Rabu, 30 Desember 2009

37. Don't play with Albert

Kapten Aryo masih terluka cukup parah, tangan kanannya dibalut perban, dan badannya pun masih belum pulih benar. Tapi ia tahu permainan Cesar masih belum berakhir dan ia harus segera mengakhiri permainan ini. Kapten Aryo berjalan pelan meninggalkan teman-teman polisi nya. Seseorang polisi menepuk pundaknya. Kapten Aryo melihat polisi itu sejenak

"berjuanglah kapten! saya tahu anda bisa menyelesaikan permainan ini," ucap polisi itu

Polisi-polisi yang lain pun memandangi Kapten Aryo dengan penuh harapan. Dimata mereka terlihat dukungan yang begitu luar biasa untuk Kapten Aryo. Mereka juga berharap Kapten Aryo bisa memenangkan permainan ini

"saya berjanji akan memenangkan permainan ini," ucap kapten Aryo

Kapten Aryo pun mempercepat langkahnya dan berlari menuju taman bermain dufan untuk mengikuti permainan Cesar selanjutnya. Ia berlari tertatih-tatih karena kakinya terluka. Kapten Aryo tidak memperdulikan kondisi badannya yang terluka itu. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana mengakhiri semua ini dan menyelamatkan para warga yang tidak berdosa itu. Kapten Aryo terus berlari, sesekali ia terjatuh di tanah karena kakinya yang pincang. Beberapa kali ia terjerembab ke tanah dan bangun lagi. Perjuangan Kapten Aryo sungguh sangat luar biasa dan patut diberi apresiasi yang sangat tinggi.

"apa pun yang terjadi, aku harus bertugas dengan baik....aku akan menjadi polisi yang baik yah,"
ucap Kapten Aryo



Tidak lama, Kapten Aryo pun berada di depan dufan. ia berlari masuk ke dalam dufan melewati pintu keluar dufan. Semua orang yang berjalan di sekitar dufan melihat Kapten Aryo dengan sangat aneh. Banyak orang-orang yang sedang bergembira di dufan bersama teman dan keluarganya. Mereka terlihat begitu bahagia dan tidak mengetahui ada bahaya yang mengancam diri mereka. Kapten Aryo terlihat mengambil handphone di kantongnya, ia menelepon Cesar untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Kapten Aryo menunggu Cesar mengangkat teleponnya, tidak lama Cesar pun mengangkat telepon itu

"saya sudah di dufan, apa yang harus saya lakukan sekarang?" ucap Kapten Aryo
"tenanglah dulu kapten...anda sepertinya sangat kelelahan....banyak sekali perban di tangan anda, sepertinya anda terluka cukup parah sampai berlari pincang seperti itu," ucap Cesar
"bagaimana anda bisa tahu,"
"anak buah saya yang mengabarkan dari sana, saya telah menaruh banyak anak buah di sana, jadi jangan coba-coba untuk bermain curang,"
"lalu apa permainan selanjutnya?"

"permainan berikutnya jauh lebih mengerikan dari permainan pertama, sebentar lagi anda akan mengetahui apa permainan saya selanjutnya, saya hanya bisa berpesan kepada anda untuk melakukan keputusan yang terbaik, mungkin kita tidak akan ketemu lagi kapten, jadi saya benar-benar menunggu kabar tentang kematian seorang polisi tangguh yang bernama Aryo besok pagi,"

"kenapa anda melakukan ini? sudah bertahun-tahun anda menjadi buronan polisi, kelihaian anda menyamar dan selalu operasi wajah membuat kami kesulitan untuk menangkap anda, kami kira semua anggota dead hunter sudah mati dulu tapi ternyata anda muncul lagi sebulan terakhir ini,"

"saya memang belum mati dan saya memang selalu lolos apabila akan ditangkap oleh polisi, begitulah saya ini, sampai sekarang pun anda kesulitan kan menangkap saya, sampai kapan pun polisi tidak akan bisa menangkap saya,"

"walaupun kami tidak bisa menangkap anda, saya yakin penjahat seperti anda akan berakhir menyedihkan, begitulah mereka, selalu berakhir dengan menyedihkan,"

Cesar tertawa sinis mendengar perkataan Kapten Aryo yang seperti memberikan ancaman kosong

"kapten.....sudah cukup omong kosong anda itu, jangan memberikan ancaman yang kosong kapten.....sudah jelas sekarang polisi tidak bisa menemukan saya, tidak ada yang tahu keberadaan saya sekarang ini, lebih baik anda memikirkan permainan saya, pikirkan bagaimana mengakhiri permainan ini agar para warga yang tak berdosa itu bisa selamat....tapi walaupun anda berhasil memenangkan permainan ini, saya tetap pemenangnya kapten, ingat itu....jadi selamat tinggal kapten, selamat menikmati permainan yang saya buat ini,"

Cesar mengakhiri pembicaraannya

Kapten Aryo terdiam sejenak. Ia bingung harus melakukan apa untuk mengakhiri permainan Cesar ini. Tiba-tiba ada orang misterius yang mendekatinya. Kapten Aryo menengok ke belakang dan melihat seseorang akan memukulnya dengan pistol. Kapten Aryo yang kaget itu, tidak sempat untuk menghindar, ia langsung pingsan karena dipukul di bagian kepalanya oleh orang suruhan Cesar. Ia pun di bawa ke suatu tempat oleh orang suruhan Cesar itu.




Sekarang pukul 6 sore, Kapten Aryo membuka matanya, ia melihat dirinya berada di atas wahana bianglala yang berhenti tepat di titik tertinggi. Kapten Aryo kaget bukan main dan melihat ke bawah, ia tidak tahu mengapa ia bisa berada di sana. Tangan dan kaki Kapten Aryo pun diikat dengan tali. Ia melihat di depannya duduk seorang laki-laki berambut pendek memakai jas hitam dengan kemeja putih yang kancing atasnya dibuka, ia juga memakai celana bahan hitam yang sangat formal.

Pemuda ini bernama Albert. Albert adalah sepepu Cesar yang tinggal di Amerika. Ia adalah anak dari kakak Anthony, ayah dari Cesar. Albert ini adalah salah satu komplotan mafia Amerika yang menjadi buronan berbahaya di Amerika. Albert adalah penjahat kelas kakap yang sudah banyak melakukan teror berbahaya seperti meledakkan sebuah pusat perbelanjaan, perampokan bank, pembunuhan orang-orang penting, sampai ke pengedar narkoba yang cukup besar di Amerika.

