Sabtu, 29 Agustus 2009

14. Chaos

Siang itu sekolah Irham pulang lebih cepat, Irham bergegas pulang ke rumah untuk menemui Kapten Aryo di rumahnya. Setelah mengantar Karin pulang ke rumahnya, Irham sampai di rumahnya. Kapten Aryo sudah menunggu di teras depan rumah Irham

"selamat siang kapten," ucap Irham menyambut Kapten Aryo yang duduk di bangku teras rumahnya
"siang ham, kenapa rumahmu sepi sekali?" tanya Kapten Aryo
"iya kapten, mamah sedang menjaga kakak saya Joy di rumah sakit dan belum pulang," ucap Irham sambil duduk di kursi tepat disamping Kapten Aryo duduk
"tidak baik membiarkan rumah kosong begini, bisa-bisa rumahmu dibobol maling," ucap Kapten Aryo

"ia kapten, saya akan mengingatkan ibu agar jangan sering-sering mengosongkan rumah, mungkin kami harus punya pembantu untuk menjaga rumah," ucap Irham
"iya itu betul, ngomong-ngomong saya belum pernah melihat bapakmu ham, kemana dia?" tanya Kapten Aryo
"dia sangat sibuk pak, mengurus bisnisnya di Bali, biasanya pulang sebulan sekali," ucap Irham
"oh begitu," ucap Kapten Aryo

"mari pak masuk ke dalam, lebih baik kita berbicara di dalam saja, lebih enak," ucap Irham mengajak Kapten Aryo untuk masuk ke dalam rumahnya

Kapten Aryo duduk di sofa ruang tamu rumah Irham. Irham bergegas ke kamarnya untuk menaruh tasnya dan mengambilkan air minum untuk kapten Aryo

"maaf pak, seadanya ya," ucap Irham sambil memberikan minuman dingin segar
"ah, tidak apa-apa. maaf merepotkan," ucap Kapten Aryo

"jadi apa yang bapak ingin bicarakan kepada saya?" tanya Irham yang masih memakai baju seragam sekolahnya
"begini ham, plat nomor yang kamu kasih tempo hari ternyata salah, itu bukan plat nomor pembunuh misterius itu, pemilik plat nomor mobil itu sudah meninggal sekarang, dia kakek tua yang mengidap penyakit jantung," ucap Kapten Aryo sambil meminum minuman yang disediakan Irham

"maaf kapten, sepertinya saya salah catat waktu itu, malam itu sangat gelap dan saya sangat kelelahan karena mengejar pembunuh itu, sekali lagi saya minta maaf pak, tapi bagaimana perkembangannya dari pengejaran pembunuh Ben ini?" ucap Irham

"kami masih agak kesulitan, karena hanya kamu saksi pembunuhan itu, kamu saksi tunggal ham," ucap Kapten Aryo
"ya itu benar, tapi pembunuh itu harus segera di tangkap kapten," ucap Irham
"kami mendengar kabar bahwa pembunuh itu ada hubungannya dengan anggota "the flame", geng itu sangat diburu polisi, tapi sangat susah sekali menangkapnya, kabarnya karena salah satu anggota geng itu ada yang anaknya Komjen polisi, jadi semua polisi segan untuk mengutak ngatik geng itu," ucap Kapten Aryo

"anggota "the flame" itu adalah murid-murid di sekolah saya kapten," ucap Irham

Kapten Aryo terkejut, lalu ia menatap Irham baik-baik
"ham, kamu amati geng itu baik-baik, kamu sekarang adalah intel polisi, tugas kamu mengamati "the flame". Saya percaya kamu bisa," ucap Kapten Aryo sambil memegang pundak Irham
"baik kapten, saya akan berusaha semaksimal mungkin," ucap Irham

Tiba-tiba salah satu anggota tim dari Kapten Aryo masuk ke rumah Irham, ia terlihat panik

"kapten, maaf mengganggu, tapi kita ada panggilan darurat, tim kita membutuhkan bantuan di sektor 2 untuk penangkapan geng "ace"!! ayo kapten kita harus segera kesana! geng itu sangat banyak jumlah anggotanya!" ucap polisi itu
"gawat! ayo cepat kita kesana!" ucap Kapten Aryo sambil berdiri dan terlihat terburu-buru

Geng "ace"? geng apa lagi itu?" batin Irham bertanya

"ham, kamu nanti datang ke kantor polsek metro cilandak ya, temui saya di unit reskrim, saya ingin menyelidik para saksi, satu lagi, ajak temanmu yang mengirimkan pesan ke Ben malam itu sebelum dia mati," ucap Kapten Aryo
"Karin?" tanya Irham

"ya, betul, jangan lupa ham, hari minggu pagi jam 11, ini surat panggilannya," ucap Kapten Aryo sambil memberikan surat resmi dari kepolisian
"baik Kapten Aryo," ucap Irham

Kapten Aryo langsung pergi meninggalkan rumah Irham untuk segera menuju sektor 2 membantu anggota timnya menangkap geng "ace"



Di sektor 2, pertempuran para anggota polisi melawan "ace" berlangsung sengit

"maju! maju! lo ambil posisi itu!" ucap salah satu polisi
"kapten Aryo mana? kita butuh bantuan!" ucap anggota polisi yang lain

Jumlah anggota "ace" yang sangat banyak membuat anggota polisi kesulitan, sore itu di sektor 2 yang berada di sekitar Jalan Salemba Raya Jakarta Pusat, hampir 100 orang anggota geng "ace" memenuhi jalanan itu, mereka semua membawa senjata di tangannya, berbaris berjajar dengan meneriakan kata-kata "keadilan!" berulang-ulang.

"Darah dibalas dengan darah! mati dibalas dengan mati!

suara itu menggema di jalanan salemba sore itu, Pasukan "ace" meneriakannya dengan lantang, para pengemudi kendaraan tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya pasrah ketika kaca mobilnya di rusak dengan dilempari batu dan dipukul dengan besi oleh para anggota "ace"
Jalanan Salemba macet tidak karuan, para pejalan kaki lari tunggang langgang karena takut menjadi korban "ace" di sore itu.

"ampun, ampun bang," ucap salah satu bapak-bapak yang memohon karena didesak oleh anggota "ace"
"lo tau gak artinya kehilangan?" tanya salah satu anggota "ace"
"tau, tau bang, lepasin saya bang," ucap bapak-bapak itu sangat ketakutan

"gw rasa lo ga tau!"
Anggota "ace" itu menusukkan samurainya ke perut bapak itu, bapak itu pun langsung jatuh dan meninggal

Ia melihat mayat bapak-bapak itu di tengah keramaian suara tembakan dan keributan yang terjadi di jalanan
"biar semua orang yang sayang lo, merasakan hal yang sama kaya gw, rasa kehilangan," ucap anggota "ace" itu

Suara tembakan senjata polisi menggema dimana-mana, Polisi terpaksa harus melakukan tindakan keras karena "ace" sudah keterlaluan, ini sudah kesekian kalinya "ace" melakukan kerusuhan, namun diantara 100 orang anggota "ace" yang menyerang Salemba sore itu, tidak ada otak atau pimpinan mereka. "the animus" itulah julukannya. "the animus" sulit untuk ditemukan oleh polisi, hanya orang-orang tertentu yang bisa menjadi "the animus". Ada 3 orang "the animus" sang pemimpin "ace" ini.

Satu tembakan peluru menembus punggung anggota "ace" yang baru saja membunuh seorang bapak tadi. Ia meringis kesakitan dan langsung terjatuh. Ia mati ditempat, matanya mengeluarkan air mata

"satu anggota "ace" jatuh! lapor! satu musuh jatuh!" ucap polisi yang baru saja menembak mati anggota "ace" tadi

Suara sirine mobil polisi dan ambulance yang berdatangan membuat suasana sore itu semakin ramai, Para polisi yang baru berdatangan segera membantu rekan-rekannya di lokasi kejadian, para petugas medis membantu orang-orang dan polisi yang terluka


"gimana keadaannya pak?" ucap Kapten Aryo yang baru saja datang membawa bantuan
"sudah mulai reda kapten, para anggota "ace" sudah mulai mundur, beberapa diantara mereka ada yang sudah ditangkap, dan ada juga yang ditembak mati di tempat!," ucap salah satu polisi

"bagus, apakah ada anggota kita yang jadi korban?" tanya kapten Aryo
"lebih dari 15 orang anggota polisi luka-luka pak terkena sabetan samurai dan dipukul tongkat besi," ucap anggota polisi itu
"ok, jaga lokasi ini, saya menyerang kedepan!" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo yang sudah memakai baju anti huru-hara berlari kedepan dengan memegang senapannya


Salah seorang polisi, di hajar abis oleh 5 orang anggota "ace", polisi itu tak bersenjata karena dilucuti, dia hanya bisa menghalang-halangi tubuhnya dengan tangannya agar tidak terkena pukulan tongkat besi

Suara tembakan peringatan Kapten Aryo menolong nyawa polisi yang tak berdaya itu, para anggota "ace" lari tunggang langgang takut mati tertembak

"kabur! kabur! ayo cabut!" salah satu pentolan "ace" meneriaki para anggotanya untuk segera pergi karena polisi sudah banyak berdatangan

Polisi yang berjumlah ratusan memperingatkan para anggota "ace" untuk segera mundur, Polisi menembakan gas air mata agar para anggota "ace" mundur


Karena terdesak para anggota "ace" yang masih bejumlah sekitar 80 orang pergi meninggalkan Jalan Salemba. Jalan Salemba hancur berantakan, mobil-mobil banyak yang kacanya pecah, ban-ban yang sengaja dibakar oleh geng "ace" di jalanan menimbulkan asap hitam pekat mengotori udara, pecahan-pecahan kaca kendaraan berserakan memenuhi jalanan, darah-darah korban tak berdosa mengotori jalanan Salemba, sore itu sangat mencekam, masyarakat sangat takut karena kerusuhan yang dilakukan oleh "ace"


"anak saya mana pak?" ucap seorang ibu yang menangis mencari anaknya yang hilang di tengah kerusuhan itu
"tadi terakhir ibu liat dimana?" ucap salah satu anggota polisi
"tadi dia ada di samping saya pak, tapi sekarang sudah gak ada!" ucap Ibu itu sangat panik sambil menangis

Kapten Aryo menghampiri ibu itu, ia menemukan anaknya bersembunyi di bawah got jalanan, anak itu sangat ketakutan

Ibu anak itu sangat gembira ketika menemukan anaknya selamat, ia mengucapkan terima kasih kepada kapten Aryo lalu segera pergi dengan terburu-buru

"do! panggil anak-anak untuk angkat mobil itu!" ucap Kapten Aryo memerintah Edo, anggotanya untuk mengangkat mobil yang terbalik karena ulah anggota "ace"
"siap kapten!" Edo segera bergegas memanggil teman-temannya


"sektor 2 bersih! lapor! sektor 2 sudah bersih! "Ace" sudah mundur!" ucap Kapten Aryo melapor dengan alat komunikasi khusus untuk polisi

Kapten Aryo bersyukur ia tidak terlambat datang untuk membawa bantuan, terlambat sedikit saja mungkin lain ceritanya

Salemba terluka di sore itu, kerusuhan yang dilakukan "ace" telah merusak keindahan jalan itu.
Para wartawan dan orang-orang media pun berdatangan untuk meliput kejadian mencekam itu, mereka sangat antusias melaporkan kejadian mengerikan yang terjadi di Jalan Salemba itu. Para wartawan itu saling berlomba unuk melaporkan langsung situasi yang terjadi dan mendapatkan gambar-gambar tragis di lokasi kejadian


"pak, sudah kesekian kali, geng "ace" membuat kerusuhan, mengapa anggota polisi tidak bisa menghentikannya pak?" ucap salah satu reporter wanita yang masih muda
"jaringan mereka luas, kita belum berhasil mendapatkan otak mereka!" ucap Kapten Aryo yang sedang diwawancara
"lalu, kira-kira kapan kerusuhan geng "ace" ini bisa dihentikan?" tanya reporter wanita itu
"kami masih belum tahu pasti, tapi yang jelas kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan geng "ace" ini," jawab Kapten Aryo idealis

"ada kabar bahwa ketua geng "ace" berjumlah 3 orang, apa itu benar?" tanya reporter wanita itu
"ya itu benar, namun kami masih berusaha untuk mencari keberadaannya, maaf saya harus pergi, masih banyak tugas yang saya harus lakukan" ucap Kapten Aryo berjalan meninggalkan reporter itu

Lalu sejumlah reporter dari media lain datang menghampiri Kapten Aryo untuk mewawancarainya


Di rumahnya, Irham sedang menyaksikan Tragedi Salemba itu di program berita yang disiarkan salah satu perusahaan tv swasta. Semua saluran tv membahas kerusuhan yang terjadi di Salemba itu, Headline news setiap program berita berbeda-beda, ada yang bilang
"Tragedi Salemba", "Ace kembali!", "Salemba berdarah!", "Keganasan Ace!"

Setiap program berita saling berlomba dengan caranya masing-masing untuk menarik perhatian para pemirsa agar menyaksikan beritanya. Irham melihat Kapten Aryo yang sedang diwawancara oleh sejumlah reporter di salah satu program berita. Irham terlihat begitu fokus menyaksikan berita itu, matanya tidak pernah beralih dari tv


Irham terkejut ketika handphonenya berbunyi, nomor yang ia tidak kenal menelponnya, Irham bingung karena tidak mengenal nomor itu, lalu ia pun mengangkatnya,

"halo? siapa ini?" tanya Irham
"temui saya di bangunan tua depan gereja katolik 30 menit dari sekarang," ucap suara misterius itu
"halo, siapa ini?" tanya Irham
"gadis berpita hitam," ucap suara misterius itu

Lalu penelpon misterius itu menutup teleponnya. Irham bingung tak bisa berkata-kata, perasaanya antara takut dan penasaran. Ia takut karena akan bertemu langsung dengan orang yang diduganya pelaku aksi-aksi misterius yang menimpanya dan pembunuhan terhadap Ben. Tapi ia juga merasa penasaran karena ingin melihat orang misterius itu yang mengaku dirinya gadis berpita hitam


Irham bergegas mengambil jaketnya dan langsung turun ke lantai bawah rumahnya, Ibunya yang baru datang dari rumah sakit bingung melihat Irham begitu terburu-buru

"mau kemana kamu ham?" tanya ibu Irham
"mau ketemu temen mah," ucap Irham dengan terburu-buru dan langsung keluar dari rumah
"jangan pulang malam-malam!" teriak ibu Irham
"iya mah!" ucap Irham


Irham menyalakan motornya, helmnya sudah ia pakai, lampu motornya ia nyalakan, tapi ketika ia ingin segera pergi, ia melihat Karin tepat di depannya

"hey, kamu mau kemana?" ucap Karin lembut dengan senyuman
"aku-aku mau... ketemu...... temen.... iya temen," ucap Irham sedikit terbata-bata
"ah gausah ah, ngapain sih ketemu temen, kita ke taman aja yuk ham," ucap Karin mendekati Irham dengan rayuannya

Irham melihat Karin baik-baik, ia menelan ludahnya, Karin sangat cantik dan seksi, rok pendek yang Karin gunakan dengan stoking hitam panjang sampai atas lutut membuat Karin terlihat seksi, Cardigan ungu dengan syal hitam yang melilit di lehernya membuat Karin tampak sangat cantik.

