurut saja, ayo Sagil silahkan duduk di sebelah Alvin," ucap guru itu
"baik pak,"ucap Sagil

Sagil duduk di sebelah Alvin, ia memperkenalkan dirinya

"gw Sagil, nama lo siapa?" ucap Sagil
"udah tau, gw Alvin, lo jangan macem-macem deh di sini, sekolah ini geng gw yang megang," ucap Alvin

Sagil menatap Alvin dengan pandangan yang tajam dan mengerikan, Alvin kaget ketika melihat mata Sagil. Pandangan Sagil seperti menyimpan kepahitan yang sangat kelam

"gila, serem amat nih orang," gumam Alvin

Sore itu sepulang sekolah, Elf telah menunggu di jalanan samping sekolah untuk mencegat Bimo dan adik-adiknya pulang dari sekolah. Elf ingin melakukan perhitungan dengan Bimo

"mana nih si Bimo? lo yakin kan Nay mereka lewat sini?" ucap Alan
"yakin gw, kemarin dia lewat sini pas pulang sekolah, orang gw liat, tunggu aja," ucap Nay
"perlu kita hajar nih si Bimo, gayanya tengil banget," ucap Alvin
"santai aja vin, nafsu amat sih lo," ucap Ben
"nafsu banget gw Ben," ucap Alvin

Sergi hanya terdiam sambil bersandar di tembok. Vena yang berdiri tidak jauh darinya, terus melihat Sergi yang memakai jaket itu. Vena hanya senyum-senyum saja sambil melihat Sergi

Bimo sedang jalan bersama Karin dan Eva, mereka melewati jalan samping sekolah.

"di rumah mamah masak apa ya?" ucap Eva
"duh jadi laper nih mikirinnya, pengen cepet sampe rumah," ucap Karin
"iya ya, makanan mamah emang enak banget," ucap Bimo

Dari kejauhan Eva melihat geng Elf yang mencegat mereka, Eva terlihat ketakutan

"ka, itu.... di depan.... geng Elf," ucap Eva
"mau ngapain mereka?" ucap Karin
"udah tenang aja, jangan jauh-jauh dari kakak," ucap Bimo

Geng Elf mencegat Bimo dan adik-adiknya

"mo, ngapain si buru-buru pulang," ucap Alan menahan Bimo dengan membawa stik bisbol
"tau, nongkrong dulu lah di sini sama kita," ucap Alvin

"apa mau kalian? gw cuma mau lewat jalan sini, gw mau pulang," ucap Bimo
"gw bakal ijinin lo lewat, kalo lo ngijinin kita jalan sama Eva, gimana? ucap Alan
"gak bakal! sampe gw mati juga!" ucap Bimo

"apa kata lo? jadi lo mau mati!?" ucap Bonad
"hajar aja udah!" ucap Nay

"kenapa si kalian ga pernah pergi dari hidup gw? gw ga mau ribut sama brandal sampah kaya kalian" ucap Bimo
"apa lo bilang!!! bangsat!!" Alan mengayunkan stik bisbolnya ke Bimo

Bimo menghindar dengan cekatan, para anggota Elf itu mengeroyoknya. Alvin, Bonad, Nay, dan Alan siap menghajar Bimo. Sergi dan Ben hanya melihat saja di belakang, mereka memang tidak terlalu suka berkelahi.


Bimo yang dulu berbeda dengan yang sekarang, Bimo yang sekarang jauh lebih tangguh dari yang dulu. Ia sudah bosan menjadi laki-laki yang lemah, ia tidak ingin ditindas terus. Ia ingin bisa melindungi adik-adik perempuannya

Tanpa terduga, Alan, Alvin, Bonad dan Nay kalah dan tak berdaya, Bimo hanya luka sedikit saja, namun ia tetap menang

"ko kita kalah sih? gimana mungkin," ucap Alan
"si Bimo cepet amat ngindarnya, muka gw bonyok gini lagi," ucap Bonad
"gawat nih, kita dikalahin sama Bimo," ucap Alvin

Bimo menghampiri Alvin, ia menarik baju Alvin

"lo tuh sepupu gw Vin! kenapa lo giniin gw! kita semestinya berteman!" ucap Bimo
"hah? gw.... sepupu lo? yang bener.... sori mo... sori... ampun...," ucap Alvin ciut