Albert datang ke Indonesia atas permintaan Cesar untuk menjemputnya dan lari dari Indonesia karena menjadi buronan polisi. Albert juga bisa 5 bahasa yang diantaranya, Perancis, Inggris, Spanyol, Jepang dan Indonesia. Ia bisa berbahasa banyak seperti ini untuk mempermudahnya berkomunikasi dengan sesama mafia dan gengster di negara tersebut.

Albert terlihat santai duduk di depan Kapten Aryo. Di sebelahnya terlihat 3 orang gadis tidak dikenal yang begitu ketakutan. Para gadis ini matanya ditutup kain dan tangannya diikat.

Albert mengambil rokok di kantongnya, lalu ia menyalakan rokok itu. Albert menawarkan sebuah rokok ke Kapten Aryo, lalu kapten Aryo menolak. Albert hanya tersenyum sinis sambil menghisap rokoknya

"apa kabar kapten Aryo?" ucap Albert
"siapa kamu?"
"saya ini sepupu Cesar, nama saya Albert, saya tinggal di Amerika dan salah satu mafia di sana"
"lalu kenapa anda disini?"
"Cesar meminta saya untuk menjemputnya dan memberikan perlindungan dari kejaran para polisi, siang itu, orang-orang yang menyelamatkan Cesar itu adalah orang-orang saya,"

Albert terlihat santai sambil menghisap rokoknya

"dimana Cesar?"
"dia sedang lari ke suatu tempat, jauh dari sini,"
"lalu apa yang anda inginkan?"
"play a game with you,"

"permainan? permainan seperti apa lagi?"

"saya dan anak buah saya sampai di Indonesia tadi siang menggunakan jet pribadi milik saya, saya berharap bisa menemukan kesenangan disini yang setara dengan kesenangan yang saya dapatkan di Amerika, anda bisa melihat ke bawah, ratusan anggota saya telah menguasai taman bermain dufan ini, dan semua pengunjung pun telah dalam kuasa kami, mereka dikumpulkan menjadi satu dan bom sangat berbahaya dipasangkan di dekat mereka,"

"lalu apa mau anda?"

Albert menyerahkan sebuah detonator bom kepada Kapten Aryo

"bantu saya untuk meledakkan para warga di bawah itu, mudah kan? sebenarnya detonator itu juga untuk mengaktifkan bom yang saya pasang di beberapa wahana di dufan ini,"
"saya tidak mau melakukannya,"
"kalau anda tidak mau melakukannya, satu per satu gadis tidak berdosa ini akan saya lempar ke bawah, how about that?"

"kenapa anda melakukan ini? apakah anda tidak sadar perilaku anda ini sangat buruk! saya mohon batalkan niat anda, matikan semua bom ini,"

Albert tertawa sinis

"why? are you scared? permainannya sangat mudah kan...anda tinggal menekan tombol itu maka ketiga gadis ini selamat, hanya begitu saja,"

Kapten Aryo hanya terdiam


Sementara itu di bawah, para warga yang berjumlah ratusan itu terlihat tidak bisa apa-apa. Mereka terlihat begitu ketakutan. Mereka berkumpul di satu tempat dan disekelilingnya terdapat bom-bom yang disimpan di dalam drum-drum. Diantara warga yang berkumpul itu terlihat para pihak dufan yang tidak bisa berbuat apa-apa. Para anak buah Albert terlihat sedang menjaga para warga tak berdosa itu agar tidak kabur. Para anak buah Albert itu menggunakan pakaian yang formal dan begitu rapi. Banyak yang diantaranya bukan orang Indonesia tapi orang-orang Amerika.


"jadi bagaimana kapten...saya akan menghitung sampai 3, anda hanya menekan tombol itu saja dan 3 gadis tak berdosa ini akan selamat,"
"saya tidak percaya dengan pembual seperti anda, anda sama saja dengan sepupu anda Cesar, selalu membual dan tidak pernah menepati janji, untuk apa saya percaya dengan anda,"

"dalam situasi ini sebaiknya anda percaya dengan saya, siapa lagi yang anda percaya?"
"tuhan dan teman-teman kepolisian saya,"

Albert tertawa sinis

"god? who? ooh.....him? that god? si sok pengatur itu? si sok pembuat takdir itu? anda percaya dengan tuhan kapten? apakah anda berpikir tuhan yang mengatur pertemuan kita ini? apakah anda menerima bila tuhan membiarkan para warga di bawah itu mati kapten? anda ini bodoh kapten, bukan tuhan yang memutuskan! tapi kita! kita yang memutuskan kehidupan ini! seperti malam ini! anda yang memutuskan hidup matinya 3 gadis ini dan orang-orang di bawah itu bukan tuhan! bagaimana? saya benar kan?"

"saya percaya tuhan akan selalu melindungi saya, saya percaya ia akan memberikan yang terbaik untuk saya, apabila saya mati disini pun saya bisa menerimanya, saya tidak takut, saya tetap percaya tuhan akan membantu saya untuk memenangkan permainan ini,"

Albert tertawa sinis

"menang? apa? bisa anda ulang lagi? tuhan akan membantu saya memenangkan pertandingan ini, blablablabla, cengeng sekali anda ini kapten, pantas saja anda bisa kalah sejauh ini, sebentar lagi nama anda hanya tinggal sejarah kapten,"

Kapten Aryo hanya tersenyum kecil

"saya akan mulai menghitung," ucap Albert

Kapten Aryo melihat ketiga remaja perempuan itu. Ketiga remaja itu menangis begitu kencang dan memilukan. Badan mereka gemetar karena kematian sudah ada di depan mata mereka. Siapa yang mengira akan menjadi seperti ini. Para remaja itu tidak pernah mengira malam ini kehidupannya akan berakhir dalam hitungan menit. Mereka seperti ingin mengulang waktu agar mereka bisa kembali ke tadi pagi dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke dufan kalau memang jadinya seperti ini.

"1....."
Kapten Aryo mengambil detonator itu, tangannya gemetar cukup kencang
"2....."
Kapten Aryo mencoba untuk menekan tombol itu, tapi ia tidak bisa, hati kecilnya tidak tega untuk melakukan itu
"ini angka yang terakhir kapten, push the button,"

Kapten Aryo hanya terdiam, ia menutup matanya, ia tidak bisa menekan tombol itu, ia tidak ingin ratusan warga yang tak berdosa itu mati namun ia juga tidak ingin ketiga remaja itu tewas

"3....."