"tapi aku gak bisa, ini penting banget soalnya," ucap Irham
"ah ko kamu gitu sih," ucap Karin agak ngambek
"maaf ya, aku harus pergi," ucap Irham
"tapi kan aku disini, trus aku gimana?" ucap Karin manja

"kamu tunggu saja di rumah aku sama ibu ya," ucap Irham
"aku ikut kamu aja deh," ucap Karin

Irham berpikir apakah tidak apa-apa membawa Karin. Ia agak ragu karena takut Karin kenapa-kenapa, tapi akhirnya

"kamu mau ikut? bener? yaudah," ucap Irham
"ok, yuk jalan," ucap Karin sambil naik motor Irham

Di petang hari itu, Irham dan Karin menuju bangunan tua untuk bertemu pembunuh misterius itu. Tapi ada yang janggal, Karin yang sedang memeluk Irham dibelakang, tersenyum. Senyuman yang penuh arti dan mencurigakan, siapakah sebenarnya Karin?

Senin, 24 Agustus 2009

13. Animus

Alvin, Alan, Nay dan Bonad berlari menjauh dari markas anak 5 yang sudah habis terbakar, markas itu sudah runtuh karena terlahap api, mereka beruntung masih sempat menyelamatkan diri, tidak seperti temannya Sagil yang masih di dalam dan mungkin sudah tewas.


"gila, capek gw dari tadi lari," ucap Alvin
"mana lagi nih si Sergi sama Vena, ko ga ada? katanya kita dijemput di jalan ini?" ucap Alan
"tunggu aja, pasti mereka bentar lagi dateng," ucap Nay

Bonad terlihat kebingungan, ia melihat-lihat ke samping kiri dan kanan

"Woy, stik bisbol kawat gw mana cuy? ko ga ada?" ucap Bonad agak bodoh
"yaelah, lo masih aja ngurusin gituan di situasi kaya gini," ucap Nay
"iya lo gimana si nad, lo semestinya mikirin Sagil tuh, dia masih di dalam markas, mungkin dia udah mati di sana," ucap Alan
"tapi stik bisbol itu bagus, ga ada duanya, sial ah ilang lagi," ucap Bonad kesal


Lalu Sergi dan Vena menggunakan jeepnya datang dan berhenti di ujung jalan

"hey guys! disini! cepetan masuk ke mobil!" ucap Vena

Alvin, Alan, Nay dan Bonad langsung berlari masuk ke dalam mobil, lalu mobil jeep itu langsung pergi meninggalkan markas anak 5 yang sudah tak berbentuk terlahap api

Di dalam mobil, "the flame" berbincang

"lo lama amat sih pada! ini udah lewat jam 11," ucap Sergi
"yah, lo ga tau sih, di dalam gimana? lo mah enak aja pacaran nunggu di mobil," ucap Alvin
"tau lo, protes aja, coba lo yang ke markas itu, paling mati," ucap Alan
"tau lo," ucap Bonad menambahkan tidak penting

"loh, ko Sagil ga ada? kemana dia? ko lo tinggal?" ucap Vena

Alvin, Alan, Nay dan Bonad terdiam, tak satu kata pun keluar dari mulutnya, mereka tidak tahu harus menjawab apa

"ko lo semua diem si? kenapa Sagil?" ucap Vena penasaran

"dia, dia...." ucap Alvin bingung harus menjawab apa
"dia tadi gak ikut keluar bareng kita, dia masih di dalam markas itu untuk menyelesaikan masalahnya dengan kakaknya yang ternyata adalah ketua geng anak sma 5," ucap Alan

"oh, kakaknya yang selama ini Sagil ceritain ke kita, yang udah gak tanggung jawab itu dan ngebunuh ayahnya dulu waktu Sagil masih kecil?" ucap Vena bertanya dengan nada agak keras

"iya Ven, ternyata Roy ketua geng sma 5 itu adalah Roy kakak kandungnya Sagil, gw juga baru tau," ucap Alan


"Sagil berkelahi dengan Roy tadi, satu lawan satu." ucap Alvin
"trus? Sagil menang? tanya Sergi sambil menyetir mobil

"iya dia menang, tapi pada saat markas itu terbakar, dia ga mau ikut keluar sama kita, dia ngejar kakaknya ke lantai atas markas itu," ucap Alvin

"terus sekarang dia ada dimana?" tanya Vena


"kita ga tau Ven, kita udah berusaha ajak dia keluar, tapi percuma karena dia harus menyelesaikan masalahnya dengan Roy yang udah dipendam selama bertahun-tahun," ucap Alan

"mungkin dia tewas di sana," ucap Alvin


"the flame" malam itu dirundung duka, sang ketua yang mereka hormati dan segani telah tiada, kobaran api "the flame" yang begitu besar dan menakutkan sudah mulai hilang, api itu perlahan padam seiring dengan kepergian Sagil

"jadi Sagil tewas?" ucap Sergi pelan

"kemungkinan kuat iya kalo dia terjebak di markas itu," ucap Alvin

"ah udah deh, jangan beranggapan gitu, kita kan ga tau yang sebenarnya terjadi, mungkin aja Sagil masih hidup," ucap Vena meyakinkan teman-temannya

"ya, mudah-mudahan aja," ucap Alan

Mereka semua hanya terdiam di mobil, mereka tidak tahu harus berbicara apa

"ngomong-ngomong tadi kita dapet apa aja vin di markas anak 5? ucap Nay

"lumayan lah, ganja dapet 20 linting, miras dapet 5 botol, leksotan sama ekstesi dapet 3 plastik masing-masing isi 20 butir, duit dapet sekitar 600ribuan nih cuy," ucap Alvin sambil melihat tasnya

"wah, pesta nih kita, sip deh, asik dapet gratisan," ucap Alan sambil menepuk pundak Alvin

"ah, pikiran lo ngobat aja lan," ucap Nay

"ah, lo sok ngatur gw Nay, kita kan brother!" ucap Alan sambil merangkul adiknya Nay dengan akrab

"lo tuh pake narkoba mulu, lo gak takut OD (over dosis) apa? ucap Nay

"hahaha, orang yang OD itu, orang goblok Nay, gak bisa nahan diri, ga pake otak dia," ucap Alan sambil tertawa

"ah elo," ucap Nay

The flame melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke basecamp-nya yang berada di pinggir kota

"gimana? ada jawaban gak?" tanya Sergi kepada Vena

"gak ada, gw udah telpon berulang-ulang," jawab Vena yang sedang mencoba menelpon handphone Sagil

"kan udah gw bilang, Sagil mati ven," ucap Alvin

"ssst, jangan ngomong sembarangan lo vin," ucap Nay

"udah lah jangan mikirin Sagil terus, santai aja, pasti dia selamat, dia kan kuat dan pintar," ucap Alan

"gw khawatir aja lan," ucap Vena

Namun tiba-tiba di kejauhan, terlihat beberapa orang polisi sedang melakukan pemeriksaan terhadap mobil yang lewat

"wah gawat temen-temen, ada pemeriksaan polisi tuh di depan," ucap Bonad tiba-tiba

"wah abis kita," ucap Alan

"gimana nih? mampus deh," ucap Alvin

"udah lo tenang aja pada, udah biasa kan kaya gini, vin, miras, narkoba sama ganjanya lo simpen, jangan sampai keliatan sama polisi ya," ucap Sergi menyuruh Alvin

Sergi menghentikan mobilnya tepat di depan polisi yang memegang senter dan memakai jaket hitam panjang kepolisian. Polisi itu mengetuk kaca mobil Sergi

"selamat malam, saya dari pihak kepolisian sedang bertugas untuk pemeriksaan malam, boleh saya mengecek mobil anda?" tanya polisi itu

"silahkan pak, kami orang baik-baik ko," ucap Sergi

lalu polisi itu memeriksa baik-baik kedalam mobil itu, ia menyorotkan senternya ke semua arah di dalam mobil

"ok, semuanya tolong keluar," ucap polisi itu

Sergi dan teman-temannya pun keluar, mereka cemas karena membawa barang terlarang di mobilnya, mereka takut dicurigai sebagai "The Flame" yang sudah banyak membuat onar

lalu polisi itu menggeledah satu per satu anggota "The Flame" namun tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan

"ok, kalian boleh pergi," ucap polisi itu

namun tiba-tiba salah seorang polisi agak gemuk datang menghampiri

"jangan suruh pergi dulu, mereka "the flame" tangkap mereka!" ucap polisi gemuk itu

Polisi gemuk itu sadar Sergi dan temannya anggota the flame karena Bonad masih memakai jaket "the flame" sedangkan teman-temannya sudah melepaskannya ketika di perjalanan

Mereka pun langsung di borgol satu per satu, namun tiba-tiba

"lo jangan macem-macem deh disini," ucap Sergi

"lo pikir bawahan macem lo semua, bisa nangkep gw sama temen-temen gw," ucap Sergi

"anda ini siapa?" ucap polisi gemuk itu

"saya anaknya Komisaris Jenderal Polisi Drs.Hary Saryadi," ucap Sergi tegas sambil menunjukkan kartu nama ayahnya

kedua polisi itu langsung gugup seperti baru melihat setan, ia sangat kaget karena telah ingin menahan anak dari atasannya

"o-oh be-begitu, kalau begitu, kalian boleh pergi, tolong mas jangan laporkan perbuatan saya ini ke bapak, saya takut dipecat," ucap polisi gemuk itu agak gugup sambil memohon kepada Sergi

"udah tenang aja pak, asal jangan bilang-bilang kalo kita ini "the flame"aja . Pacar saya udah nyatet nama kalian berdua, kalo sampai macem-macem, abis!" ucap Sergi mengancam

Vena hanya tersenyum melihat kedua polisi itu dan menunjukkan kertas yang ada tulisan nama mereka berdua setelah mencatat namanya yang ada di seragam yang mereka pakai.


"ba-baik, silahkan kalian pergi," ucap polisi gemuk itu

Sergi dan teman-temannya langsung naik mobil dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu namun tiba-tiba salah satu polisi memanggil dari kejauhan

"ada apa disana? semua baik-baik saja?" ucap polisi itu dari kejauhan

"ya, tidak apa-apa, mereka bersih pak," ucap polisi gemuk itu sambil mengisyaratkan Sergi dan teman-temannya untuk pergi

Sergi adalah anggota "the flame" yang paling tajir dan tampan, tidak heran ia menjadi playboy dan tidak heran juga banyak gadis-gadis yang jatuh dipelukkannya seperti Vena pacarnya yang sekarang. Walaupun Sergi tidak hebat dalam berkelahi, kelebihannya sebagai anak komjen polisi membuatnya sangat berguna bagi "the flame" disituasi seperti yang baru saja terjadi. Sudah sangat sering "the flame" lolos dari jeratan polisi karena kekebalan Sergi sebagai anak petinggi kepolisian

"untung Sagil nge-rekrut lo jadi "the flame" gi, kalo gak kita pasti udah ada di dalam penjara dari dulu-dulu," ucap Alan

"ya, itu gunanya gw disini," ucap Sergi sambil tersenyum tipis

Tidak lama kemudian akhirnya mereka sampai di basecamp tempat "the flame" biasa berkumpul dan bersembunyi.