Bimo menjatuhkan Alvin ke tanah dan pergi meninggalkan Elf yang kalah itu

"ayo kita pulang," ucap Bimo kepada adik-adiknya


Geng Elf yang disegani itu terkalahkan oleh Bimo. Mereka tidak percaya kalau Bimo menjadi begitu tangguh, ia seperti berubah 360 derajat

"ada apa sama si Bimo jadi kuat gitu?" ucap Alan menyeka luka di bibirnya
"iya, gw juga bingung, gimana nih, masa kita kalah si," ucap Alvin
"lo si Nad ah! gak tahan dia dari belakang tadi," ucap Nay
"yaelah, dia cepet banget, gw ga bisa nangkep dia," ucap Bonad

Sergi dan Ben yang melihat perkelahian itu, menghampiri teman-temannya

"wah gila, gimana nih? kalah masa?" ucap Sergi
"ckckck, si Bimo berubah amat ya, jadi kuat banget gitu" ucap Ben
"udah, biarin aja si kalo kalah juga, dia emang kuat," ucap Vena
"gak bisa gitu ven, harga diri dong, masa Elf yang disegani itu kalah cuma sama Bimo yang dulu cupu itu," ucap Alan


Sesosok murid laki-laki yang dari tadi memperhatikan Elf dan Bimo saling beradu otot sedang duduk di atas tembok sekolah, lalu ia turun dari tembok dan menghampiri Elf

"kayaknya ada yang abis kalah total," ucap Sagil

Geng Elf melihat Sagil yang menghampiri mereka

"lo kan anak baru itu, siapa namanya lupa gw?" ucap Alan
"Sagil," ucap Alvin
"oh iya, Sagil, ngapain lo kesini?" ucap Alan

"gw tahu lo Elf yang terkenal itu, tapi kalo sama orang kaya tadi itu aja lo kalah, masa depan geng lo bakal suram tau ga," ucap Sagil sambil berjalan santai
"tengil banget gaya lo," ucap Bonad
"trus maksut lo apa? lo dateng cuma mau ngeledek kita?" ucap Nay

"nggak, gw cuma mau nawarin bantuan anggota baru buat Elf, hmm... tepatnya sih bukan anggota, tapi ketua, geng lo tuh ga punya ketua yang kuat," ucap Sagil
"berani amat lo ngomong kaya gitu! udah kaya yang pantes aja lo jadi ketua kita!," ucap Alan

"diem deh lo, lo tuh kebanyakan bacot! makanya lo gak bisa berpikir jernih kalo lagi berantem!" ucap Sagil
"apa kata lo!" Alan memukul Sagil di bagian wajah dengan telak

Sagil terdiam, darah mengalir dari bibirnya, lalu ia tertawa

"segini doang? pantes aja lo kalah sama anak itu! mukul tuh kaya gini!" ucap Sagil yang memukul Alan di bagian dagunya dengan upper cut

Alan terpental jauh karena dipukul Sagil, ia langsung pingsan tak sadarkan diri

"lan!" ucap Nay yang langsung menghampiri kakaknya yang pingsan terbaring di tanah
"gila nih orang, siapa si dia?" ucap Ben

Geng Elf terdiam dan ketakutan, baru kali ini mereka merasakan ketakutan yang luar biasa. Elf memang geng tangguh di kalangan anak sekolahan namun bagi Sagil yang hidupnya keras di luar sana, Elf bukan apa-apa

"kalian semua anak rumahan bukan lawan sepadan gw, gw yang hidup keras di luar sana dengan para preman dan brandal jauh lebih kuat dibanding kalian yang tidur di kasur nyaman dan makan makanan mahal itu, untuk dapetin sesuap nasi pun gw harus berjuang," ucap Sagil

"terus mau lo sekarang apa gil?" ucap Alvin
"biar gw yang jadi ketua lo semua! biar gw yang bawa geng ini jauh lebih kuat dan ditakuti! lo butuh ketua kaya gw!" ucap Sagil
"tapi lo janji gak akan berkhianat? lo bakal bangun nama geng ini?" ucap Alvin

"gw janji, pegang kata-kata gw," ucap Sagil

Geng Elf menyambut ketua mereka Sagil, seseorang yang dibesarkan dalam kepahitan dan kepedihan. Seseorang yang lebih tahu akan kebencian dan dendam dari pada cinta dan kasih sayang

Sagil mendekati Alvin dan Elf, lalu ia berkata

"mulai sekarang nama geng kita adalah "The Flame!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar