Minggu, 02 Agustus 2009

5. Hari terakhir untuk Ben

Ben bangun lebih pagi hari ini, ia terlihat murung terus sejak kemarin malam, di lantai kamarnya banyak berserakan foto-foto lamanya. Foto-foto perempuan cantik yang bersamanya. Setelah mandi pagi ia langsung memanaskan mobilnya untuk berangkat ke sekolah.



"Ben, kamu nggak sarapan?" Ayah Ben keluar dan mengajak bicara Ben yang terlihat aneh sejak tadi malam


"nggak pah," Ben hanya tertunduk dan bicara pelan

"kamu kenapa Ben? sakit? kamu terlihat begitu murung," Ayah Ben heran

"nggak apa-apa pah, Ben kecapean aja," ucap Ben sambil menutup kap mobilnya setelah mengecek mesin mobilnya

"besok temenin papah sama mamah pergi ke rumah Irham ya," ucap ayah Ben

"ngapain pah?" tanya Ben


"ayah mau bersilaturahmi dengan ibunya Irham, mbak Hartini itu, sudah lama ayah nggak main ke rumahnya," ucap ayah Irham

"iya Ben, kamu ini lemas sekali dari tadi malam, ada apa denganmu?" Ibu Ben keluar sambil membawa teh manih hangat untuk ayah Ben


"gapapa, mah," jawab Ben singkat

"Ben berangkat ke sekolah dulu mah, pah," Ben membuka pintu mobilnya

"ya nak, besok jadi kan temenin papah sama mamah?" ucap ayah Ben

"gimana kalo hari esok ga ada pah?" Ben masuk ke dalam mobilnya dan langsung pergi



kedua orang tua Ben bingung dengan tingkah laku anaknya yang aneh. Tidak biasanya Ben yang begitu periang menjadi sangat murung seperti hari ini. Mereka saling berpandangan dan melihat anaknya pergi meninggalkan mereka yang tidak pernah mereka sadari bahwa Ben akan pergi meninggalkan mereka untuk selamanya



Di perjalanan Ben tidak langsung ke sekolah, ia menuju rumah seseorang untuk menjemputnya dan berangkat bersama ke sekolah. Ben menghentikan mobilnya di depan rumah sederhana yang di depannya ada taman kecil penuh bunga berwarna warni.


Seorang gadis cantik berseragam keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil Ben


Di perjalanan, Ben dan gadis itu tidak berkata apa-apa, mereka hanya terdiam seolah tidak bisa bicara namun seketika Ben memecah keheningan



"Rin, ngapain sih lo ajak gw ketemu di ruang seni musik?" tanya Ben


"ada yang mau gw omongin tentang drama sekolah kita, kan minggu depan kita tampil Ben," ucap Karin


"ya gw tau, tapi kenapa mesti malem-malem," ucap Ben


"udah deh, gw kan ketua pertunjukan drama sekolahnya, lo nurut aja deh Ben, kelakuan lo ga berubah dari dulu waktu kita masih pacaran, masih aja banyak nanya" ucap Karin


"lagi pula nanti malem tuh ada rapat sama anak-anak teater Ben, lo uda dapet sms gw blum kemarin?" ucap Karin


"iya tau gw, gw uda baca sms lo, tapi masa mau rapat jam 9 malam sih?" Ben heran kenapa rapat harus begitu malam


"itu udah keputusan anak-anak Ben, cuma sebentar aja ko," ucap Karin


"oh gtu, yauda," ucap Ben tenang


"oh iya rin, gimana kabar kakak lo yang cupu itu? hahaha, gw jarang liat dia lagi di sekolah? kenapa? takut gw gangguin lagi ya? takut gw kerjain lagi? hahaha, kakak lo tuh aneh banget tau ga, hahaha," ucap Ben meledek kakak Karin


"brengsek lo Ben! maksud lo apa ngatain kakak gw kaya gitu? kenapa sih lo selalu ganggu kakak gw dari dulu? emang salah dia apa?" Karin berbica dengan nada keras


"ah, kesalahan kakak lo tuh, dia aneh dan cupu, hahahhaha!" Ben tertawa sangat puas


PLAAK!


Karin pun menampar wajah Ben dengan keras karena tidak terima Ben mencemooh kakaknya sendiri


"turunin gw disini Ben! gw benci sama lo!" Karin memberontak ingin keluar dari mobil


"kenapa sih lo sampe segitunya? jangan turun Rin, bentar lagi sampai sekolah," ucap Ben sambil menahan Karin untuk turun dari mobil


"Ah, lepasin tangan gw!" Karin menarik tangannya yang dipegang Ben lalu terdiam


"nah gitu dong, kenapa sih lo mesti marah? emang kakak lo kaya gitu kan?" ucap Ben


Karin hanya melihat Ben dengan alis mengkerut, matanya melihat Ben dengan tajam


lalu ia keluar segera dari mobil sesampainya di sekolah


"Rin, tunggu! gw minta maaf rin!, jangan marah gitu dong!" Ben memanggil Karin yang sudah jauh meninggalkan mobilnya