Basecamp itu adalah sebuah rumah yang terletak di pinggiran hutan yang penuh dengan pepohonan seperti cemara dan pinus. Rumah itu cukup tersembunyi dan terpencil sehingga jarang sekali ada orang di daerah itu. Rumah itu dulu bekas tempat tinggal Sergi ketika kecil dan sekarang rumah itu sudah tidak digunakan lagi karena Sergi dan keluarganya pindah rumah. Orang tua Sergi mempercayakannya untuk mengurus rumah itu namun Sergi menggunakan rumah itu sebagai basecamp untuk "the flame"

Sementara "the flame" sedang beristirahat di basecamp-nya, jauh dari sepinya tempat persembunyian "the flame" yang terletak di pinggir hutan, Irham sedang menjaga kakaknya Joy di rumah sakit yang masih terbaring lemas karena kejadian misterius beberapa waktu lalu


Irham melihat pesan di handphonenya. Ia menerima pesan dari kapten Aryo yang menyatakan bahwa nomor polisi yang Irham berikan waktu itu adalah nomor plat mobil tua milik seorang kakek yang baru saja meninggal beberapa hari lalu. Diduga Irham keliru dalam memberikan nomor plat mobil itu karena tidak mungkin seseorang kakek tua penyakitan adalah seorang pembunuh misterius itu. Lagi pula mobil yang Irham liat adalah sejenis jeep yang tidak terlalu tua umurnya. Kapten Aryo juga menyatakan bahwa ia akan segera datang lagi ke rumah Irham sesegera mungkin untuk membicarakan pembunuhan Ben di malam itu

"ko bisa salah sih nomornya? sial, waktu itu gelap banget sih, udah malem, jadi gak begitu jelas" ucap Irham bingung karena plat nomor yang ia berikan kepada Kapten Aryo tidak membuahkan hasil

Lalu Irham mendekati kakaknya Joy yang terbangun. Irham sangat senang sekali Joy akhirnya sadar setelah pingsan beberapa hari karena kejadian misterius malam itu

"mbak, gimana keadaannya? sudah baikan?" ucap Irham prihatin

"ham, mbak ada dimana?" ucap Joy sangat lemas dan kebingungan

"mbak ada di rumah sakit, mbak mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu," ucap Irham

"mamah mana ham?" tanya Joy dengan lemas

"sebentar lagi dateng mbak, aku akan pulang dan mamah akan gantian jaga mba disini," ucap Irham sambil membelai rambut Joy


Tak lama kemudian ibu Irham datang dengan membawa buah-buahan untuk Joy, lalu ia menghampiri Irham yang berada dekat dengan kasur tempat Joy berbaring. Wajahnya tersenyum ketika melihat anaknya Joy telah sadar setelah pingsan cukup lama

"Joy, syukurlah kamu sudah sadar nak, mamah sangat prihatin, sudah 3 hari kamu pingsan sejak kejadian itu, ini mamah bawakan buah untuk kamu, dimakan ya nak " ucap ibu Irham sambil tersenyum

"terimakasih mah, tapi aku bingung kenapa aku bisa di rumah sakit, hal yang aku ingat hanya pada saat sebuah mobil menyerempetku lalu....." Joy memegang kepalanya yang masih sakit dan mencoba mengingat apa yang terjadi di malam itu

"sudahlah Joy, itu tidak penting, yang penting kamu selamat dan sudah semakin membaik sekarang," ucap ibunya dengan senyum

"jubah hitam dan topeng, tapi sepertinya ada seorang lagi, tapi aku tidak terlalu ingat, tapi orang berjubah itu memukulku dengan kencang di bagian kepala," ucap Joy pelan sambil memegangi kepalanya

"sudah mbak, jangan dipikirkan, istirahatlah dulu," ucap Irham

"ham, kamu pulang gih, kasian Karin menunggumu diluar, kenapa tidak diajak masuk?" tanya ibu Irham

"tadi dia di dalam, tapi barusan ia keluar dan menunggu di bangku depan kamar mah," ucap Irham

"yasudah ajak dia pulang, sekarang sudah jam 12 malam, antarkan Karin ke rumahnya, besok kan kamu sekolah," ucap ibu Irham

"iya mah, aku pulang ya," ucap Irham sambil mencium tangan mamahnya dan mengambil jaketnya di atas kursi

"hati-hati ham," ucap Joy pelan

"iya mbak, mbak cepat sembuh ya, istirahat yang cukup," ucap Irham

Irham membuka pintu kamar tempat Joy dirawat, lalu ia melihat Karin tertidur sendirian di bangku ruang tunggu tepat di depan kamar Joy dirawat.

Irham melihat wajah Karin baik-baik, Karin sangat mempesonanya, Karin sangat terlihat polos dan cantik ketika tidur, ia terlihat sangat kelelahan karena langsung menemani Irham ke rumah sakit setelah pulang sekolah tadi

"rin bangun, ayo pulang," ucap Irham membangunkan Karin

"hmm....Irham? jam berapa sekarang ham?" ucap Karin yang terbangun dan masih belum sadar betul

"udah jam 12 malam lewat, ayo kita pulang, besok kan kita sekolah," ucap Irham

"gimana kakakmu? udah sadar?" ucap Karin

"sudah, baru saja ia sadar, aku lega banget," ucap Irham

"bagus deh ham," Karin tersenyum dan berdiri dari bangku tempat ia tidur tadi

Mereka berjalan meninggalkan ruangan tunggu itu, tangan Irham merangkul pundak Karin dan tangan Karin melingkar di pinggang Irham, mereka terlihat begitu mesra dan saling menyayangi

Suasana romantis itu tertutupi oleh aura jahat dari seseorang yang mengintip di balik pepohonan pinus besar dekat rumah persembunyian "the flame". Orang itu sangat misterius dan ia telah mengikuti mobil Sergi dari tempat pemeriksaan polisi tadi. Wajahnya sangat licik, senyumannya menunjukkan kepuasan akan sesuatu.

siapakah sebenarnya orang misterius ini? dan apa hubungannya dengan "the flame"? yang jelas ia bukan orang asing bagi "the flame". Ia memiliki itikad buruk terhadap "the flame", ia adalah ancaman nyata bagi "the flame"!!!

Dia adalah "the Animus". Julukan untuk orang berbahaya dan paling dihormati dari geng "Ace"!!!



















































Minggu, 23 Agustus 2009

12. Hargai hidupmu, maka hidup akan menghargaimu

Dua laki-laki sejati sedang membuat perhitungan, bertarung untuk hidup dengan harga dirinya sebagai pertaruhan untuk membuktikan siapa penjantan yang paling tangguh.

Sagil mengayunkan samurai dengan kuat ke arah Roy, namun dengan cepat Roy mengelak dan melakukan pukulan balasan dengan stik bisbolnya. Pukulan itu mengarah ke muka Sagil, tapi ia berhasil menangkisnya dengan tangan dan terlempar jauh.

"gil!" hati-hati!" ucap Alvin
"gawat, Sagil kalah kuat dibanding Roy, ayo kita bantuin," ucap Nay
"jangan Nay, ini pertarungan antara kakak dan adik, ini pertarungan yang sudah ditakdirkan, pertarungan untuk pembalasan, ini urusan mereka, kita lihat aja dari sini dan berdoa supaya Sagil bisa menang," ucap Alan sambil menghalangi tubuh Nay dengan tangannya

Sagil meringis kesakitan, ia memegangi tangannya yang terkena pukulan, bagian lengan jaketnya sobek karena terkena kawat berduri yang ada di stik bisbol milik Roy

"sial, hampir aja, untung sempet gw tangkis, kalo gak, abis gw," ucap Sagil
"aah, tangan gw sakit, untung ga berdarah karena gw pake jaket ini," gumam sagil

"kenapa lo gil? jadi ini adek gw yang kuat itu, adek gw yang memimpin "the flame" geng paling terkenal dan ditakuti itu, ternyata lo itu lemah! dasar tolol!" ucap Roy keras

"kita sama-sama dibesarkan dengan kepahitan dan kekejaman, dunia kita terlampau keras, semestinya itu membentuk hati lo jadi kuat! tapi mana? gw gak liat itu di diri lo!" ucap Roy

"jangan banyak bacot lo Roy, jangan berani-beraninya pembunuh macem lo yang ninggalin adeknya sendiri dan tersiksa seumur hidupnya ngomong tentang lemah dan kuat! jangan pernah samain gw sama lo anjing!" ucap Sagil teriak

Sagil berlari ke arah Roy dan mengayunkan samurainya berulang-ulang, namun tidak ada satupun yang mengenai tubuh Roy, dengan cekatan Roy selalu berhasil menghindar. Roy sudah jauh lebih berpengalaman dalam berkelahi, karena ia hidup di lingkungan yang keras dan perkelahian sudah biasa ia lakukan untuk bertahan hidup

Perkelahian berlangsung cukup lama, namun Sagil seperti mainan bagi Roy. Ternyata Roy terlalu kuat untuk Sagil

Tendangan keras Roy mengenai perut Sagil dengan telak, dan Sagil pun terlempar jauh, mulutnya mengeluarkan darah, ia memegangi perutnya yang sakit. Ia tidak pernah berhasil menyerang Roy, bahkan menyentuhnya, ia mulai tidak percaya diri dan takut untuk kalah

"cih, jadi cuma segini kemampuan lo?" ucap Roy sambil meludah
"ternyata kita jauh beda, gw kuat, lo lemah! lo ga berubah dari dulu! ga pernah berani sama papah yang udah sering pukulin lo! lo cuma bisa nerima aja perlakuan papah tanpa ada perlawanan! lo itu lemah!" ucap Roy keras

Sagil bangun perlahan setelah terjatuh karena tendangan keras dari Roy, sambil menahan sakit, ia berpikir bagaimana bisa menyerang Roy dan menjatuhkannya. Otak cerdasnya mulai berpikir untuk mencari kelemahan Roy

Tiba-tiba Sagil menjatuhkan samurainya, ia melakukan kuda-kuda seperti seorang petinju, teman-teman Sagil bingung mengapa Sagil tidak memakai samurai untuk menyerang Roy, tanpa samurai, apa yang bisa dilakukan oleh Sagil

"kenapa Sagil membuang samurainya?" ucap Alvin
"dengan samurai aja dia kalah, apalagi ga pake samurai," ucap Nay
"itu taktik Sagil, dia itu cerdas, pasti itu semua sudah Sagil pikirkan dengan baik," ucap Alan

Sagil maju perlahan mendekati Roy dengan tangan kosong. Roy hanya tersenyum sinis dan meremehkan Sagil

"cih, bocah tolol! mau mati kali," ucap Roy yang melakukan ancang-ancang pukulan dengan tongkat bisbolnya
"jadi itu keputusan lo! gimana bisa lo menang tanpa samurai itu! mati lo gil!" Roy mengayunkan stik bisbolnya

Sagil berhasil menghindar cepat, Roy terus menyerang karena penasaran tidak bisa mengenai Sagil, serangannya sangat acak dan berantakan, Roy menyerang Sagil dengan senyuman sinisnya, ia meremehkan Sagil, Roy yang meremehkan Sagil menjadi lupa diri dan disitulah Sagil melihat peluang, pertahanan Roy melemah

Satu tendangan kuat kearah muka Roy, berhasil menjatuhkannya dan membuatnya terluka, ia tidak menyangka taktik yang Sagil lakukan bisa menjatuhkannya

"gw tau sifat lo, lo itu sangat percaya diri, jadinya lo itu ceroboh, gw sengaja ga pake samurai gw untuk ngebuat lo lebih percaya diri lagi dan jadi lebih ceroboh lagi, di mata lo, gw yang tanpa samurai tentu terlihat sangat lemah dan mudah untuk dikalahkan, jadi lo ngeremehin dan nyerang gw dan lupa dengan sisi pertahanan lo! disitulah gw ambil celah untuk melakukan serangan balik, gw udah berhasil mancing lo dan memanfaatkan sifat lo yang terlalu percaya diri" ucap Sagil

Sagil mengambil stik bisbol yang terjatuh di lantai, ia berjalan mendekati Roy, Roy masih lemas karena tendangan yang telak mengenai mukanya, ia memegangi pipinya yang memar dengan mulutnya yang berdarah

"brengsek, gw ga nyangka lo bisa jatuhin gw, padahal gw jauh lebih berpengalaman daripada lo" ucap Roy agak lemas
"gw tau lo jauh lebih kuat dari gw, secara fisik dan pengalaman tapi gak secara otak," ucap Sagil
"pake otak lo, jangan pake nafsu lo!" ucap Sagil

Sagil melakukan ancang-ancang untuk melakukan pukulan kuat dengan stik bisbolnya kepada Roy yang tergeletak di lantai. Roy terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa, kepalanya agak pusing karena terkena tendangan keras Sagil

Ketika itu, Sagil mengayunkan stik bisbolnya namun tidak mengenai Roy, ia menghentikan stik bisbolnya tepat di atas kepala Roy. Roy yang tak berdaya kaget karena ia masih hidup dan melihat Sagil tidak jadi membunuhnya

"gw maafin lo Roy," ucap Sagil sambil menjatuhkan stik bisbolnya

Roy terdiam dan tidak menyangka adiknya yang bertahun-tahun menyimpan dendam dan sangat membencinya mau memaafkannya dan membiarkannya hidup

"ayo cabut," ucap Sagil mengajak teman-temannya meninggalkan Roy

Tapi seperti tak percaya arti cinta dan kasih, hati Roy yang sudah terlanjur hitam ternoda oleh kejadian 9 tahun lalu itu membimbing Roy untuk berlaku licik, hatinya tak terima karena dikalahkan oleh adiknya, harga dirinya terinjak-injak

Roy mengambil stik bisbol yang dibuang oleh Sagil tadi dan ia melempar stik bisbol itu ke arah sagil. Waktu seakan melambat, teriakan teman-teman Sagil memperingatkan Sagil untuk menghindar terdengar sangat pelan dan tidak jelas. Namun, Sagil lebih memperhatikan suara teman-temannya yang berteriak agar Sagil menghindar dari stik bisbol itu dan suara itu pun langsung terdengar jelas di telinga Sagil.

Sagil mengelakan badannya beberapa detik sebelum stik bisbol itu mengenai kepalanya, wajahnya tergores kawat yang terlilit di bisbol itu. Hampir saja ia terkena telak, telat sedikit saja mungkin ia sudah tewas, Sagil memegang pipinya yang tergores dan membalikkan badannya dengan ekspresi wajah yang geram karena kelicikan Roy

Roy memang tidak berhasil mengenai Sagil dengan stik bisbol itu, namun stik bisbol itu terus melayang dan mengenai lampu tempel yang menyala dan mengandung minyak tertempel di dinding. Lampu itu meledak dan apinya jatuh ke jerigen minyak milik Sagil yang terletak tepat di bawah lampu tempel itu

Api yang menyulut jerigen -jerigen penuh minyak itu membuat ledakan keras di malam itu, markas anak 5 itu mulai terbakar api, Sagil dan teman-temannya panik namun tiba-tiba Roy berlari dan menaiki tangga besi untuk kabur

"gil kita harus keluar dari sini! api ada dimana-mana! bahaya gil!," ucap Alvin sangat panik
"udah lo keluar aja, bawa si bonad, temuin si Vena sama Sergi di jalan tadi, cepet cabut dari sini!" ucap Sagil agak teriak untuk mengeraskan suaranya yang kalah dengan ributnya kobaran api

"terus lo gimana gil?! jangan bego deh! lo mau mati disini?!" ucap Alan keras
"ayo cabut gil!" ucap Nay sambil melihat sekililingnya yang terlahap api
"masih ada urusan yang belum gw selesein!" ucap Sagil

Sagil memandang teman-temannya untuk beberapa detik, lalu ia berlari dan menaiki tangga besi untuk mengejar Roy

"udah ayo cabut! kita harus cabut dari sini!" ucap Alan keras
"Sagil gimana? kita harus nolong dia!" ucap Nay keras
"percuma, itu udah keputusan dia, kita ga bisa berbuat apa-apa lagi!" ucap Alvin sambil membopong Bonad yang sudah agak sadar


"gila!" ledakannya ngeri banget!" ucap Sergi yang melihat ledakan dari mobilnya
"berarti kita harus siap-siap gi! ayo cepet jemput mereka!" ucap Vena

Sergi menyalakan mobilnya dan langsung bergerak untuk menjemput teman-temannya

Di dalam markas yang penuh api itu, dua orang kakak dan adik masih berjibaku, mereka terus berkelahi untuk menunjukkan siapa yang terkuat

"Roy, gw udah ngasih kesempatan lo hidup dan memaafkan lo! tapi kenapa lo ngehianatin gw dan nyerang gw dari belakang?!" ucap Sagil

"gw ga butuh maaf dari lo tolol! apa yang udah dilakukan papah, udah buat gw ga percaya sama namanya pengampunan dan kasih sayang, semua itu bullshit! gak ada namanya cinta di dunia ini, yang ada hidup atau mati! Semua cinta di dunia ini cuma berakhir dalam kepedihan! seperti gw gil! karena cinta gw sama ibu yang begitu kuat! gw berani bunuh ayah gil! itu semua gw lakuin karena gw cinta sama ibu gil! gw sayang sama dia!" Roy berteriak dan mulai menangis

Semua beban dan tekanan yang Roy pendam selama 9 tahun karena telah membunuh ayahnya dan meninggalkan adiknya membuat hatinya tidak kuat, dibalik hatinya yang keras dan hitam, masih ada sedikit cinta. Cinta untuk ibunya



Markas anak 5 sudah hampir terbakar seluruhnya, lantai dasar markas itu sudah dipenuhi semua oleh api, namun Sagil dan Roy masih di dalam markas itu

"gw sayang sama ibu gil! gw sayang sama dia! tapi dia pergi ninggalin gw begitu aja, gw gak bisa nerima itu gil, gw..." Roy berlutut dan menangis penuh pilu

Air mata Roy mengalir sangat deras membasahi pipinya yang penuh luka, ia menangis terus sambil mengucap kata ibu berulang-ulang.