Albert mendorong satu orang remaja itu dari atas bianglala. Remaja itu pun jatuh dengan sangat cepat ke tanah dan langsung tewas. Para warga yang berada di bawah pun menjerit kencang ketika tubuh remaja itu terjerembab dengan kencang ke tanah. Para warga itu histeris dan menangis, mereka tidak mau bernasib sama seperti gadis itu.

"sial! biadab! anda akan lihat nanti! begitu ikatan tangan saya terbuka, saya akan langsung menangkap anda dan menjerumuskan anda ke penjara!"

Albert hanya tertawa dengan puas

"lihat kan....saya ini tidak main-main kapten...satu gadis telah tewas terjatuh ke tanah dengan sangat kencang, saya sangat senang mendengar suara ketika ia terjatuh tadi, begitu memuaskan," ucap Robin dengan ekspresi wajah penuh kesadisan

"dasar pembunuh gila,"

"saya suka disebut seperti itu, terima kasih kapten, baiklah mari kita lanjutkan permainan kita, selanjutnya saya akan membuat ini lebih cepat, saya akan menjatuhkan dua orang sekaligus, cepat ledakkan bom itu, padahal itu hal yang mudah kan, anda tinggal menekan tombol merah di detonator itu, setelah itu permainan ini selesai,"

"saya tidak akan pernah menuruti perintah anda,"

"kalo memang itu keputusan kapten, saya akan mulai menghitung, lebih baik anda cepat mengambil keputusan, anda tidak ingin kedua remaja ini mati kan?"

Kapten Aryo hanya terdiam

"1..."
Kapten Aryo menutup matanya, ia ingin sekali menekan tombol detonator itu tapi ia tidak bisa, perasaan di dalam dirinya berkecamuk
"2..."
"kenapa? kenapa anda melakukan ini?"
"tekan saja tombol itu kapten!"

Kapten Aryo terdiam, ia mendengar tangisan para gadis itu, para gadis itu terus berbicara dan menyebutkan bahwa mereka tidak ingin mati, mereka ingin pulang ke rumah dan memeluk kedua orang tuanya. Mendengar itu, Kapten Aryo semakin tertekan dan tangannya semakin gemetar. Tekanan di dalam dirinya membuat ia tidak bisa mengontrol emosinya. Ia merasa telah gagal untuk melindungi warga yang tidak berdosa ini. Ia telah membuat seorang gadis tak berdosa tewas cuma-cuma hanya karena keputusannya untuk tidak menekan tombol detonator itu.

Kapten Aryo tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan, malam itu akan selalu ia ingat sepanjang hidupnya. Malam dimana ia harus memilih dan menentukan nyawa orang lain untuk hidup atau mati.

"ini angka yang terakhir kapten, lebih baik anda cepat ambil keputusan,"
"saya tidak tahu harus mengambil keputusan apa, maafkan saya...."

Albert pun bersiap untuk melempar kedua gadis itu. Kapten Aryo melihat kedua gadis itu menjerit histeris

"baiklah! saya akan menekan tombol ini! tapi saya mohon lepaskan kedua gadis itu!"
"ok....cepat tekan tombol itu dulu, baru saya akan melepaskan kedua gadis ini,"

Kapten Aryo menaruh jempolnya di tombol merah detonator itu. Ia terlihat yakin betul akan menekan tombol itu. Jempol tangan Kapten Aryo sudah menyentuh tombol merah itu, perlahan ia menakan tombol itu. Albert mulai tersenyum puas dan menunggu terjadi ledakkan yang dahsyat. Namun, Kapten Aryo tidak jadi menekan tombol itu

"saya tidak bisa," ucap Kapten Aryo
"kalo begitu, ucapkan selamat tinggal pada kedua gadis ini,"

Albert mendorong kedua gadis itu bersamaan. Kedua gadis itu pun langsung jatuh dari atas bianglala. Mereka tewas seketika. Kapten Aryo hanya bisa berteriak. Ia berteriak dengan sangat keras malam itu. Kapten Aryo tidak bisa menahan tekanan itu. Ia seperti tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kapten Aryo yang pintar dan tangguh itu hanya bisa terdiam dan terpaku melihat gadis-gadis tak berdosa itu tewas ditangan mafia kejam yang bernama Albert. Kapten Aryo berpikir, ia bukanlah polisi yang baik, ia tidak bisa memenuhi janjinya kepada ayahnya untuk menjadi polisi yang hebat.

"maafkan......maafkan....saya...." ucap kapten Aryo

"ternyata anda memang orang yang keras kepala kapten, untuk menekan tombol itu saja susah sekali, apa susahnya sih?"

Kapten Aryo hanya terdiam

"kalo gitu, saya akan membuat permainan ini lebih menarik,"

Albert mengambil pistolnya lalu mengisinya dengan peluru. Ia menaruh ujung pistol itu tepat di depan dahi Kapten Aryo. Kapten Aryo hanya bisa terdiam dan pasrah.

"cepat tekan tombol itu, atau saya tembak kepala anda,"
"saya tidak mau, lebih baik saya yang mati daripada ratusan orang itu,"
"anda benar-benar polisi yang hebat kapten, saya salut dengan anda, saya pun sebagai penjahat tidak bisa apa-apa karena kerasnya hati anda ini, sebagai orang yang akan membunuh anda, saya berikan pengakuan bahwa andalah polisi tertangguh yang saya pernah temui dan saya sangat senang bisa membunuh anda, jadi apa keputusan terakhir anda? tekan tombol itu atau tidak?"

"tidak, bunuh saja saya,"
"baiklah,"

Kapten Aryo menutup matanya, ia tersenyum kecil sambil berbisik menyebutkan nama tuhannya sebelum mati.

Albert bersiap untuk menembak Kapten Aryo dengan pistolnya. Seketika helikopter polisi terlihat ada di samping wahana bianglala itu. Albert melihat helikopter polisi itu, Kapten Aryo membuka matanya dan tersenyum. Bantuan telah datang untuk menyelamatkan Kapten Aryo

"jatuhkan senjata anda! kawasan ini telah kami kepung! cepat jatuhkan senjata anda!" ucap polisi yang berada di helikopter

Melihat Albert yang lengah, Kapten Aryo mendorong Albert sampai ia terjatuh dari bianglala, namun Albert ternyata tidak langsung jatuh, ia masih bergelantungan di wahana itu.