Karin berlari semakin jauh meninggalkan Ben


keadaan sekolah seperti biasanya, ramai dengan aktivitas pelajar-pelajar muda yang sedang dalam usia matang untuk berlomba-lomba meraih kesuksesan. Para siswa sangat aktif dengan kegiatannya masing-masing untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik, pada waktu istirahat banyak diantara mereka yang pergi ke perpustakaan sekolah untuk sekedar membaca koran, majalah ilmu pengetahuan dan ensiklopedia. Ada juga yang tetap di kelas untuk bersenda gurau dengan teman sambil mengerjakan tugas yang belum selesai. Kantin sekolah pun selalu ramai dipenuhi para siswa yang ingin segera mengisi perut mereka dengan makanan dan minuman lezat yang tersedia di kantin. Kegembiraan dan senyuman para siswa tak menampakkan kekhawatiran tentang sesuatu yang buruk akan terjadi di sekolah mereka. Mereka tak pernah tau bahwa pembunuh berdarah dingin ada di sekitar mereka berjalan dengan tenang penuh dendam akan masa lalu


"Rin!" Ben teriak memanggil Karin yang sedang termenung di balkon lantai 2 sekolah


Karin menengok sekilas ke arah Ben yang mendatanginya lalu ia hanya terdiam




"lo kenapa sih Rin, lo masih marah sama gw karena kejadian tadi pagi? ucap Ben


"nggak ko, Ben, gw lagi mikirin seseorang," Karin berbicara pelan



"mikirin gw yah?" Ben mengangkat alisnya sambil tersenyum



"gw mikirin Irham," ucap Karin



"wah lo naksir yah sama dia? udah deh ngaku aja?" ucap Ben



"kemana si dia, ko ga masuk sekolah? biasanya istirahat gw selalu bareng dia," tanya Karin



"gw nggak tau rin, yang jelas kemarin kakaknya dia kena musibah," jawab Ben



"musibah apa Ben?" tanya Karin



"kemarin ada orang yang ngecelakain kakaknya Ben, orang itu hampir bunuh kakaknya dengan memukul bagian wajahnya dan menenggelamkannya di sungai, untung gw sama Irham cepat dateng, kalo gak mungkin kakaknya Irham udah mati rin," Ben menjelaskan dengan serius



"kemarin juga Irham nunjukin foto gw yang disilang merah trus ada tulisan ancaman kalo gw bakal di bunuh hari ini, gw ga tau siapa yang bikin? ah itu cuma iseng aja kayanya, ngapain juga orang bunuh gw, emang gw salah apa," Ben menjelaskan




"emang lo ga takut mati Ben?" tanya Karin



"gak, kenapa mesti takut rin?" Ben menjawab dengan tenang



"kalo matinya dibunuh?" tanya Karin



"haha, kenapa sih lo serius banget, jadi ngeri ah gw" Ben tersenyum



Karin hanya terdiam sambil tersenyum tipis




Hari sudah semakin sore, langit mulai gelap, rintik-rintik hujan turun perlahan diiringi langit yang semakin menghitam murung menutupi senyuman mentari yang cerah. Guyuran hujan membasahi SMA Cemara sore itu, lorong-lorong sekolah yang begitu sepi terlihat semakin mencekam, ruang-ruang kelas yang kosong, suara angin dingin yang berhembus ke setiap ruangan sepi di sekolah itu, kesunyian seakan terpecah oleh suara seirama hujan yang turun.




Jam sudah menunjukan jam 6 sore, Ben masih berada di ruang komputer sekolah sendiri sedang mengerjakan tugasnya. Penjaga sekolah sudah mengenalnya dengan baik, Ben pun diijinkan untuk tinggal di sekolah asal ada uang rokok yang diberikan sebagai pemulus. Ia juga malas untuk pulang ke rumah karena nanti malam jam 9 ada rapat bersama anak-anak teater, ia tidak ingin bolak-balik dan memutuskan untuk tetap di sekolah sambil mengerjakan tugas untuk mengisi waktu.




"brrr, dingin banget sih nih, udara hujan kaya gini, bisa bikin flu," gumam Ben



dilihatnya jam yang berada di tangannya



"ah masih jam 6 sore lagi, masih ada waktu 3 jam lagi nih, lama juga ya," Ben berbica sendiri



"sepi banget sih nih sekolah, serem juga gw disini sendiri," Ben melihat-lihat seisi ruangan komputer





"yauda gapapa deh, sambil ngisi waktu gw bisa ngerjain tugas rangkuman sejarah gw," gumam Ben





Jauh dari kesunyian Ben di sekolah, Karin sedang menangis sendiri di kamarnya, ia menangis begitu pilu, air matanya sangat deras bercucuran membasahi pipinya yang mulus dan putih, tangannya mengepal dan memukul meja berulang kali yang menunjukkan penyesalan dan dendam yang begitu kuat





"sudahlah dek, jangan disesali begitu percuma, gak akan ada gunanya," sesosok laki-laki muncul di balik pintu dan mendekati Karin


"iya, kak aku tahu itu, tapi kenapa ini harus terjadi? kenapa? Karin membanting sebuah foto keluarga yang ia pegang lalu berjalan keluar kamar


"Rin, lo terlalu cengeng rin, inget pesan terakhir mamah sebelum mati, ingat rin!" ucap kakak Karin yang menarik lengan Karin dan memegangnya dengan erat


"gw ga peduli!, brengsek semuanya, hidup ga pernah adil buat gw, brengsek!!!"


BLAM!


Karin keluar dari kamarnya sambil membanting pintu kamarnya dengan keras





Jam sudah menunjukkan jam 8.00 malam. Handphone Irham berdering berulang kali di atas kasur kamarnya, Irham yang sedang mandi tidak sadar bahwa seseorang menelponnya berulang-ulang





"wah, 9 miscall, sial, gw ga sadar lagi," gumam Irham setelah keluar dari kamar mandi dan melihat handphonenya


ia segera membuka lemari dan berpakaian, ia memakai kaos hitam gelap dan celana jeans robek andalannya, disemprotkannya parfum bau maskulin ke seluruh tubuhnya sampai ia bergumam


"hmm, wangi gila,"





lalu ia mengendengar handphonenya berdering lagi, dan ia langsung mengangkatnya


"ya halo" ucap Irham


"ham lo dimana?" ucap Karin


"gw di rumah rin, ada apa? tumben lo nelpon," ucap Irham sambil berkaca melihat gaya rambutnya


"nggak gw khawatir aja sama lo, seharian ga masuk, gw takut lo sakit," ucap Karin penuh perhatian


"nggak ko, gw sehat-sehat aja, gw seharian jagain kakak gw Joy di rumah sakit, nih gw baru balik, sekarang yang jaga bokap sama nyokap gw, bokap sampe belain balik dari Bali karena anak perempuannya kecelakaan," ucap Irham sambil duduk di atas kasurnya


"oh, gitu, iya gw udah denger dari Ben, dia bilang kakak lo kecelakaan, gw turut berduka cita ya Ham, besok deh gw sempatin nengok," ucap Karin


"iya thx banget ya Rin, oh iya gimana kabar Ben? lo tau ga kabar kalo Ben mau dibunuh malem ini di sekolah?" tanya Irham


"tau gw, gw diceritain sama Ben tadi di sekolah, emang lo dapet dari mana kabar itu ham?" Karin bertanya





"gadis berpita hitam, pengirim pesan ini mengaku bernama itu, udah 3 hari ini semenjak pesan itu ada, kehidupan gw berubah drastis. Dimulai dari rencana pembunuhan Ben yang misterius sampai kecelakaan kakak gw Joy. Semua itu berawal dari pesan gadis ini, gw juga ga tahu siapa gadis ini, tapi kalo menurut gw, gadis ini tuh gila, psycho dan stres banget. Gw mau ungkap semua misteri ini dan siapa gadis berpita hitam ini." ucap Irham dengan jelas





"iya, pasti dia stres banget," ucap Karin pelan


"eh rin, gw mau ke sekolah nih, mau ketemu Ben, tadi gw udah sms dia, dan dia ada di sekolah, temenin gw yuk rin ke sekolah?" ajak Irham


"gw ga bisa Ham, gw ada urusan," jawab Karin pelan





brengsek! kenapa sih lo nelpon orang itu! tutup telponnya sekarang!!!


tiba-tiba terdengar suara keras dari tempat Karin berbicara


AAAAhh!! PLAK!!


tiba-tiba Karin teriak diiringi dengan suara pukulan keras


"Rin!! rin! lo kenapa?!" Irham sangat kaget





TUUUUUUUT.........


telepon dari Karin pun terputus





"Rin....." ucap Irham pelan


Irham bertanya-tanya dalam pikirannya, ada apa dengan Karin? sepertinya keadaan dia tidak baik. Irham pun termenung lalu ia teringat akan sahabatnya Ben yang sedang terancam nyawanya di sekolah. Irham segera keluar dari kamarnya, ia bergegas menuju ke sekolah untuk menolong sahabatnya Ben








"ah udah bentar lagi nih, udah jam 8.50," Ben melihat jamnya lalu segera keluar dari ruangan komputer menuju ruang seni musik sekolah





ia berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah yang gelap dan mencekam, lampu yang remang-remang menghiasi dinding lorong memantulkan bayangan Ben yang berjalan dengan perlahan.

suasana sangat sepi, hanya derap langkah kaki Ben yang terdengar di lorong sekolah.

ia menatap pintu tua yang bertuliskan ruang seni musik, ia membuka pintu itu perlahan dan masuk ke dalam


































































































1 komentar:

  1. Kok yang ini banyak spasi-spasi bolong gitu seh? Nggak enak ngebacanya... rapihin lah.

    BalasHapus