"Roy, gw ngerti perasaan lo, kita itu saudara Roy, tugas saudara itu adalah saling membantu dan mendukung, ini semua sudah berakhir, ayo kita mulai semua dari awal, ayo kita pulang Roy, ibu pasti senang di sana apabila kita bisa akur dan saling menyayangi satu sama lain," ucap Sagil sambil mengulurkan tangan

"gak gil, gw mau ketemu ibu, udah gak ada gunanya lagi gw hidup di dunia ini, dunia ini terlalu kejam, lebih baik gw mati, jagalah diri lo baik-baik."

Roy terjun dari lantai atas markas itu dan langsung jatuh ke lantai dasar yang penuh api. Ia tewas terbakar disana. Kata-kata terakhir yang ia katakan persis seperti kata-kata terakhir yang disampaikan ibunya di surat terakhir sebelum mati.

Sagil teriak memanggil nama Roy, ia tidak percaya dengan apa yang telah kakak kandungnya lakukan, kakaknya telah mati bunuh diri sama seperti ibunya dulu. Mereka mati karena tidak kuat untuk menerima segala konsekuensi hidup, mereka memutuskan untuk mati dan menyerah dengan hidup. Sekuat apapun mereka, setangguh apapun mereka berbicara dan mengaku dirinya kuat, sebetulnya mereka itu lemah karena takut menerima kenyataan hidup dan memilih mati untuk menghindar dari pahitnya kehidupan

"lemah, lo itu lemah Roy," ucap Sagil sambil menangis ketika melihat kakaknya mati bunuh diri

Sagil menangis, untuk berkali-kalinya ia kehilangan orang yang ia cintai, sebenci apapun ia kepada kakaknya, Roy tetap kakaknya yang ia sayangi dan hormati, Sagil menerima pelajaran yang sangat berharga malam itu, janganlah pernah menyerah dan takut dengan kehidupan, dunia tidak terlalu kejam bagi orang yang memiliki rasa cinta dan harapan. Harapan untuk terus hidup untuk mencintai sesama

"Hargai hidupmu, maka hidup akan menghargaimu"



I don't want to miss a thing- aerosmith (ost armageddon)

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While youre far away dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Every moment spent with you is a moment I treasure

Dont want to close my eyes
I dont want to fall asleep
Cause Id miss you baby
And I dont want to miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
Id still miss you baby
And I dont want to miss a thing

Lying close to you feeling your heart beating
And Im wondering what youre dreaming
Wondering if its me youre seeing
Then I kiss your eyes
And thank God were together
I just want to stay with you in this moment forever
Forever and ever

I dont want to miss one smile
I dont want to miss one kiss
I just want to be with youRight here with you, just like this
I just want to hold you close
Feel your heart so close to mine
And just stay here in this moment
For all the rest of time

Dont want to close my eyes
I dont want to fall asleep
Cause Id miss you baby
And I dont want to miss a thing
Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do

Id still miss you baby
And I dont want to miss a thing
Dont want to close my eyes
I dont want to fall asleepI
I dont want to miss a thing

11. Dunia ini terlalu kejam

Badan besar dan gempal Bonad tergeletak tak berdaya di lantai. Bonad yang tak terkalahkan jatuh karena satu tendangan keras di perutnya. Ia sudah kalah dari Roy, kalah dengan mudah

"cih, gendut tolol!" ucap Roy meludahi Bonad
Roy mengambil stik bisbol berkawat milik Bonad dan melihatnya baik-baik
"bagus juga senjata ini, lumayan," ucap Roy

Suasana begitu sepi di ruangan tempat Roy berdiri, ia hanya terdiam tapi tiba-tiba seseorang muncul dari belakang dan mengayunkan samurai tepat ke arah lehernya. Roy tersentak kaget dan menangkis serangan itu dengan stik bisbol yang ia pegang

"Sagil?" ucap Roy
"Roy!" ucap Sagil

Sagil dan Roy saling berpandangan satu sama lain. Alan dan Nay membantu Alvin untuk membawanya menjauh menjaga jarak dengan Sagil dan Roy. Ini adalah perkelahian diantara mereka berdua sang ketua

"jadi kelakuan lo sekarang kaya gini? jadi ketua geng ga jelas murahan, tolol lo!" ucap Roy
"sama aja kaya abang, bekas narapidana gak berguna, kita sama bang! ga beda, jadi jangan sok!" ucap Sagil
"yang abang mau, lo gak jadi brandal tolol gak berguna kaya gini! jangan ngikutin abang gil! lo itu harus jadi orang!" ucap Roy
"buat apa?, gak ada gunanya, toh mamah papah udah meninggal, hidup gw udah ancur! buat apa gw capek-capek kalo lo juga jadi narapidana! lo juga sama aja kaya papah gak pernah peduli dan kejam! lo itu pembunuh!" ucap Sagil keras
"terus emang gw harus ngapain gil? gw harus diem dan biarin papah menindas mamah terus? gw harus mengalah terus sama papah?," ucap Roy

"dulu gw masih ga tau apa-apa tentang pahitnya dunia dan kemunafikan ini semua! gw masih kecil! tapi sekarang gw liat kakak gw berdiri tepat di depan gw sebagai musuh gw! gw ga pernah tau ternyata setelah bebas dari penjara, lo jadi ketua geng anak 5 Roy!, ucap Sagil

"lo juga sama kaya papah, sama-sama anjing! makanya gw bunuh dia," ucap Roy

Sekitar 9 tahun lalu, ketika Roy masih SMA, ia menikam ayahnya sendiri di rumahnya dan disaksikan oleh adiknya sendiri Sagil. Sagil yang masih kecil tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya ketakutan di malam pembunuhan itu
Roy sangat membenci ayahnya karena sering selingkuh dengan perempuan lain dan sering memukul ibunya. Ayah Roy juga sangat kejam terhadapnya, tamparan, pukulan sudah menjadi makanan sehari-hari Roy. Dari kecil Roy mendapat perlakuan yang sangat kejam dari ayahnya.
Kebencian Roy terhadap ayahnya pun terus tumbuh seiiring berjalannya waktu


Sebenarnya Roy adalah anak yang baik, namun tingkah laku ayahnya yang buruklah yang membuat ia menjadi seperti ini, Roy sudah termakan kebencian yang berakar di hatinya

Kejadian malam itu tak akan pernah terlupakan oleh Roy
Di malam itu, Roy baru pulang dari sekolahnya, ia menuju rumahnya untuk segera beristirahat. Ketika sampai di depan rumah, Roy melihat mobil ayahnya tidak ada di garasi rumahnya. Lalu ia pun masuk ke dalam rumah
Rumah itu begitu sepi tak seperti biasanya. Sagil dan ibunya entah kemana malam itu, Roy pun berjalan menuju kamarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat darah di tangga rumahnya, ia mengikuti jejak darah itu sampai berakhir di sebuah kamar

ia membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar itu, mata Roy membesar, ia terkejut, perasaan amarah bercampur kesedihan berkecamuk di hatinya. Ia melihat Ibunya sendiri mati tergantung di kamar itu dengan luka sayatan di tangannya dan menemukan surat terakhir dari ibunya tergeletak di kasur
lalu ia membaca surat itu

Untuk anak-anakku tercinta

Maafkan ibu karena meninggalkan kalian, ibu sudah tidak bisa menahan semua perlakuan yang diberikan oleh ayahmu. Sudah bertahun-tahun ibu mendapat perlakuan kejam dari ayahmu, ia seperti tidak menganggap ibu sebagai istrinya, ia selalu memukul dan menyiksa ibu, ia tidak pernah memikirkan persaan ibu. Gadis-gadis cantik yang selalu ia tiduri setiap malam, perjudian yang ia lakukan menambah hancur hati ibu nak. Sudah tidak ada gunanya lagi ibu hidup di dunia ini, dunia ini terlalu kejam untuk ibu, lebih baik ibu mati. Jagalah diri kalian baik-baik

Air mata Roy mengalir deras, tangannya mengepal memegang surat yang baru saja ia baca. Roy berteriak sangat keras di malam itu, teriakan amarah dan dendam yang begitu dalam, malam itu sudah menutup sinar terang di dalam hatinya. Malam itulah awal dari hidup Roy yang kelam

Ia melihat ke jendela kamar, ayahnya baru saja pulang, Roy keluar dari kamar dan turun menuju arah dapur, ia mengambil pisau lalu menuju ruang tengah rumahnya. Ia melihat ayahnya masuk ke dalam rumah bersama 2 perempuan cantik sambil tertawa tidak karuan
Roy berjalan mendekati ayahnya dan langsung menikamkan pisau ke tubuh ayahnya, Roy melihat ayahnya terjatuh dan meraung kesakitan

Roy memandang mata ayahnya seperti kerasukan setan, ia menghujamkan pisau itu berkali-kali ke arah ayahnya yang sudah tak berdaya. Ia melakukan itu sambil tertawa dan mengucap kata-kata "Tolol! semuanya Tolol!"
ia mengulangi kata-kata itu berkali-kali sambil tertawa dan menusuk ayahnya berulang-ulang sampai dendamnya terpuaskan

Kesedihan dan penyesalan menimpa diri Roy, ia menangis begitu sadar telah membunuh ayahnya sendiri, ia seperti tak percaya dengan apa yang ia telah lakukan. Sagil kecil hanya terdiam melihat pembunuhan itu. Ia melihat semua kejadian itu, ketika itu Roy memandanginya dan Sagil pun takut. Ia takut mati seperti ayahnya. Namun Roy berdiri sambil meludahi mayat ayahnya dan pergi meninggalkan rumah itu. Malam itu adalah malam terakhir Sagil melihat kakaknya Roy. Setelah itu kehidupan Roy tidak jauh dari penjara dan kriminal.

Sedangkan Sagil hidup menggelandang tak punya tempat tinggal pasti setelah kejadian malam itu, ia hidup dengan mencuri dan menjambret. Keluarga besarnya tidak ada yang mau mengurusnya, Sagil kecil hidup sendiri, kesepian setiap malam. Ia diurus oleh sepasang suami istri yang bekerja sebagai pemulung dan penjual dagangan kelontong. Bagi sagil kecil, hidup adalah perang, siapa yang kuat ia bertahan, siapa yang lemah ia akan mati. Sagil dari kecil sudah bersekolah dengan mencari biaya sendiri membantu orang tua asuhnya dengan berjualan koran dan mengamen di jalanan bahkan sampai menjambret. Karena jerih payahnya ia mampu membiayai sekolah sampai SMP.

Pertemanan yang kuat dan kemauan serta kemampuannya dalam berkelahi dan memimpin kelompok membuat Sagil remaja disegani di wilayahnya, jaringan yang kuat dengan pengedar narkoba dan preman jalanan membuatnya memiliki uang yang cukup banyak. Menjual narkoba dan ganja, menjambret orang-orang, merampas uang gelandangan dan peminta-minta adalah kegiatan sagil remaja untuk mencari uang.

Dengan uang yang ia miliki dan dibantu orang tua asuhnya ia meneruskan sekolahnya ke SMA namun karena ego anak remaja, ia tidak serius dalam belajar dan terancam dikeluarkan dari sekolah karena kelakauannya yang buruk. Sagil remaja pun membentuk "The Flame" yang ia ketuai dan merekrut berbagai anak-anak yang tajir dan pintar di sekolahnya untuk dapat ia manfaatkan. Begitulah sagil kecil hingga sekarang, tidak ada kelembutan dalam hidupnya. Dunia terlalu kejam untuknya, dan hidup adalah perang bagi dirinya


"kenapa lo ninggalin gw sendiri di malam itu Roy? gw masih 8 tahun waktu itu, gw udah ga tau mesti ngapain di malam itu, lo ga tau gimana hidup gw setelah itu kan! bangsat!" ucap Sagil
"gw udah ga peduli sama semuanya, seperti kata ibu gil, dunia ini terlalu kejam buat kita," ucap Roy

Sagil hanya terdiam, ingatannya kembali ke malam kelam itu, malam yang penuh dengan kepahitan dan merubahnya menjadi seperti sekarang. Kehidupannya yang kejam dan masa lalunya yang pahit telah merubah dirinya.