"tolong! tolong saya kapten! saya tidak mau mati! tolong!" ucap Albert
"cepat raih tangan saya!" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo mencoba untuk menarik Albert, perlahan-lahan Albert berhasil ditarik keatas oleh Kapten Aryo. Kapten Aryo yang baik ini akhirnya berhasil menyelamatkan Albert.

"terima kasih! saya tidak mau mati! terima kasih kapten!" ucap Albert
"cepat turunkan wahana ini!" ucap Kapten Aryo

"saya tidak sebodoh anda, sekarang anda mati kapten!"

Kapten Aryo kaget ketika melihat Albert mengarahkan pistol kearahnya. Ternyata kebaikan Kapten Aryo tidak diperdulikan oleh Albert. Albert akan menembak Kapten Aryo, tapi polisi yang berada di helikopter itu menembak Albert tepat ditubuhnya sehingga Albert terpental dari wahana dan langsung jatuh ke bawah. Ia berteriak keras ketika jatuh dan langsung tewas mengenaskan. Kapten Aryo bersyukur telah terselamatkan, ia masuk ke helikopter polisi yang menjemputnya itu.

Di dalam helikopter

"terima kasih telah menyelamatkan saya, kalian datang pada saat yang tepat!"
"ya untung saja kami tidak terlambat! tim lain sedang menghadapi para mafia-mafia itu di bawah!"


Beberapa helikopter polisi yang lain pun muncul. Mereka membawa pasukan khusus S.E.F untuk memukul mundur para mafia ini. Pasukan S.E.F itu terlihat turun dari helikopter menggunakan tali khusus. Setelah sampai di bawah, mereka langsung membentuk formasi untuk menumpas para mafia itu

"cepat! cepat! serang ke depan! buat formasi mengepung! kepung dari seluruh arah! anda cepat mengambil posisi untuk menjadi penembak jitu!"

Para anggota S.E.F itu bergerak ke posisinya masing-masing. Adu tembak antara anggota S.E.F dan para mafia itu pun tak terelakkan. Para anggota S.E.F yang terlatih dengan baik itu berhasil menembak para mafia itu. Para penembak jitu pun berhasil melumpuhkan segenap mafia dari jauh. Anggota S.E.F yang lain dengan rapi menyelamatkan para warga ke tempat yang aman. Para warga itu dibawa dalam bentuk barisan dan dilindungi oleh para anggota S.E.F

Satu per satu mafia itu pun berjatuhan, kemampuan anggota S.E.F yang hebat ini membuat para mafia itu kewalahan. Rentetan senjata dan teriakan para anggota S.E.F begitu jelas terdengar malam itu. Para warga yang ketakutan itu pun menjerit histeris. Mereka bersyukur bisa selamat dan ditolong oleh para polisi dan pasukan S.E.F

Satu tembakan itu mengenai kaki dari seorang mafia yang tersisa itu. Ia terjatuh dan melihat semua teman-temannya telah tewas. Seorang anggota S.E.F mendekatinya

"dimana anda menaruh bom itu?! cepat jawab!"
"saya tidak tahu!"
"anda berbohong! cepat jawab dimana bom itu! atau anda akan saya tembak!"
"tembak saja! saya tidak takut!"

Pasuka S.E.F itu menembak mafia itu, tapi ternyata peluru di pistol itu telah habis. Mafia itu terlihat sangat tegang. Ia menelan ludahnya dan melihat anggota S.E.F itu mengisi senapannya dengan peluru dan siap menembaknya lagi.

"baiklah! baiklah! saya akan beritahu! kami memasang 3 bom di 3 wahana yang berbeda! di wahana halilintar, tornado dan rajawali! anda puas sekarang!"
"belum, sekarang jawab dimana Cesar berada!?"
"saya tidak tahu!"
"cepat jawab atau saya tembak kepala anda!"

Anggota S.E.F itu menaruh ujung senapannya di kepala mafia itu. Mafia itu begitu ketakutan, nafasnya menjadi lebih cepat, keringat terlihat mengalir membasahi wajahnya.

"yang saya tahu, Cesar lari ke Amerika, itu saja yang saya tahu, selebihnya saya tidak tahu apa-apa, silakan saja bunuh saya kalau anda mau, karena cuma itu saja yang saya tahu,"

Anggota S.E.F itu terdiam sambil melihat seorang mafia itu

"cepat bawa orang ini ke sel!" ucap anggota S.E.F itu

Seorang mafia ini pun diborgol dan dibawa ke mobil tahanan bersama beberapa mafia yang lain. Permainan Cesar berakhir malam itu, permainan yang begitu mengerikan dan membuat Kapten Aryo tidak akan pernah melupakannya. Para orang media terlihat berdatangan dan memenuhi dufan. Mereka mewawancarai beberapa warga yang menjadi tawanan

"apa yang terjadi pak?" ucap wartawan pria
"teroris! teroris! kita diserang teroris! untung saja polisi cepat datang! saya sangat ketakutan! ucap bapak itu dengan wajah yang stres
"bagaimana penampilan teroris itu?"
"mereka membawa senjata besar, mereka terlihat kejam, saya tidak ingin mengingatnya!"
"kalo begitu terimakasih atas waktu bapak, sepertinya bapak terlihat terburu-buru"
"ya saya mau pulang mas! saya takut!....satu lagi....saya ingin berterima kasih kepada polisi, para polisi dan anggota S.E.F saya berterima kasih atas pertolongan anda! saya benar-benar terima kasih!"

Bapak itu pun pergi terburu-buru bersama satu anaknya dan istrinya.

"kejadian ini sungguh diluar dugaan! aksi teroris kembali terjadi di tanah air kita! sekali lagi kerja keras polisi telah membuahkan hasil! sebagai warga negara yang baik kita harus berkerja sama untuk menumpas para teroris ini! saya akan kembali untuk mengabarkan langsung keadaan di dufan pasca penyerangan teroris ini! dari dufan, Andre Budiawan melaporkan!"