Roy berdiri tegap tepat di hadapan Sagil, ia memandang adiknya.
"gil, hari ini tepat 9 tahun kejadian malam itu, dan kita ketemu disini seperti udah ditakdirkan," ucap Roy
"lo kesel kan sama gw? lo kesel kan dengan semua yang telah gw lakuin sampe buat lo menderita gini? kenapa malam ini lo ga balas dendam? ayo bunuh gw gil!" ucap Roy

Sagil menatap kakaknya Roy, ia berlari kearahnya, Roy bersiap menerima serangan Sagil, ia melakukan ancang-ancang untuk memukul Sagil dengan stik bisbol yang ia pegang

Pertempuran diantara saudara kandung sudah tak terelakan, dendam Sagil terhadap kakaknya sudah tak bisa dibendung, di malam itu ia membuat perhitungan hidup mati dengan kakaknya Roy. Siapa yang akan menang? sang kakak atau adik?




Sabtu, 22 Agustus 2009

10. Night Fight

"The Flame" berkobar malam ini, jaket dengan warna dominan merah dicampur garis hitam bertuliskan FLAME di bagian belakang dikenakan para 5 pemuda anak sma ini. Mereka berbaris berjajar berdiri tegak di depan tembok belakang sekolah di malam gelap itu.


"uda pada tau kan tugas masing-masing?" ucap sagil

"pasti gil, gw sama Nay bagian ngurus anak-anak 5, gw pastiin ga ada yang berdiri lagi setelah gw hajar," ucap Alan

"ok, setelah itu?" tanya Sagil

"gw masuk ke markas anak 5 buat ngambil narkotik dan obat di dalam, gw harus dapet barang-barang bagus malam ini, semuanya harus gw ambil mungkin juga ada uang atau senjata, lumayan kan," ucap Alvin

"ok, kalo lo nad?, ucap Sagil
"kaya ga tau aja lo gil, bunuh semua!" ucap Bonad
"jangan ada yang dibunuh, lukain aja, tapi kalo lo pada terancam ya udah mampusin aja," ucap Sagil

"si Sergi sama Vena udah siap di posisi buat jemput kita?" tanya Alan

"udah gw kasi tau, inget kita harus bertindak cepat, kita sampe sana sekitar jam 10, kita selesai jam 11, ga ada toleransi, kita harus cepat dan bersih, kalo gak semua bisa berantakan, setelah lo semua selesai, gw di luar bakal ngebakar markas anak 5, abis itu kita langsung cabut, ok? jangan bertindak ceroboh, pake otak! jangan ada yang mati malam ini," ucap Sagil

"ok!" ucap Alvin, Nay, Alan dan Bonad bersamaan

"nih senjata lo pada, aduh gw lupa bawa topengnya lagi," ucap Alvin

"udah gapapa, santai aja," ucap Sagil



Sebuah mobil jeep mendekat dan berhenti tepat di depan mereka


"woy, uda pada siap kan?" ucap Sergi

udah gi, let's go!" ucap Alan


Mereka berlima naik mobil itu dan langsung pergi menyerang markas anak 5



Di perjalanan menuju markas anak 5

"nanti gw sama sergi yang ngontrol keadaan di ujung jalan sini yah, kalo ada tanda bahaya langsung gw hubungin Sagil," ucap Vena
"ok ven," ucap Sagil

"inget jangan lebih dari jam 11, kita harus cepat dan bersih, kalo gak, resikonya gede man!" ucap Sergi

"sip, tenang aja," ucap Sagil
"ok," ucap Alan dan Nay
"tapi kalo lama juga kan lo bisa beduaan di mobil gi sama vena, enak kan," ucap Bonad

"ah, ga penting lo ah," ucap Vena
"iya nih," ucap Sergi


Sergi dan Vena anggota terakhir "flame", mereka berdua berpacaran cukup lama, mereka sering tidur bersama dan pergi dugem, yang mereka pikirkan hanyalah kenikmatan bercinta, tidak ada yang lain



Tidak lama, akhirnya "Flame" sampai di markas 5, sebelum menyerang, mereka berunding untuk mengatur strategi


"Vin, lo uda tau kan keadaan markas anak 5 sekarang?" ucap Sagil

"udah gil, kemarin gw sempet masukin mata-mata gw ke sana, mereka bilang pintu masuk ada 3, depan, samping dan belakang, kaya gini nih," Alvin menunjukkan sebuah gambar map yang ia buat sendiri

"terus?" ucap Alan

"jam segini biasanya anak 5 lagi pada pake narkotik dan pesta ganja, mereka lagi ga begitu sadar dan waspada karena kita serang mendadak gini," ucap Alvin

"ok, ada lagi ga vin?" ucap Sagil

"gw denger, katanya hati-hati sama orang berambut panjang yang bertato "hell" di tangan kanannya, dia kuat dan jago berantem, ucap Alvin

"ok, deh, udah ayo langsung aja, kebanyakan bacot nih," ucap Bonad
"ok kita beraksi sekarang Flame!" ucap Sagil


Ketenangan malam di markas anak 5 sama sekali tidak menandakan ada serangan tiba-tiba dari "Flame". Anak-anak sma 5 yang sedang asyik ngobrol sambil menikmati narkoba dan miras larut dalam kenikmatan itu


"asik banget nih malam-malam gini ngeganja, nikmat coy," ucap salah satu anak 5

"iya nih, ga ada tandingannya, kopi, ganja, plus miras,hehehehhehehe," ucap anak 5 yang lain setengah mabuk

"eh, ada genderuwo? itu noh jalan ke sini," ucap salah satu anak 5

"wah iya, gede amat itu orang, genderuwo!" ucap anak 5 lain


Mereka sedang mabuk karena minum banyak miras dan menghirup ganja, Bonad yang berbadan besar dan seram pun terlihat seperti genderuwo

"coy gw bagi dong, 1 linting ganja," ucap Bonad sambil membawa stik bisbol yang dililit kawat
"wah genderuwonya ngomong," ucap anak 5 yang mabuk
"lo mau coy? nih," ucap anak 5 lain sambil memberi 1 linting ganja

"lo dari mana coy?" tanya anak 5 yang berambut botak
"gw anak Flame, mau nyerang lo!" ucap Bonad

"bangsat!, anak flame!" ucap salah satu anak 5
"flame apaan?" ucap anak 5 lain yang mabuk


Bonad mengayunkan stik bisbolnya ke arah anak 5, satu pukulan keras membuat satu anak 5 tumbang tak berdaya penuh darah

"mampus lo anjing!" teriak Bonad
"bangsat lo!", salah satu anak 5 membalas dengan bogem mentah ke arah muka Bonad

Bonad kena telak di bagian pipi kiri, namun ia diam dan tak bergeming. Ia tidak merasakan apa-apa dari pukulan itu


"pukulan lo kaya banci men," ucap Bonad
"nih makan stik bisbol gw!" ucap Bonad memukul anak 5 yang baru saja memukulnya


4 orang anak 5 di bagian pintu belakang sudah tumbang oleh keganasan Bonad, mereka tidak sadarkan diri, Bonad berdiri dan melihat 6 orang anak 5 yang datang untuk menghajarnya



Di pintu bagian depan markas anak 5, Alan dan Nay sedang berkelahi dengan 7 orang anak 5, mereka cukup kewalahan karena jumlah orang yang tak sebanding, namun dua saudara kembar ini adalah yang terbaik di "flame" dan mereka tidak akan menyerah begitu saja




Alan terpukul telak di bagian perut dan ia jatuh tersungkur

"aaaaah, anjing, kita kalah jumlah" ucap Alan

"santai lan, udah biasa kaya gini mah, kita pernah ngadepin yang lebih gila daripada ini," ucap Nay yang mulutnya berdarah terkena pukulan

"Lo pada anak "Flame" ga bakal bisa ngalahin kita anak 5," ucap anak 5 yang tinggi besar

"berani amat lo nyerang kita di tongkrongan kita sendiri, mau abis lo!," ucap anak 5 yang memegang balok kayu
"aaah bacot!," Alan menendang muka anak 5 yang memegang kayu


lalu Nay mengambil balok kayu itu dan memukul kepala anak 5 itu, ia pun pingsan penuh darah di kepala


"mampus loh!," ucap Nay

lalu dari belakang salah satu anak 5 memegang Alan sampai tidak bisa bergerak. Alan lalu dipukuli dan meraung kesakitan


"lan!," Nay berlari dan memukul anak 5 yang sedang menghajar Alan yang tak berdaya dipegang tangannya dari belakang
"aaaaaah," anak 5 itu kesakitan dan terjatuh terpukul balok kayu

Alan langsung membanting anak 5 yang memegangnya dari belakang, lalu memukulnya berulang-ulang sampai membuat anak 5 itu tak sadarkan diri tergeletak di tanah


Tiba-tiba Nay teriak kesakitan, tangannya terkena sabetan samurai salah satu anak 5, lukanya cukup parah, Nay meraung kesakitan, darahnya cukup banyak

"aaah, sakit, anjing sakit banget tangan gw, aaah," Nay terjatuh sambil memegang tangannya dan meronta kesakitan


"lo gapapa Nay?" ucap Alan
"tangan kanan gw udah ga bisa digunain, mati rasa," ucap Nay


Alan melirik ke sebelah kiri dan melihat anak 5 itu mengayunkan samurai ke arahnya. Ia langsung menghindar, namun bajunya sobek terkena sabetan samurai.

"gila, hampir aja kena," ucap Alan
"4 lawan 1, gw bisa mati nih," gumam Alan

"mau ngapain lo sekarang? adek lo uda jatuh noh, lo tinggal sendiri lawan kita berempat," ucap anak 5 yang memegang samurai

"mampus lo!" anak 5 itu pun mengayunkan samurainya ke arah Alan

Alan hanya terdiam, ia seperti tidak bisa bergerak untuk menghindar, luka yang ia dapat sudah membuatnya mulai lemah

"gawat!!" ucap Alan


Tiba-tiba seseorang datang dari belakang memukul kepala anak 5 yang menyerang Alan

"mati lo!" ucap Sagil

Anak 5 itu pun jatuh dan tak sadarkan diri karena kepalanya berdarah dipukul batu besar

"lan ambil samurai itu!" ucap Sagil
"untung ada lo gil, kalo ga gw bisa mati, Nay udah luka parah," ucap Alan
"lo gapapa Nay?" tanya Sagil
"gapapa gil, cuma tangan kanan gw udah gabisa gerak lagi, aaah," ucap Nay kesakitan
"udah lo waspada aja, jangan sampe kena serangan lawan lagi, bertahan Nay!," ucap Sagil

"nih gil, abisin semua!" Alan melempar samurai ke Sagil


Sagil langsung berlari ke arah 3 orang anak 5 yang tersisa, ia menusukkan samurai langsung di bagian dada salah satu anak 5

"aaaaaaaaaah," anak 5 itu pun meronta dan jatuh tak berdaya

"setan lo!" salah satu anak 5 mengayunkan pukulan ke arah Sagil

Sagil langsung menunduk dan menyabet leher anak 5 yang menyerangnya


anak 5 itu jatuh dengan luka di leher yang parah, mungkin ia sudah tewas

Anak 5 yang terakhir lari ketakutan seperti dikejar setan

"bangsat lo!, gw panggilin Roy!" ucap anak 5 itu


Sagil hanya terdiam, ia berpikir siapa Roy? namun ia tidak mengejar anak 5 itu, ia lebih mementingkan keadaan temannya Alan dan Nay yang terluka




Di dalam markas Alvin masuk dari pintu samping yang sudah kosong tidak dijaga, para anak 5 yang biasa menjaga pintu ini sudah pergi ke bagian depan dan belakang untuk menghadapi Bonad, Alan dan Nay tadi


"beres, udah sepi, gila anak 5 barangnya bagus-bagus men," ucap Alvin

ia mengambil sejumlah uang di meja judi, miras, narkoba dan ganja yang cukup banyak, lalu ia menuju ke sebuah kamar yang merupakan satu-satunya kamar di markas itu

Tapi tiba-tiba


"Roy, Roy, Flame menyerang kita, anak-anak kita pada tewas, kita bisa kalah Roy!" anak 5 yang tadi lari ketakutan memanggil Roy dari kamarnya

Alvin menghentikan langkahnya, ia sangat kaget dan takut ketika Roy keluar, lututnya gemetar, ia tahu, ia bukan petarung, ia tidak bisa berkelahi sehebat teman-temannya. Alvin melihat Roy dengan rambut panjangnya dan tato "hell" di tangan kanannya


Roy mantan narapidana kasus pembunuhan, perampokan dan pemerkosaan, dia juga ketua geng sma anak 5 namun ia bukan anak sma melainkan preman yang sudah berkali-kali masuk penjara dan sangat kejam. Rambut gondrong dengan muka penuh codet memakai jeans sobek dan jaketnya yang sobek tanpa lengan kanan. Dia adalah Roy sang penjagal


"ganggu tidur gw aja, malam-malam gini," Roy berbicara santai

"Roy si Sagil sama Flame nyerang kita, kita ga siap jadi kewalahan gini," ucap anak 5 itu

"yang lain mana? mati?" ucap Roy

"iya Roy, mereka mati, semua Roy!" ucap anak 5 itu

"kenapa lo ga mati tolol!" ucap Roy


anak 5 itu terdiam dan berjalan mundur ketika Roy menghampirinya

"pengecut biadab!" ucap Roy


Roy mengayunkan pukulannya ke arah perut anak 5 itu, dan anak 5 itu langsung jatuh tak sadarkan diri, Roy tidak suka pengecut, dan ia tidak segan-segan menghabisi anak buahnya yang pengecut

"lebih baik mati daripada lari kaya pengecut!" ucap Roy sambil meludahi anak 5 yang dipukulnya


Mata sayu Roy melirik ke arah Alvin yang berdiri tidak jauh darinya, pandangannya santai namun penuh nafsu membunuh yang telah menguasai dirinya. Roy berjalan pelan menghampiri Alvin. Alvin berjalan mundur dan terjatuh karena gugup, badannya lemas karena ketakutan





"mampus semua loh, curut!" ucap bonad yang telah menghabisi 10 orang anak 5 sendirian

tidak ada luka sedikit pun di tubuh Bonad dan ia telah menjatuhkan banyak anak 5 dengan tangannya sendiri. Bonad the monster seperti biasanya, selalu menang dan tak terkalahkan

"ada kepuasan sendiri buat gw kalo udah mampusin lawan, nikmat!" ucap bonad

Ia pun meninggalkan anak-anak 5 yang sudah ia kalahkan dan pingsan terjatuh di tanah, ia pergi masuk ke dalam markas


"kita udah ga punya waktu, ayo kita cabut" ucap Alan

"iya, gw bakar dulu nih markas, tapi si Alvin mana?" ucap Sagil

AAAAAAAAAH!

terdengar teriakan Alvin dari dalam markas, Alan, Sagil dan Nay terkejut


"itu Alvin!" ucap Nay
"kenapa dia? ayo masuk ke markas!" ucap Sagil

Mereka bertiga masuk ke markas untuk menolong sahabatnya Alvin


Alvin tidak bisa bernafas, lehernya dicekik oleh Roy, tubuhnya terangkat dan ia berontak untuk melepaskan tangan Roy dari lehernya

"mati itu enak ko," ucap Roy sambil mencekik leher Alvin dengan kuat

Alvin mulai lemas karena kurang oksigen, Alvin tidak bisa melawan dan berharap teman-temannya segera menolongnya

"Wooooy!" Bonad tiba-tiba muncul dari pintu belakang dan memanggil Roy

Roy melirik ke arah Bonad dan terdiam

"Woy lepasin temen gw!" ucap Bonad

Roy pun melempar Alvin ke tembok dan melihat Bonad dari bawah sampai atas seperti orang tolol

"ngapain lo, anak monyet berani nyerang kesini," ucap Roy
"gw ga tau, yang gw tau cuma menang berantem!" ucap Bonad
"tolol lo!" ucap Roy


Bonad berjalan pelan ke arah Roy sambil membawa stik bisbol berkawatnya. Roy tidak bergerak dan berdiri santai

"mampus lo curut!!" Bonad menyerang Roy dengan stik bisbol berkawatnya

Roy menghindar dan menendang perut Bonad dengan sangat kuat

Bonad jatuh berlutut memegang perutnya, matanya melotot, dan mulutnya menganga, ia tidak percaya tendangan Roy begitu kuat sampai membuat perutnya sakit luar biasa

Bonad jatuh tersungkur tak bergerak, baru kali ini ada orang yang bisa menjatuhkannya.