Malam itu di rumahnya, Irham terlihat menonton berita yang mengabarkan penyerangan sekelompok mafia teroris di dufan. Ia menonton televisi itu dengan sangat serius. Tiba-tiba telepon rumahnya berbunyi. Irham berjalan untuk mengambil telepon itu

"halo," ucap Irham
"halo ham, ini papah, apa kabarmu nak?"
"papah? aku baik-baik saja, ada apa telepon pah?"
"gak.,,papah mau ngabarin kalo 3 hari lagi papah pulang ke Jakarta, kamu jemput papah ya di bandara,"
"iya pah, jam berapa aku harus jemput papah?"
"hmm....kira-kira jam 9 malam, kamu bisa kan?"
"bisa pah, ok nanti aku jemput,"
"bagaimana kabar ibu dan kakakmu? baik-baik saja?"
"iya pah, mereka sedang tidur, mereka baik-baik saja,"
"baguslah, sampai bertemu 3 hari lagi nak,"
"ok pah,"

Ayah Irham mengakhiri telepon itu

Irham menutup telepon itu dan terdiam, lalu ia berjalan menuju kamarnya.



Malam itu di tempat persembunyian The Ghost, Alvo sedang menonton berita penyerangan para teroris itu di dufan. Ia terlihat merenung dan melamun. Para Ghost yang lain sedang tidur, dan hanya dirinya yang masih terbangun. Alvo terlihat merenung dan memikirkan sesuatu, seorang bapak-bapak tadi siang menghampirinya dan memberikan sebuah buku. Bapak itu berbicara kepadanya dan perkataan siang itu akan selalu ia ingat. Alvo berjalan menuju kamar mandi. Ia berkaca dan melihat wajahnya yang seram karena tertutup oleh tinta-tinta cat yang sengaja ia gambar dengan bentuk yang teramat seram.

Wajah Alvo terlihat begitu mencekam ditambah dengan beberapa tindikan di wajahnya. Alvo terdiam sambil melihat wajahnya itu. Lalu ia mencopoti satu per satu tindikannya. Sesekali ia merintih pelan karena kesakitan ketika mencopot tindikannya. Setelah selesai mencopot semua tindikannya, Alvo membersihkan wajahnya perlahan dengan air.

Air itu perlahan menghapus tinta yang menutupi wajahnya, wajah asli Alvo pun terlihat jelas. Ia terlihat sangat berbeda setelah wajahnya bersih. Alvo mengelap wajahnya dengan handuk lalu ia berjalan keluar dari kamar mandi. Ia membereskan semua barang-barangnya dan berjalan keluar dari tempat persembunyian The Ghost. Malam itu Alvo meninggalkan persembunyiannya dan entah akan pergi kemana. Langkah Alvo terdengar begitu jelas ditemani dengan suara anjing yang melolong di malam yang sepi itu. Bayangan bulan seakan berjalan menemaninya di malam itu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alvo?

Jumat, 25 Desember 2009

36. Cesar's Game

Pagi itu semua "headline news" berita memberitakan kematian Arthur sang animus bertopeng merah itu. Para masyarakat begitu senang mendengar salah satu animus telah berhasil dilumpuhkan. Mereka cukup lega mendengar berita ini. Semua berita juga memberitakan tentang penangkapan sejumlah anggota Ace. Geng Ace telah lumpuh atas kematian Arthur dan sejumlah anggotanya yang tertangkap.

Bimo sedang membaca koran pagi di rumah kakeknya. Ia melihat berita tentang kematian Arthur dan penangkapan sejumlah anggota geng Ace.

"cepat atau lambat memang pasti berakhir seperti ini," ucap Bimo

Karin sedang berbaring lemah di tempat tidur karena sakit yang dideritanya. Kanker otaknya semakin parah dari hari ke hari. Wajah Karin pucat dan badannya sangat lemas.

"apa maksutmu mo?" ucap Karin lemah

"ya....Arthur dan orang-orang seperti kita ini...pasti akan berakhir menyedihkan rin.....tapi gw gak bakalan berakhir kaya Arthur....bagaimanapun gw harus bunuh keluarga Irham...dendam gw harus terbalas!" ucap Bimo

"sudahlah kak....lebih baik kita akhiri dendam ini....kita harus ikhlas......keluarga Irham itu baik kak," ucap Karin
"baik? setelah apa yang mereka lakukan ke ayah kita? kamu bilang baik rin?!"

"sudahlah.....itu bukan salah ayah Irham kan....."
"aku sudah muak rin! keluarga Irham itu brengsek! ayah Irham itu penipu dan serakah!"

Karin hanya terdiam

"aku mau ke kamar dulu....aku mau menyusun rencana untuk membunuh Irham dan keluarganya," ucap Bimo

Bimo pun pergi ke kamarnya



Siang itu di tempat persembunyian dead hunter, Cesar sedang merenung sendirian. Ia sudah kehilangan Sagil dan banyak anggotanya yang sudah ditangkap oleh polisi. Wilayah kekuasaan dead hunter pun telah habis. Ia tahu bahwa polisi sebentar lagi akan menangkapnya juga. Cesar berkumpul bersama sisa anggotanya yang bejumlah 10 orang itu.

"semua jebakan udah dipasang kan?" ucap Cesar
"udah sar! di setiap pintu udah dikasih jebakan bom kawat! siapa pun yang melewati kawat itu pasti akan mati! bum!!! meledak!!!" ucap anggota dead hunter
"bagus! gw punya firasat sebentar lagi para polisi itu akan datang kesini, kalian sudah siap mati kan!" ucap Cesar

"kenapa lo ngomong gitu? gw ga mau mati!"
"udah lah jangan sok optimis....gw tau kalian takut....iya kan?!" ucap Cesar

Para anggota dead hunter itu hanya terdiam. Wajah mereka menggambarkan ketakutan yang cukup dalam. Mereka terlihat begitu tertekan.

"udahlah...yang penting kita berusaha dulu! jangan sampai ketangkep! lo semua gak mau dipenjara kan!" ucap Cesar

Para anggota dead hunter itu hanya menggelengkan kepalanya. Lalu Cesar mengambil rokoknya dan mencari korek untuk menyalakan rokok itu. Seorang dead hunter mengambil koreknya dan membantu Cesar untuk menyalakan rokoknya. Cesar memperhatikan korek yang dipegang anggotanya itu, tapi tiba-tiba korek itu jatuh disertai bunyi tembakan yang cukup keras. Anggota dead hunter yang memegang korek itu tertembak di kepalanya dan langsung tewas. Cesar sangat kaget ketika melihat anggotanya yang lain menembak temannya sendiri

"kenapa lo tembak dia!" ucap Cesar
"gw ini polisi! udah sekian lama gw ada di dalam dead hunter! sekarang kalian semua jangan bergerak! angkat tangan kalian!" ucap polisi yang menyamar itu

"bangsat! jadi selama ini lo polisi! bangsat lo! semestinya dari dulu gw udah tau!" ucap Cesar

"diam ditempat! jatuhkan senjata kalian!" ucap polisi itu

Di luar markas dead hunter, para polisi yang lain telah bergerak sangat rapi untuk mengepung markas dead hunter. Mereka semua akan masuk ke dalam untuk menangkap para anggota dead hunter yang tersisa

"liat di luar udah banyak polisi! lebih baik kalian menyerahkan diri kalian! jatuhkan senjata kalian!" ucap polisi itu

Cesar dan para anggotanya pun menjatuhkan senjata mereka. Polisi itu memborgol tangan Cesar dan anggotanya dibantu oleh para polisi lain yang baru berdatangan. Cesar tertangkap siang itu dan tidak melawan. Ia pun dibawa ke dalam mobil polisi.


Di perjalanan, Cesar hanya berdiam saja di dalam mobil. Ia merenung dan melamun. Setelah sekian lama di perjalanan, apa yang ia harapkan pun datang. Sebuah geng sedang mengejar rombongan mobil polisi untuk menyelamatkan Cesar. Sebenarnya Cesar sudah merencanakan semua ini. Ia telah memerintahkan geng bawahan dead hunter untuk menyelamatkannya.


Di dalam mobil polisi, perwira Edo dan Kapten Aryo sedang mengobrol

"akhirnya anggota terakhir dead hunter berhasil kita lumpuhkan kapten! Cesar salah satu penjahat terlicin yang menjadi target utama kita berhasil kita tangkap, dulu sewaktu saya masih SMA saya sangat ngeri melihat tingkah laku Cesar dan para dead hunter ini! untung sekarang mereka telah musnah! ini semua berkat kerja sama para polisi dan aparat hukum!" ucap perwira Edo

"ya syukurlah kita berhasil melumpuhkan para geng ini! target kita selanjutnya adalah dua animus yang tersisa yaitu Bimo dan Karin! tim kita sedang mencari mereka di perbatasan kota di daerah perbukitan itu! sebentar lagi mereka pasti tertangkap," ucap Kapten Aryo

"iya semoga saja........eh kenapa berhenti begini? ada apa di depan ya?" ucap Perwira Edo
"iya ada apa ya? coba cek keluar do," ucap Kapten Aryo
"baik kapten!"

Rombongan mobil polisi itu mendadak berhenti.

Perwira Edo keluar dari mobil. Ia berjalan ke bagian depan untuk melihat apa yang menghalangi para rombongan polisi. Beberapa polisi terlihat berkerumun di depan. Perwira Edo menghampiri mereka

"ada apa pak?" ucap perwira Edo
"ini nenek-nenek tua bawa keranjang dorong lama banget jalannya, ada dua lagi," ucap anggota polisi
"ooh....yasudah kalo gitu, saya ke mobil dulu," ucap perwira Edo

"ok!"
"nek! cepat nek jalannya! mari saya bantu!" ucap polisi itu
"tidak usah nak, lebih baik kamu mati saja," ucap nenek itu

Polisi itu pun kaget ketika ia mendengar suara laki-laki dari balik kerudung nenek itu. Nenek itu ternyata bukan nenek asli, ia adalah anggota geng yang menyamar. Ia langsung membuka penyamarannya dan mengambil senjatanya yang disembunyikan di keranjang yang ia bawa. Anggota geng itu membunuh para polisi yang berada di luar mobil

Perwira Edo menengok ke belakang. Ia melihat dua anggota geng yang menyamar itu membunuh rekan-rekan polisinya. Polisi-polisi yang lain pun keluar dari dalam mobilnya untuk menangkap kedua geng itu.

"cepat! cepat tangkap mereka! ada serangan geng!" ucap perwira Edo

Para anggota geng yang lain pun berdatangan dengan mobilnya dari berbagai arah di perempatan jalan itu. Rombongan polisi yang membawa buronan berbahaya yang bernama Cesar itu telah dikepung oleh para geng.

Para anak-anak geng itu menggunakan masker hitam yang menutupi wajah mereka. Mereka menggunakan mobil jeep hitam dan sedan hitam. Mereka semua menggunakan senjata senapan besar yang sangat berbahaya. Baku tembak antara polisi dan geng itu pun tak terelakkan. Kapten Aryo pun keluar dari dalam mobilnya untuk membantu rekan-rekannya.

"semua jangan lengah! kita harus bertahan! cepat jaga Cesar di mobil tahanan! jangan sampai ia kabur!" ucap Kapten Aryo

Para polisi itu pun berlari menuju mobil tahanan yang berada di tengah-tengah rombongan. Tapi mereka terlambat, pintu belakang mobil tahanan itu telah terbuka dan Cesar sudah tidak ada di dalam. Kedua polisi itu melihat Cesar lari bersama teman-teman gengnya menuju ke sebuah mobil. Kedua polisi itu pun menembak Cesar dan teman-temannya, namun mereka berhasil masuk ke dalam mobil dan kabur dari tempat itu.

"Gawat! kapten! Cesar kabur! cepat kita kejar dia! cepat!" ucap polisi itu

Di kejauhan, Kapten Aryo mendengar teriakan rekan polisinya itu

"apa! cepat kita kejar dia! do ayo ikut saya! kita kejar Cesar!" ucap Kapten Aryo
"baik kapten!" ucap perwira Edo

Kapten Aryo dan Perwira Edo berlari menuju mobilnya. Tapi, salah seorang polisi mencegahnya

"tunggu dulu kapten! ada seseorang yang mau berbicara dengan anda!" ucap polisi itu sambil memberikan telepon.

"siapa? disaat seperti ini!?" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo pun menerima telepon itu

"selamat siang Kapten Aryo," ucap suara misterius itu
"siapa ini!?"
"saya adalah anggota dead hunter yang masih hidup, pasti anda tahu kan,"
"Cesar?! kemana anda mau pergi! anda tidak akan pernah bisa lari dari kami! kami menangkap anda!"

Cesar tertawa sinis

"sudahlah kapten...jangan terlalu optimis bisa menangkap saya, saya tidak seperti adik saya Arthur yang bodoh itu...saya lebih pintar dan memiliki rencana yang baik untuk kabur,"
"apa maksutmu!"