Sekuat itukah Roy sang penjagal sampai bisa menjatuhkan Bonad yang begitu kuat dan tak terkalahkan, satu anggota Flame paling kuat sudah dikalahkan dengan mudah oleh Roy dengan satu pukulan kuat.

"Flame" dalam bahaya!

9.The Flame

jantung Irham berdetak kencang, keringat mulai bercucuran, ia tidak bisa berkonsentrasi, ia terlihat kacau karena pikirannya selalu tertuju pada sms misterius yang ia terima tadi pagi.



Irham!, Irham!," panggil guru Irham di kelas

tidak ada sautan suara dari Irham



"hei! ada apa dengan mu?! dari tadi gelisah saja!," guru Irham menghampirinya

"oh, ti-tidak ada apa-apa pak, maaf pak," ucap Irham kaget

"kalau tidak bisa serius, mending keluar saja!" ucap guru Irham

"maaf pak Suryo, saya tidak bermaksud, saya masih ingin belajar pak," ucap Irham



Pak suryo adalah guru matematika Irham, badannya yang gempal dengan kumis tebal dan alis tebal membuat bapak yang memiliki anak sebagai murid di sekolah ini menjadi terlihat seram.

Ia sangat galak dan tegas, semua murid segan kepadanya



"yasudah! coba kamu kerjakan nomor 2 ya! maju ke depan!" ucap pak Suryo

"ba-baik pak," Irham mengambil buku dan ke depan kelas





Waktu berlalu sangat cepat dan bel istirahat pun berbunyi, Irham keluar kelas dan mencari gadisnya Karin untuk mengajaknya pergi makan di kantin

Irham berjalan dan matanya menuju ke depan, melihat tajam ke depan kelas Karin



"ah, elo sok jual mahal banget sih, gaya banget, lo mau kan jalan sama gw sabtu malam," ucap salah satu murid laki-laki

"apaan sih lo gil, lepasin gak tangan lo, gw ga mau, kan udah gw bilang dari tadi," ucap Karin

"ahh, bawel lo," ucap Sagil



Sagil murid super bandel dari kelas Karin, dia adalah ketua geng "flame", yang suka menindas murid lain di sekolah, reputasi "flame" di luar sekolah sudah terkenal sebagai geng pembuat onar, sering berkelahi dengan sekolah lain dan membuat kerusuhan, "flame" memiliki 7 anggota di sekolah ini yang diantaranya 6 laki-laki dan 1 perempuan



"bung, lembut sedikit sama cewe," Irham memegang tangan Sagil

"apaan lo megang-megang tangan gw? siapa lo?" ucap Sagil menatap mata Irham

"Muhammad Irham, gw pacarnya Karin," ucap Irham
"hahahha, pacarnya Karin katanya, hahahha," ucap Sagil sambil mengatawai Irham bersama anggota gengnya
"bung, lo jangan banyak gaya di sini, lo ga tau siapa kita?" ucap Alan sambil mengacungkan telunjuknya ke tubuh Irham
"udah lan, biarin aja, anak baru, biasa norak," Sagil menahan Alan
"gw gak suka sama gayanya yang sok gil, pengen gw hajar nih orang!" ucap Alan emosi
"iya udah, hajar aja, kita abisin dia, dateng-dateng ngaku pacarnya Karin, gila kali," ucap Nay

Alan dan Nay adalah anggota "flame", mereka juga saudara kembar, memiliki postur tubuh yang tinggi dan badan yang berbentuk karena sering pergi fitness, keduanya memang gemar olahraga terutama sepak bola.

"kita ga level sama kecoa kaya gini, udah biarin aja," ucap Sagil
"tapi dia ngeselin gil, hajar aja udah," ucap Alan sambil menarik tangannya untuk memukul Irham
"ribut-ribut kaya anak kecil bukan lelaki sejati," ucap Irham
"untung gw lagi seneng hari ini, kalo gak gw hajar lo, nanti kita ketemu lagi bung," ucap Sagil sambil menunjuk dan mendorong Irham

"untung Sagil lagi sabar, kalo gak mati lo!" ucap Nay yang pergi meninggalkan Irham dan karin

mereka bertiga jalan menjauh sambil tertawa mencemooh Irham

"lo gak apa-apa ham?" tanya Karin
"gak apa-apa rin, mereka itu siapa sih?" tanya Irham
"flame, geng yang dihormati di sekolah ini, bahkan di luar sekolah, banyak geng lain di luar sekolah yang takut sama mereka, mereka kuat dan memiliki jaringan yang luas," jawab Karin
"Flame? gw pernah denger sih, jadi itu ya, brengsek juga mereka itu" ucap Irham
"udah, jangan dilawan, udah banyak korban "Flame", mereka itu gila," ucap Karin

Jauh dari Irham dan Karin, Sagil dan anggotanya sedang melakukan pembicaraan di belakang sekolah

"gil, kapan rencana kita nyerang anak "ace"? gw udah panas nih!," ucap Alan sambil menghembuskan asap rokoknya
"sebentar lagi, kita harus mengatur rencana baik-baik lan," ucap Sagil
"iya itu betul, "ace" itu kuat, mereka punya anggota yang jago berantem dan gak punya rasa takut, lo tau kan kemarin mereka ngebunuh anak sma 2," ucap Nay
"iya, itu yang gw takutin, jangan sampe kita salah langkah," ucap Sagil
"ah, apa si yang lo takutin gil, sang ketua "Flame" ini," ucap Alan sambil memukul pundak Sagil

"wah, itu si kunyuk udah dateng, bawain makanan kita," ucap Nay
"wah iya bener, woy lama amat lo vin, gw udah nunggu lama nih," ucap Sagil

Sori-sori, tadi dealernya banyak bacot, gw minta 10 linting aja susahnya minta ampun, udah gitu cuma dikasih dikit lagi pil nya," ucap Alvin sambil memberikan sebungkus narkotik dan ganja
"aah, udah ga apa, ini juga udah lumayan," Alan langsung menyambar bungkusan itu

"wih, semangat amat lo lan, santai dikit dong, tar kebanyakan obat, lo bisa mati loh, kaya Ben noh," ucap Alvin
"iya, ga nyangka gw men, mantan anggota kita bisa tewas gitu, dia tuh asik padahal orangnya," ucap Nay
"Ben mati dibunuh, tapi pertanyaannya siapa yang bunuh dia? tanya Alan
"mungkin orang "ace", ucap Sagil

"brengsek! gimana bisa, Ben itu kuat coy, masa dia kalah sih?" ucap Alan sambil membuang rokoknya dan menginjaknya
"tapi orang-orang "ace" jauh lebih kuat, lo gak inget mereka hampir bunuh gw dulu?" ucap Sagil
"iya ya, lo hampir mati dulu, untung gw cepet dateng, kalo gak kepala lo udah ilang noh," ucap Nay
"makanya itu, mungkin karena itu, Ben mati," ucap Sagil
"ah udah, orang mati jangan dibahas, ga guna, yang penting kita tuh harus waspada, gara-gara kejadian pembunuhan itu, polisi sering ke sekolah, jangan sampai geng kita kecium sama para polisi itu," ucap Alvin sambil menenggak sebutir obat narkoba

"tapi yang paling penting, nanti malam, udah pada siap kan serang tongkrongan anak sma 5?" tanya Alan
"jangan ditanya lan, semua senjata udah ada di mobil gw," ucap Alvin

Alvin anggota ke 4"Flame" yang bertugas untuk menyediakan senjata-senjata yang kebanyakan ilegal dan juga narkoba yang ia peroleh dari pengedar langganannya. Jaringan yang ia miliki sangat luas dan terselubung, maka ia mudah untuk mendapatkan barang-barang untuk keperluan "Flame"

"tapi, mana si Bonad? dia harus ikut malam ini, dia tuh gila, gak ada rasa takutnya," ucap Alan
"iya, gak pernah ada yang bisa jatuhin Bonad, bahkan Sagil sekalipun, dia senjata kita paling kuat," ucap Nay
"bonad kuat tapi belo-on, bego," ucap Alan sambil tertawa sinis
"tenang, dia bentar lagi dateng kesini," ucap Sagil

"apaan maksud lo ngomongin gw," Bonad muncul dengan membawa stik bisbol favoritnya

Bonad, anggota ke 5 "flame" kata-kata yang bisa ngejelasin Bonad cuma kuat kuat kuat dan kuat. Badan tinggi besar dengan kulit agak kehitaman, rambut keriting ikal seperti tidak pernah dikeramas dengan nada suara yang berat. Bonad sangat kuat namun agak bodoh, ia sangat disegani karena keganasannya dan tak pernah sedikit pun mau untuk kalah dalam perkelahian.

"eh elo, udah disini aja, ngagetin aja lo," ucap Alan
"apa maksut lo ngomongin gw tadi?" ucap Bonad sambil memainkan stik bisbolnya
"nggak ada, maksud apa-apa nad," ucap Alan
"jangan kebanyakan bacot deh lo lan, mau lo mati sekarang?" ucap Bonad
"udah, jangan kegayaan lo nad, kita tuh se-gang, jangan berantem gini dong," ucap Sagil
"untung ada sagil, kalo gak, nih stik bisbol masuk ke mata lo lan!" ucap Bonad
"sorry, sorry, santai dikit kenapa," ucap Alan
"yah, Alan sang pemberani, gak ada apa-apanya sama Bonad the monster," ucap Alvin meledek
"ah, kaya lo berani aja, jangan gaya deh lo," ucap Alan

"udah-udah, ok, jam 9 malam kita kumpul disini, jangan lupa bawa semua senjata yang ada, siapin topeng juga untuk penyamaran," ucap Sagil
"ok bos," ucap Nay
"sip deh," ucap Alvin
"beres," ucap Alan
"ok," ucap Bonad

Geng "Flame" akan beraksi malam ini, sesuatu yang mencekam dan mengerikan akan terjadi di malam nanti!

Jumat, 21 Agustus 2009

8. when the love is growing

Irham sampai di depan rumah Karin, ditaruhnya helm yang ia pakai di atas jok motor, dengan langkah pasti ia jalan ke depan pintu rumah Karin, lalu ia mengetuk pintu untuk menjemput Karin. Tidak lama kemudian Karin pun keluar dari rumahnya

"hey," ucap Karin tersenyum manis
"hey, nih," ucap Irham sambil menyerahkan bunga mawar merah
"wow, cantik banget, makasi ya," Karin tersenyum sangat senang
"iya, gw tau lo suka bunga mawar," ucap Irham sambil tersenyum

Karin hanya tersenyum manis dan mengajak Irham untuk segera pergi. Irham sangat terpukau melihat Karin malam ini, ia begitu gugup, Karin sangat cantik hari ini, bergaun hitam panjang dengan rambut yang sedikit ikal di bagian bawah hasil dari make over sendiri oleh Karin membuat Irham terpesona

Bau aroma tubuh Karin begitu menyulut birahi Irham sebagai laki-laki normal, aroma tubuh Karin begitu menggoda, tak ada laki-laki yang bisa menahan godaan itu, begitu luar biasa

"rin lo cantik banget deh hari ini, gw seneng bgt liatnya," ucap Irham
"iya, gw sengaja tampil spesial buat malam ini, mau ketemu nyokap lo juga kan," ucap Karin
"iya, tenang aja sama nyokap gw mah, dia baik ko," jawab Irham
"iya gw tau ko," Karin tersenyum

Tidak lama, mereka pun sampai di rumah Irham
tok tok tok Irham mengetuk pintu

Ibu Irham membukakan pintu
"eh sudah datang rupanya, cepat sekali," ucap Ibu Irham tersenyum
"iya mah, kenalin ini Karin mah, Karin Serlina," ucap Irham mengenalkan Karin
"oooh ini toh, gadis pujaan Irham, yang selalu di ceritakan Irham, cantik yaa," ucap Ibu Irham sambil menjabat tangan Karin
"malam tante, saya Karin, teman Irham," ucap Karin sambil tersenyum

"iya, ayo masuk-masuk, makanan sudah siap, pasti lapar kan?" ucap Ibu Irham
mereka pun langsung masuk dan menuju ruang makan

aroma hidangan di meja makan begitu membuat lidah bergoyang, ayam panggang besar, ditemani dengan sirloin steak dan sayuran salad terhidang dengan gaya restoran mahal, lilin-lilin hias di tengah meja menerangi jamuan makan malam yang begitu hangat itu. Makan malam untuk merayakan dua insan manusia yang sedang jatuh cinta

Sambil menyantap makan malam yang lezat di meja makan, mereka pun melakukan pembicaraan untuk saling mengenal dan menghangatkan suasana

"Karin, cantik yaa," ucap ibu Irham
"makasih ya tante, aku sengaja memang untuk jamuan istimewa ini," jawab Karin tersenyum
"iya, tapi memang sepertinya sudah cantik dari sananya ya mau gimana lagi," ucap ibu Irham bergurau
"iya tante," Karin tersipu malu
"bagaimana sekolahmu? Irham di sekolah bandel ya?" tanya Ibu Irham kepada Karin
"gak ko tante, dia rajin malah, dia pinter banget kalo di sekolah, saya aja kalah," ucap Karin sambil melihat Irham
"ah Karin bisa aja, gak ko mah," Irham merendah hati
"ooh begitu ya, kamu tinggal bersama orang tua karin?" tanya ibu Irham
"tidak tante, kedua orang tua saya sudah meninggal, saya hanya tinggal dengan kakak saya," ucap Karin
"ooh, maafkan tante ya, tante tidak bermaksud untuk membuat karin sedih," ucap Ibu Irham
"tidak apa-apa tante," ucap Karin
"lalu siapa yang membiai sekolah kamu?" tanya ibu Irham
"kakak saya meneruskan bisnis ayah, dan kadang kakek saya membantu untuk memberikan biaya bulanan," ucap Karin
"oh begitu," ucap ibu Irham

mereka pun larut dalam obrolan hangat sambil menyantap makanan, malam sudah semakin larut, makanan di meja makan pun sudah habis semua terlahap tanpa sisa, lilin-lilin hias pun satu per satu padam mengisyaratkan jamuan sudah segera berakhir.