"pertimbangkan ini kapten....dengarkan dengan baik....saya sudah memasang 2 bom di 2 tempat berbeda...dan bom itu akan meledak kalau kalian gagal menjawab teka-teki dari saya,"
"apa?! kenapa anda lakukan ini! biadab!"

Cesar kembali tertawa dengan sinis

"dengarkan baik-baik kapten....bom pertama ada di bus trans jakarta yang beroperasi menuju ancol, bus itu memiliki ciri-ciri yang unik, ada tanda "DH" di belakang bus itu, anak buah saya telah menandainya, anda harus cepat mencari bus itu dalam waktu 1 jam dari sekarang...kalau tidak....semua orang di dalam bus itu mati kapten.....tidak.....bukan cuma itu.....ledakan itu bisa menghancurkan mobil-mobil di dekat bus itu, bom ini cukup berbahaya, cukup segitu saja informasi yang saya berikan, begitu anda menemukan bom itu, anda akan melihat handphone yang ditempel di bom itu, lalu telepon itu akan berbunyi 1 jam dari sekarang, angkat telepon itu maka saya akan memberikan teka-tekinya, selamat bekerja kapten, semoga tuhan selalu melindungi anda,"

Cesar tertawa kejam lalu mengakhiri pembicaraannya

"tunggu! tunggu! jangan matikan teleponnya! sial!" ucap Kapten Aryo

"kapten kita berhasil menyadap telepon itu! kita semua telah mengetahui pembicaraan itu! sekarang lebih baik kita bergerak cepat menuju bus itu!" ucap perwira Edo
"baiklah! hubungi tim gegana! lalu yang lain cari keberadaan Cesar! jangan sampai ia berhasil kabur! cepat!"

Perwira Edo langsung menghubungi rekannya Aldi untuk segera mencari bus trans jakarta itu. Setelah itu Kapten Aryo dan perwira Edo bersama polisi yang lain bergerak untuk menuju bus yang akan meledak satu jam dari sekarang itu. Kapten Aryo menyetir mobil itu dengan sangat cepat.


Di perjalanan Kapten Aryo menyetir mobil seperti orang gila. Ia begitu ngebut dan terlihat sangat terburu-buru. Ia tidak akan membiarkan bom itu meledak.

"sial! sudah tinggal 30 menit lagi! jalanan macet begini! kita bisa terlambat!"
"bagaimana ini kapten!"
"ayo kita turun!"

Kapten Aryo dan perwira Edo turun dari mobil, ia berlari cepat untuk mencari bus trans jakarta yang bertuliskan "DH" itu. Ia menuju ke halte bus di daerah jembatan merah dengan rute tujuan ke ancol di koridor 5. Di halte (shelter) jembatan merah mereka melihat bus-bus itu satu per satu. Namun, tidak ada satu pun bus yang bertuliskan "DH" di belakangnya.

"bagaimana ini do! tinggal 20 menit lagi! bom itu akan meledak!"
"sial! susah sekali menemukan bus itu!"

Tiba-tiba telepon Kapten Aryo berbunyi

"halo! ada apa?"
"kapten! saya menemukan bus yang bertanda "DH" di belakangnya...tulisannya menggunakan piloks dan berbentuk cukup besar! cepat kapten! saya berada di lampu merah pertama setelah halte bus jembatan merah! saya akan berusaha memperingatkan bus ini!"
"ok! saya segera kesana!"


"bagaimana kapten!?" ucap perwira Edo
"setelah halte ini...bus ini akan berhenti dimana?"
"halte mangga dua gunung sahari kapten!"
"ok! kita harus cepat kesana agar kita bisa masuk ke bus ini!"
"baik kapten!"

Kapten Aryo dan Perwira Edo berlari sangat cepat. Mereka memberhentikan sebuah pengendara motor sport yang keren. Mereka menunjukkan identitasnya dan langsung meminjam motor itu. Kapten Aryo berkendara dengan cepat menuju halte bus mangga dua gunung sahari itu. Semua mobil di depannya disusul satu per satu. Tak lama mereka pun sampai di halte bus mangga dua gunung sahari. Mereka masuk ke dalam halte dan mencari keberadaan bus yang bertuliskan "DH"

"dimana do bus nya! waktunya tinggal 10 menit lagi!"
"gawat! bagaimana ini!"
"kita harus memperhatikan bus ini satu per satu" ucap kapten Aryo

"kapten! itu disana! lihat bus itu! di belakangnya ada tulisan "DH"!" sial kita telat sedikit! cepat kejar bus itu!"

Kapten Aryo dan Perwira Edo berlari sangat cepat. Bus itu baru berangkat dari halte bus gunung sahari dan akan menuju Ancol. Kapten Aryo dan perwira Edo melihat bus itu berhenti karena ada lampu merah di depan, mereka pun berusaha memberitahukan supir bus itu untuk membuka pintunya. Mereka juga bilang ini keadaan darurat dan mereka adalah polisi yang sedang bertugas. Para penumpang bus yang cukup banyak itu sangat kebingungan melihat dua orang laki-laki yang berdiri di samping bus.

"eh ada apaan tuh? ko ada dua orang berdiri di samping bus?"
"tau tuh, mau ngapain mereka ya?"

Akhirnya, supir bus pun membuka pintu bus itu. Kapten Aryo dan perwira Edo masuk ke dalam bus. Di dalam bus mereka mencoba untuk menenangkan diri mereka lalu mencoba untuk memberi tahu para penumpang dengan tenang

"selamat siang bapak dan ibu...saya dari pihak kepolisian, saya ingin memberikan kabar yang tidak bagus tentang bus ini...," ucap Kapten Aryo
"ada apa pak? ada apa dengan bus ini?"
"iya ada apa pak?"

"tolong semua tenang dan kalian semua harus berjanji untuk tenang apabila nanti saya beritahukan apa yang terjadi dengan bus ini,"
"memangnya ada apa?!"

"bus ini telah dipasang bom aktif,"

Seketika para penumpang bus itu menjerit dan mulai panik. Mereka ingin meninggalkan bus itu

"tenang! tenang! saya sudah bilang untuk tenang! kalian silahkan meninggalkan bus ini! tapi tetap tenang! turun satu per satu dan jangan saling berebutan! pak supir hentikan bus ini dan buka pintunya, biarkan para penumpang ini turun!"