"kapan-kapan main lagi ya Karin," ucap Ibu Irham
"oh pasti tante, dengan senang hati, saya bersedia sekali," ucap Karin
"tante senang sekali kalo kamu bisa ke sini lagi," ucap Ibu Irham
"iya tante, pasti gak ada yang nolak, makanan nya enak banget soalnya," Karin bergurau
"kamu bisa saja," ucap ibu Irham sambil tertawa

Irham pun bersiap untuk mengantar pulang Karin, Karin segera naik ke motor Irham dan melambaikan tangan perpisahan ke arah ibu Irham
"hati=hati ham, jangan ngebut," ucap Ibu Irham memperingatkan anaknya
"iya mah," ucap Irham dan langsung pergi meninggalkan rumahnya

malam sudah larut, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, udara dingin malam itu mengantarkan kedua insan manusia menuju pintu gerbang cinta yang lebih dalam

Di tengah perjalanan Irham menghentikan motornya, ia mengajak Karin pergi ke taman kota untuk melihat indahnya langit penuh bintang di malam hari
mereka pun berbaring dan melihat langit-langit dunia yang disinari bintang terang

"liat deh bentuk bintang yang di sana, kaya bentuk apa ya? hmm...." ucap Irham
"itu kan...... kaya burung merpati ya," jawab Karin
"iya, bener kaya sepasang burung merpati," ucap Irham
"indah banget ya langitnya, keren banget," ucap Karin
"iya, cantik banget," ucap Irham
"lo tau ga rin, kehebatan bintang apa?" tanya Irham
"apa emang?" tanya Karin
"dia mau menutupi kekurangan sang malam," jawab Irham
"maksutnya?" tanya Karin

"iya, bintang bisa menutupi kekurangan sang malam yang gelap dengan sinar indahnya untuk menerangi bumi, bintang dan malam saling melengkapi satu sama lain, bintang menyinari malam gelap untuk menerangi dan malam membuat bintang tampak lebih indah berkilau karena perbedaan warna antara bintang yang terang dan malam yang gelap jadi terbentuklah keindahan," ucap Irham

Karin terdiam dan memandang Irham

"bintang dan malam seperti sepasang kekasih sejati yang saling melengkapi," ucap Irham
"apa kita saling melengkapi ham?" tanya Karin

Irham menengok ke arah Karin, ia memandang Karin dan terdiam
di hatinya ia berkata ini adalah momen tepat untuk menyatakan perasaannya

"lo mau jadi bintang gw rin?" tanya Irham
"gw mau ham," jawab Karin tersenyum
Irham tersenyum senang, ternyata Karin mau menerimanya sebagai pacarnya, akhirnya Irham berhasil mendapatkan gadis pujaannya yang selama ini ia idamkan
Mereka berdua larut di dalam cinta yang baru saja bersemi di bawah langit indah malam itu



KRIIIING!!! jam berbunyi

"Irham!! bangun!!! sudah pagi!!!" teriak Ibu Irham
"Karin, karin," Irham mengigau
"apa toh kamu ini, ngigau lagi, kamu telat tuh, sudah jam setengah 7, ucap Ibu Irham sambil membawa gayung penuh air untuk menyiram Irham
"jam 7?!!" Irham langsung beranjak dari kasurnya dan mengambil gayung yang dipegang ibunya
"kamu ini, baru dapet gadis cantik saja sudah gak karuan begitu," ucap ibu Irham

"iya mah, aku tidur larut tadi malam, aku mandi dulu!," Irham berlari
"dasar anak muda kalo sudah jatuh cinta," ucap ibu Irham

setelah mandi Irham pun langsung bergegas keluar rumah untuk berangkat sekolah, tapi ia melihat kotak masuk di pesan handphonenya, ada 2 pesan yang belum terbaca
yang satu dari Karin dan yang satu lagi dari nomor yang tidak dikenal

lalu ia membuka pesan dari Karin dan membacanya

ham, aku tau pasti kamu bangun kesiangan, abis tadi malam kita pulang larut kan, yaudah gapapa, kamu langsung ke sekolah ya, aku tunggu di sekolah ya, =)

Irham tersenyum melihat pesan dari gadisnya yang memberikan perhatian kepadanya lalu ia membuka pesan kedua dan membacanya

aku sudah semakin dekat denganmu, aku sudah lebih mudah untuk membunuhmu

-gadis berpita hitam-

Irham terdiam, lagi-lagi teror gadis berpita hitam menghantuinya dikala ia sedang bahagia, bulu kuduk Irham berdiri, ia takut untuk mati

Kamis, 06 Agustus 2009

7. Irham, laki-laki yang sedang jatuh cinta

Suara sirine mobil ambulan menutupi suara keramaian masyarakat sekitar yang mengerumun di sekolah malam itu. Semua orang bingung dengan apa yang terjadi malam itu, tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang terjadi. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, nyawa seseorang telah hilang di malam dingin berhujan rintik-rintik itu. Malam itu begitu penuh dengan suasana kesedihan seperti hati Irham seorang laki-laki yang terus dihantui dengan rasa dendam dan kesal akan kejadian-kejadian misterius yang menimpanya. Ia sudah lelah akan masalah yang terus menimpa dirinya.




"om, tante, Ben, dia sudah meninggal," Irham datang ke rumah Ben dan memberikan kabar tentang kematian Ben di malam kelam itu

Ibu Ben langsung terjatuh pingsan di pelukan suaminya yang juga menangis meratapi kepergian anak laki-lakinya tercinta

Irham hanya terdiam dan memeluk mereka untuk menenangkannya dan menerima semua yang telah terjadi




Siang hari ini Irham sangat pendiam, ia masih shock dengan kematian Ben dan terus memikirkannya.



Dari kejauhan Karin melihat Irham yang sedang duduk di taman sekolah tempat pertama mereka bertemu. Karin berjalan mendekati Irham dengan membawa nasi goreng katsu kesukaannya.



"Ham," suara lembut Karin memanggil Irham

"kenapa rin," tanya Irham

"kenapa lo terlihat sedih gitu? kematian Ben tidak perlu lo sesali ham, semua itu adalah takdir," ucap Karin

"semua ini salah gadis berpita hitam itu," ucap Irham

"jangan terlalu menyesali kejadian itu, ga baik ham, semua sudah berlalu," ucap Karin

"gw udah kenal Ben lama rin, sejak SMP, dulu gw sering main bola bareng, rebutan dapetin cewek, main game bareng, dia uda kaya saudara gw, gw masih inget kata-kata dia di rumah sakit yang dia bilang ke gw," ucap Irham sambil termenung

"dia ngomong apa?" Karin bertanya


dia bilang,



"Ham lo itu uda kaya saudara gw sendiri, kita udah lama kenal, jangan sungkan kalo lo butuh apapun dari gw, kalo ada yang ganggu lo, bilang aja sama gw, gw bakal bantuin lo ham, gw seneng banget bisa bantuin lo untuk nolong kakak lo Joy, itu artinya saudara Ham, persahabatan yang erat tanpa rasa pamrih dan memberi dengan tulus, jangan pernah lo lupa itu Ham!"



Irham menundukkan kepalanya, ia tidak menangis kali ini, air matanya sudah habis untuk menangisi kesedihan dan masalah yang menimpanya, ia sudah terlalu lelah untuk semua ini, perasaan sesal yang begitu dalam menghantui Irham, ia harus kehilangan sahabat yang selama ini baik dan tulus kepadanya, sahabat yang ia kenal sejak lama, yang sudah menganggap dirinya sebagai saudara dan ia harus membiarkan sahabatnya mati terbunuh oleh pembunuh misterius itu


"gw ga bisa melindungi dia sebagaimana dia melindungi gw, gw gabisa nolong dia disaat dia butuh pertolongan gw, gw ga ada disaat dia butuh bantuan gw, sahabat macem apa gw rin, sahabat macem apa?" Irham memandang Karin


"udah, udah cukup ham," Karin memeluk Irham untuk menenangkannya

"ham, lo makan dulu, gw bawain lo nasi goreng katsu nih," ucap Karin


"thx ya rin atas perhatian dan ketulusan lo," ucap Irham sambil mengambil nasi goreng pemberian Karin



mereka pun larut dengan obrolan ringan mengenang kematian Ben, Irham melahap makanan pemberian Karin sambil berbicara dari hati ke hati dengan Karin. Karin terus tersenyum melihat Irham yang makan dengan lahap untuk sejenak melupakan kematian sahabatnya Ben.







Sore ini Irham tersenyum seakan melupakan kematian sahabatnya sehari yang lalu, ia terlihat begitu gembira, sambil memegang tangan Karin, ia berjalan dengan pasti keluar dari gerbang sekolah. Ya, kali ini Karin bersedia untuk pulang bareng dengan Irham, sesuatu yang memang Irham inginkan sejak dulu, sesuatu yang begitu ia idamkan.






"akhirnya lo bisa juga pulang bareng sama gw rin," ucap Irham memandang Karin

"iya nih ham, kali ini kakak gw ga jemput gw, jadi gw pulang bareng lo deh," Karin tersenyum manis



mereka berjalan dengan mesra, serasa dunia hanya milik berdua, pohon yang rindang sepanjang jalan dengan daun-daunnya yang berguguran menambah indah suasana, cahaya matahari yang tembus melalui celah-celah ranting pohon yang rindang membuat sore itu menjadi sangat romantis bagi Irham dan Karin



"rin, lo cantik banget hari ini," Irham merayu

"makasih ya ham," Karin tersenyum malu

"gw seneng banget bisa pulang bareng sama lo rin," ucap Irham sambil memegang tangan Karin

"iya, gw juga ham," ucap Karin malu-malu

"rumah lo dimana rin? gw anter ya sampe rumah, boleh ga gw mampir?" tanya Irham

"jangan sekarang ya ham, nanti aja ya," ucap Karin

"oh gitu, iya gapapa ko rin," jawab Irham


"ham tadi banyak polisi di sekolah kita, pasti karena kejadian kemarin ya," ucap Karin


"iya, mereka sedang melakukan penyelidikan dan olah TKP untuk mengetahui kejadian pembunuhan itu dan menangkap pelakunya," ucap Irham


"lo bukannya ke sekolah kemarin untuk ketemu Ben?" tanya Karin


"iya, gw sempet ngeliat Ben didorong sama pembunuh itu, sesosok orang berjubah hitam itu, Ben begitu tak berdaya rin, semua salah gw, gw telat dateng untuk nolong Ben," ucap Irham


"bukan, bukan salah lo ham, semua salah pembunuh itu," jawab Karin


"iya, pembunuh itu harus masuk penjara secepatnya," ucap Irham tegas


"gw siap jadi saksi kalo dibutuhkan sama polisi dengan bukti pesan-pesan pembunuh itu yang mengaku gadis berpita hitam," ucap Irham


"Ham, rumah gw udah deket tuh, udah sampe sini aja ya, lo pulang aja gih, udah sore," ucap Karin


"ah nggak ah, gw nganterin lo sampe rumah deh," ucap Irham

"oh gitu, nggak apa-apa ham?" tanya Karin

"nggak apa-apa lah tenang aja," Irham tersenyum




mereka pun sampai di depan rumah Karin, Karin melambaikan tangannya ke Irham dengan senyuman yang manis, Irham pun tersenyum dan meninggalkan Karin



"Rin nanti gw sms yah," ucap Irham

"ok," jawab karin manis



Dari balik jendela rumah karin, seseorang melihat mereka dengan penuh kebencian, rasa cemburu dan kesepian yang begitu dalam, ia seperti tak suka dengan kemesraan Karin dan Irham


Karin masuk ke dalam rumahnya, ia kaget ketika melihat kakaknya berdiri di dekat pintu masuk rumahnya



"kakak?" ucap Karin kaget

"ngapain lo pulang bareng dia?" jawab kakak Karin

"emang kenapa sih? terserah gw lah mau pulang bareng siapa juga," Karin berbicara ketus dan langsung masuk ke kamarnya



Kakak Karin hanya terdiam melihat adiknya yang begitu tidak peduli kepadanya



Irham berjalan meninggalkan rumah Karin untuk mencari bus menuju ke rumahnya, namun ia terpikir akan keadaan motornya yang 3 hari lalu masuk bengkel langganan dekat rumahnya. Ia memutuskan untuk mampir ke bengkel itu dulu untuk mengecek keadaan motornya



Dalam waktu 20 menit menggunakan bus akhirnya ia sampai di bengkel itu


"jang gimana motor gw? udah betul belum?" ucap Irham sambil menepuk punggung ujang


Ujang adalah montir andalan Irham, apabila motornya rusak, Irham selalu pergi ke bengkel Ujang dekat rumahnya, dengan pertimbangan lokasi yang dekat, biaya yang terjangkau dan pelayanan yang terjamin