"baik pak polisi!" ucap supir bus

Para penumpang itu pun turun satu per satu. Seketika mobil bus itu sepi, hanya ada kapten Aryo, perwira Edo dan seorang supir bus.

"kapten dimana bom itu berada?" ucap perwira Edo
"aku pun tidak tahu do, tinggal 5 menit lagi waktunya! cepat cari bom itu di dalam bus!"

Kapten Aryo dan perwira Edo pun mencari bom itu di setiap sudut bus. Tapi mereka tidak bisa menemukan bom itu. Waktu pun sudah habis

"habis kita do,"
"semua menunduk! bom akan meledak!"

Kapten Aryo dan perwira Edo hanya bisa meloncat dan tiarap di lantai bus. Tapi tidak terjadi apa pun.Yang ada hanya bunyi telepon dari jok belakang bus.

"kapten,"
"kita harus angkat telepon itu!"

Kapten Aryo dan perwira Edo bergegas mencari asal dari bunyi handphone itu. Perwira Edo memeriksa bagian bawah jok belakang.

"ini dia kapten!"

Perwira Edo mengambil satu bom yang cukup besar. Sebuah hanphone diikatkan ke bom itu menggunakan plester. Kapten Aryo melepas handphone itu dari bom, lalu ia mengangkat telepon itu

"halo!"
"selamat kapten....anda berhasil menemukan bomnya," ucap Cesar
"lalu apa yang harus saya lakukan!"
"sederhana saja...saya akan memberikan dua teka-teki logika sederhana dan anda harus menjawabnya dengan benar. Setiap pertanyaan akan diberi waktu 10 detik...anda siap?"
"apa pertanyaannya?"
"pertanyaan pertama, ini sangat mudah, berapa kali angka 7 muncul diantara bilangan 1-100?"

"hmmm... 7, 17, 27, 37, 47, 57, 67, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 87, 97,"
"ya...jumlahnya?"
"hmm......20! karena di angka 77, angka7 muncul 2 kali!"

"tepat kapten...anda memang pintar, pertanyaan kedua ini lebih sulit,"
"cepat beritahukan saja!"
"mana lebih besar, 18% dari 81 atau 81% dari 18?"

"hmm.....yang mana ya,"
"cepat kapten...waktu anda tinggal 7 detik,"
"do kamu tahu jawabannya?!"
"sepertinya.....sama.....ya kan?"
"masa iya?"
"4 detik,"

"sial! jadi apa jawabannya do?!"
"2 detik,"
"hmm! saya yakin sama kapten!
"1 detik,"
"jawabannya sama besar!"

"tepat...hampir saja saya akan ledakkan bom itu, kalian memang sungguh beruntung, tapi maaf, saya bukan tipe orang yang suka menepati janji, jadi selamat tinggal kapten!"
"sial!"

Kapten Aryo mengambil bom itu dan menembak kaca bus itu. Lalu ia melempar bom itu ke luar. Bom itu meledak sangat keras sampai membuat bus itu oleng dan terjatuh ke sisi kanan jalan. Terdengar teriakan dari para pejalan kaki yang berlalu lalang. Kapten Aryo berdiri dengan luka yang tidak terlalu parah. Namun, perwira Edo tidak sadarkan diri.

"lapor! kirimkan tim medis dan bantuan ke daerah ancol! satu polisi terluka cukup berat!" ucap Kapten Aryo

Tidak lama bantuan pun datang. Kapten Aryo langsung diberikan pertolongan pertama. Perwira Edo yang pingsan dibawa pergi menggunakan ambulan. Kapten Aryo terlihat sedang mendapat pertolongan dari tim medis. Seseorang polisi menghampirinya

"kerja yang bagus kapten!" ucap Aldi
"ya terima kasih, tapi anda ini dari kesatuan mana?"
"saya dari gegana kapten! keputusan kapten untuk membuang bom itu memang sangat beresiko tapi itu keputusan yang sangat tepat di detik-detik terakhir, kalo saya jadi kapten mungkin saya tidak akan bisa berpikir sangat cepat seperti itu,"
"ya untunglah bom itu tidak memakan korban jiwa,"

Tiba-tiba hanphone kapten Aryo berbunyi. Kapten Aryo mengangkat telepon itu

"halo kapten...anda tidak berpikir permainan saya berakhir disini kan?
"apa maksutmu?"
"anda lupa ya? saya beritahukan tadi siang, kalau saya menaruh 2 bom di 2 tempat yang berbeda...1 bom sudah meledak, sekarang tinggal 1 bom lagi, mari kita lanjutkan permainan kita, rekan anda sudah kalah di permainan ini, sekarang pemainnya tinggal anda, jangan ajak pemain lain, karena kalau sampai anda mengajak pemain lain, bom ini akan meledak, mata-mata saya ada di tempat dekat bom itu berada, mereka selalu memberitahukan kondisi di sana...kalau sampai anda melanggar aturan permainannya, bom itu akan meledak,"

"lalu apa yang harus saya lakukan?"
"anda sekarang ada di daerah ancol kan? anda sudah dekat dengan taman bermain dufan... lebih baik anda cepat kesana karena bom ini ada di salah satu wahana di dufan....kita akan bertemu lagi nanti di permainan selanjutnya yang jauh lebih mengerikan dari permainan pertama, selamat tinggal,"

Kapten Aryo hanya terdiam. Ia sudah sangat lelah seharian ini.Permainan Cesar belum berakhir, satu rintangan terbesar masih ada di depan mata. Kapten Aryo harus bergegas untuk segera menyelesaikan permainan ini

Kamis, 10 Desember 2009

Novel action terbaru- The Chosen (Just Released)

Gw jujur emang ternyata susah bikin novel lawakan, jadi gw memutuskan untuk membuat novel bertema action yang berjudul The Chosen ini. Ini sinopsisnya

Novel The Chosen menceritakan tentang lima orang terpilih yang dipilih untuk menjaga bumi dari kehancuran karena mahluk-mahluk misterius yang jahat yang berdatangan untuk menguasai dunia dan bertujuan untuk membuat manusia punah. Kelima orang terpilih inilah yang dipercaya bisa mengalahkan para mahluk jahat ini dengan kekuatan khusus yang mereka miliki. Kepunahan dan masa depan dunia ada ditangan orang-orang terpilih ini


Buka aja bukansembarangnovel.blogspot.com

The Chosen-When the world is going to end in evil hands, God sends its emissaries