"eh, elo Ham, kaget banget gw, tiba-tiba dateng gitu," ucap Ujang dengan gaya agak kampungan

"motor lo udah beres noh, udah mantep lagi dah, tokceerrr," ucap Ujang


"wah, emang montir paling jago deh lo sedunia, ga salah gw bawa motor gw kesini," ucap Irham


"yaiyalah ham, gw gitu, motor palentino rosi juga gw yang modif itu," Ujang berkelakar seperti biasanya


"ah elo, masih aja ngelawak mulu, garing lo ah,haha," balas Irham


"emang garing nidji," balas Ujang


"hahahahhaahhahaha" mereka tertawa bersama di bengkel itu



"eh jang, motor gw rusak apa aja? remnya blong gak?" tanya Irham

"iya boss, rem belakang motor lo ada yang ngerusak, jadinya ga berfungsi total, cuma rem depan yang masih berfungsi" ucap Ujang


Irham terdiam dan kaget, ternyata benar dugaan ia selama ini ada yang mengerjai motornya yang menyebabkan ia kecelakaan tempo hari


"kenapa diem gitu lo boss? kaya abis ngeliat setan aja," tanya Ujang

"ternyata kecurigaan gw selama ini bener, ada yang mau gw mati kecelakaan, siapa yang ngerusak rem belakang gw?" Irham bergumam


"kenapa boss? ngomong sendiri gitu?" tanya Ujang

"ah, gapapa jang, eh motor gw udah bisa gw bawa kan?" ucap Irham


"iya udah boss, lo bawa aja, eh iya, hati-hati boss, jangan sampe kecelakaan lagi," ucap Ujang


"iya makasih jang, nih bayarannya, lo ambil aja kembaliannya buat rokok," ucap Irham sambil menghidupkan motornya

"wah, makasih boss, hati-hati boss," ucap Ujang senang mendapat uang


Irham mengenderai motornya menuju rumahnya. Hanya sebentar saja ia sudah sampai di rumahnya. Lalu ia masuk ke dalam rumah dan melihat ada orang yang sedang melakukan pembicaraan serius di ruang tamu rumahnya


"ada tamu mah?" Irham masuk ke rumahnya sambil bertanya


"iya nak, ini kapten Aryo dari kepolisian datang untuk mencarimu," jawab ibu Irham



Irham langsung menghampiri kapten Aryo dan menjabat tangannya


"selamat sore kapten," ucap Irham


Kapten Aryo adalah seorang laki-laki yang berbadan tegap dengan potongan rambut cepak, wajah yang maskulin dengan mengenakan jaket kulit coklat tua bertuliskan polisi, celana bahan dan sepatu pantofel kepolisian


"sore, saya Aryo , kapten kesatuan buru sergap kepolisian sektor Jakarta Timur, saya ditugaskan untuk menyelidik kasus pembunuhan yang terjadi di sekolah kemarin, saya dengar dari beberapa saksi dan anda ada di lokasi kejadian dan sempat melakukan komunikasi dengan korban, yaitu Ben sebelum ia meninggal," ucap Kapten Aryo tegas


"benar kapten, saya sempat mengirim pesan ke Ben malam itu, dan saya juga mendapat pesan misterius yang berisi ancaman pembunuhan Ben beberapa hari sebelum Ben dibunuh," ucap Irham


"siapa yang mengirim pesan itu? bisa saya lihat pesannya?" ucap Kapten Aryo


Irham memberikan handphonenya dan memperlihatkan pesan misterius yang ia terima beberapa hari lalu


"nama pengirimnya gadis berpita hitam? apa maksudnya?" Kapten Aryo bingung


"saya juga tidak tahu kapten, tapi yang jelas semenjak ada pesan itu, banyak peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi," ucap Irham


"peristiwa apa itu?" tanya Kapten Aryo


"dimulai dari kecelakaan motor yang saya alami karena ada seseorang yang merusak rem belakang motor saya, kecelakaan yang dialami kakak saya Joy dan yang terakhir pembunuhan Ben kemarin malam,"


"apakah pengirim pesan itu selalu mengaku bernama gadis berpita hitam?" tanya kapten Aryo


"ia kapten, ia selalu mengaku bernama itu," jawab Irham


"lalu pada kejadian pembunuhan tadi malam, apa yang anda lihat?" tanya kapten Aryo


"ya, begitu saya sampai di lantai 3 malam itu, saya melihat seseorang menggunakan jubah hitam mendorong Ben hingga terjatuh, lalu ia lari ketika saya mengejarnya," jawab Irham


"bagaimana ciri-ciri orang itu?" tanya kapten Aryo


"tidak terlalu tinggi, badannya tidak besar, tapi yang jelas larinya sangat cepat, dan ketika saya mengejarnya ia masuk ke dalam mobil jeep hitam dan saya sempat mencatat plat nomor mobil itu," ucap Irham


"kerja yang bagus nak, berapa nomor plat mobil itu? nomor itu akan mempermudah pencarian tersangka," ucap kapten Aryo


"B 8090 ST," ucap Irham


"terimakasih atas kerja sama anda, tetap waspada dengan sekitar dan segera lapor ke saya apabila ada tanda-tanda atau sesuatu yang dapat membantu penyelidikan ini anda dapat menghubungi nomor ini, ucap kapten Aryo sambil menjabat tangan Irham dan memberikan catatan kecil berisi nomor teleponnya


Kapten Aryo pun pamit pulang dan pergi meninggalkan rumah Irham bersama satu rekannya menggunakan mobil minibus kesatuan polisi


Irham dan ibunya melihat kapten Aryo pergi dan segera masuk ke dalam rumah



Malam sudah menjelang, Irham terlihat sangat rapi, baju kemeja biru garis-garis ia pakai di serasikan dengan celana jeans hitam keren yang terlihat mahal. Irham terlihat sangat tampan malam ini. Ia akan dinner dengan Karin malam ini. Ia mengajak Karin makan malam di rumahnya. Karin pun dengan senang hati menerima tawaran Ben dan memutuskan untuk dijemput Ben tepat jam 7 malam


"mau kemana ham?" tanya ibu Irham


"aku mau jemput Karin mah, aku mau kenalin Karin sama mamah," ucap Irham semangat sambil menyemprotkan parfumnya


"yasudah cepat ya, makanannya sudah siap sebentar lagi," ucap ibu Irham


"iya mah, aku sebentar lagi berangkat," ucap Irham


"memangnya Karin itu pacar kamu?" tanya ibu Irham


"sebentar lagi," jawab Irham percaya diri sambil tersenyum memandang mamahnya


"dasar kamu nak, akhirnya ada juga yang mau sama kamu, kamu kan cuek sama perempuan," ucap ibu Irham


"kali ini perempuannya beda mah, spesial banget," ucap Irham


"oh gitu, yasudah cepat jemput dia, mamah jadi penasaran," ucap Ibu Irham


"ok, aku berangkat ya mah," ucap Irham sambil mencium tangan mamahnya

Irham pun pergi meninggalkan rumahnya untuk menjemput sang gadis pujaannya, hatinya sangat senang dan bersemangat, sudah ditunggunya "momen" seperti ini


















"

6. Kematian seorang sahabat

"gelap banget ruangan ini," ucap Ben sambil menyalakan lampu ruang seni
"ko sepi sih? kemana anak-anak teater? ah mungkin pada telat," ucap Ben
ia mengambil rokok dari kantong celananya, lalu ia merokok di balkon sekolah sambil menunggu kedatangan teman-temannya

Ben telah jengkel menunggu, ia sudah bosan dan segera menelepon salah satu teman teaternya
"halo di," ucap Ben
"ya kenapa Ben?" jawab Adi
"lo ga dateng ke rapat malem ini sama anak-anak teater di sekolah?" tanya Ben
"rapat apa Ben? gw ga ngerti maksut lo," Adi menjawab dengan bingung
"iya rapat, katanya hari ini ada rapat di ruang seni musik sekolah jam 9 malam," ucap Ben
"ga ada kok, kata siapa? gw ga terima pesannya tuh," jawab Adi
"ah gimana sih ni, yauda deh gw telpon Karin dulu," ucap Ben
"ok Ben," jawab Adi

Ben segera menelepon Karin namun sudah berulang-ulang Karin tidak menjawab, ia pun sangat jengkel dan masuk ke ruang seni musik

Sesosok orang berjalan perlahan menuju ruang seni musik, ia melihat dari jauh, Ben sedang mematikan rokoknya dan masuk ke dalam ruang seni musik setelah menelepon seseorang.

Ben, gw udah di sekolah, sebentar lagi gw ke ruang seni musik

-Karin-

tiba-tiba pesan dari Karin masuk ke handphone Ben

"ah lama banget sih," Ben pun jengkel dan menunggu di ruang seni musik sekolah
ketika ia menunggu, Ben tiba-tiba mendengar suara ketokan pintu yang mengejutkannya


toktok....toktok......
"mungkin ini Karin," pikir Ben
"masuk aja rin!" ucap Ben

Pintu terbuka dengan perlahan, sesosok orang berjubah hitam dan bertopeng putih muncul dari balik pintu, ia berjalan cepat menuju Ben sambil membawa tongkat bisbol
Dipukulkannya tongkat bisbol itu dengan keras ke arah Ben, namun Ben dengan cekatan menghindar dan menyerang balik dengan kaki kanannya

pembunuh berjubah hitam itu pun terjatuh, tapi ia langsung berdiri lagi dan mengayunkan tongkat bisbolnya berulang-ulang ke arah Ben
Ben hanya bisa menghindar dan terpojok di sudut ruangan, ia membalas serangan dan melancarkan pukulan tangan kanannya ke arah pembunuh berjubah hitam itu
namun ia berhasil menghindar dan berhasil memukul kepala Ben dengan keras menggunakan tongkat bisbol

Jauh dari perkelahian Ben dengan pembunuh berjubah hitam
Irham terlihat kelelahan berlari menuju sekolahnya yang sudah dekat, ia terpaksa berlari karena motor ojek yang ditumpanginya mengalami pecah ban belakang dan tidak bisa mengantarnya yang sedang terburu-buru menuju sekolah, Irham awalnya pergi dengan menggunakan taxi dari rumah karena mobilnya dipakai oleh orang tuanya, mobil kak Joy pun sedang diperbaiki di bengkel bersama motornya yang rusak.

Sebenarnya masih ada satu lagi mobil sedannya yang sudah lama ia tidak pakai namun sayang sekali Irham lupa untuk mengisi bensinnya. Jalan raya yang macet di malam hari karena penuh dengan pegawai yang baru pulang dari kantor membuat Irham pun harus keluar dari taxinya dan mencari ojek terdekat untuk menuju ke sekolah dengan cepat

Ketika Irham sedang berjuang keras menuju sekolahnya untuk menyelamatkan sahabatnya Ben, di ruang seni musik sekolah jatuh tersungkur, darah mengucur deras dari kepalanya, pandangannya kabur dan ia sudah susah untuk bisa berdiri lagi

Orang berjubah hitam itu pun mengambil ancang-ancang untuk melakukan pukulan keras dengan tongkat bisbol nya ketika ia melihat Ben sudah jatuh tersungkur
Ben dengan cekatan menghindar dan keluar dari ruangan untuk mencari pertolongan
namun seketika orang berjubah itu mendorongnya ke tepi balkon sekolah dan mereka saling tarik menarik satu sama lain, Ben berada di pinggir Balkon ia menarik tangan orang itu dan memukulnya wajahnya sampai topeng orang itu terlepas dan jatuh ke lantai

Derap langkah Irham di tangga sekolah semakin cepat menuju ruang seni musik sekolah, ia merasakan sesuatu yang buruk sedang menimpa sahabatnya Ben.
"Ben, tunggu, sebentar lagi gw dateng," ucap Irham dalam hati

Ben kaget ketika melihat wajah orang berjubah itu, ia tidak menyangka orang itu berusaha untuk membunuhnya

"aah, elo? kenapa?" ucap Ben dengan lemas sambil menahan tangan orang berjubah itu yang mencoba mendorongnya
"iya gw gadis berpita hitam itu, mampus loh!" orang berjubah itu mendorong Ben dari Balkon lantai 3 sekolah
Ben pun terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir

Irham melihat dari kejauhan peristiwa mengenaskan yang menimpa sahabatnya, ia melihat Ben terjatuh dari balkon lantai 3 sekolahnya karena di dorong oleh pembunuh berjubah itu. Ia sadar sahabatnya Ben sudah tewas.
Seketika penjahat itu mengambil topengnya yang terjatuh di lantai dan memakainya lalu ia berlari ketika melihat Irham yang sedang berlari ke arahnya.

"tunggu, jangan lari!" Irham berteriak keras sambil mempercepat langkahnya
Pembunuh berjubah itu berlari sangat cepat dan menuruni tangga sekolah dan langsung loncat ke belakang sekolah
Irham pun terus mengejarnya, nafasnya tersengal-sengal, otot-otot kakinya mulai terasa pegal dan ia pun mulai kelelahan beradu lari dengan pembunuh berjubah itu
pembunuh itu berlari ke arah gang dan menuju mobil yang berada di ujung gang itu
Irham tertinggal beberapa langkah di belakang, ia menghentikan langkahnya ketika pembunuh itu masuk ke dalam mobil jeep dan langsung pergi meninggalkannya
"sial, cepet banget larinya," Irham membungkukan badannya dengan nafas yang tersengal-sengal
"B 8090 ST," sambil terengah-engah Irham mencatat plat nomor mobil jeep itu
Irham berpikir cepat dan berhasil mendapatkan plat nomor mobil pembunuh itu

Irham kembali ke sekolahnya, ketika itu sekolah Irham sudah ramai dengan masyarakat sekitar, mereka ribut dan terus memperbincangkan mayat Ben yang penuh darah tergeletak di lapangan sekolah.
Irham berjalan dengan pelan dan sangat kelelahan, ia melihat mayat Ben dengan penuh kesedihan, ia tidak percaya karena telah gagal menyelamatkan sahabatnya Ben dari kematian, penyesalan menimpa dirinya, ia jatuh berlutut sambil meneteskan air mata, batinnya tidak kuat untuk menahan beban yang menimpa dirinya
"sudah kelewatan," ucap Irham sambil berlinang air mata penuh sesal