Minggu, 02 Agustus 2009

4. Gadis Pembunuh

Irham berlari cepat melewat gang sempit dekat sekolahnya, yang hanya ia pikirkan hanyalah keselamatan kakaknya yang sedang terancam. Ia berlari ke arah jalan raya untuk mencari taxi



"brengsek! mana sih taxi!" batin Irham kesal karena ia belum menemukan taxi

tiba-tiba muncul sebuah mobil sedan hitam menghampiri Irham

"Ham, ngapain lo disini?" seorang laki-laki muncul dari kaca mobil

"Ben! tolong gw Ben! kakak gw Ben!," Irham berbicara seperti orang kesetanan

"kenapa si lo Ham? santai dulu bro, kakak lo Joy? kenapa dia? Ben mencoba menenangkan Irham



Ben sudah mengenal Irham sejak lama, ia sudah saling kenal sejak SMP. Ayah Irham adalah rekan bisnis ayah Ben sejak lama. Hubungan keluarga mereka cukup erat dan Ben pun mengenal kakak Irham mba Joy karena Ben suka dengan Joy



"Kakak gw, bakal mati 1 jam dari sekarang! kita harus nolong dia Ben!," Irham panik

"wah, gawat, serius lo Ham? ayo masuk ke mobil!" tegas Ben



Di perjalanan menuju Jeruk Purut



"kakak lo kenapa sih sebenernya? ko bisa ada pesan kaya gitu?" Ben bertanya kepada Irham

"gw juga ga tau Ben, orang ini kirim gw pesan misterius terus, kamis besok di sekolah akan ada pembunuhan Ben, jam 10 malam, itu kata pesan misteriusnya," Ben menjelaskan dengan sangat serius

"hahahaha, lo becanda ham, lo gila ya?" Ben hanya tertawa geli mendengar penjelasan Irham

"lo mesti percaya sama gw, orang itu mau bunuh lo Ben!" Irham menunjukkan foto Ben yang diberikan silang merah dengan darah yang ia terima dari pengirim misterius itu



Ben terdiam dan kaget ketika melihat foto itu, dia terdiam, mukanya pucat seperti baru melihat hantu

"Ben kenapa lo diam? lo harus hati-hati besok, gw bakal bantu lo Ben," ucap Irham

"ah, elo terlalu percaya sama gituan, gimana kalo itu cuma boongan ham? udahlah lupain aja," Ben bicara dengan tenang



30 menit kemudian mereka sampai di Jeruk Purut

"Ham dimana kakak lo? kita udah di Jeruk Purut nih," Ucap Ben sambil melihat-lihat jalan

"wah, gw juga ga tau Ben, gimana nih?" ucap Irham cemas

"shit! kalo gini kakak lo bisa mati Ham!" Ben kesal dan memukul setir mobilnya



Kring kring kring



"Ben handphone lo bunyi tuh," ucap Irham

"iya, tolong liatin ham," Ben memberikan handphonenya kepada Irham



pesan itu dibaca oleh Irham



kakak lo ada di sungai besar yang ada di sekitar Jeruk Purut



"Ben pesan ini bilang kakak gw ada di sungai besar sekitar sini!" ucap Irham

"ko dia bisa tau gw bareng lo ham? kenapa dia sms ke gw?" Ben bingung

"gw juga ga ngerti Ben, nomernya aja gw ga kenal," ucap Irham



Ben menghentikan mobilnya dipinggir sungai besar, dilihatnya ada mobil sedan milik Joy dengan pintunya yang terbuka. Irham langsung keluar dari mobil Ben dan berlari menuju mobil mba Joy.

"Mba Joy, Mba!" Irham berteriak dan mencari kakaknya di dalam mobil

Joy sudah tidak ada di mobil itu, keadaan mobil itu sangat mengerikan, darah ada dimana-mana, pisau yang masih bersih tanpa darah tergeletak di atas jok mobil itu.

"ini kan pisau yang kemarin gw liat di ruang topeng dan kostum di sekolah," Irham mengambil dan melihat dengan baik pisau itu

"kenapa bisa ada disini? brengsek! kalo sampai kakak gw kenapa-kenapa! gw akan buat perhitungan sama gadis berpita hitam ini! Irham berlari ke pinggir sungai sambil membawa pisau itu



Dilihatnya baik-baik sungai gelap itu, lalu ia melihat sesosok orang di pinggir sungai itu

"Mbak Joooooooy!!!" Irham langsung berlari ketika sadar orang itu adalah mbak Joy

"mbak Joy, mbak bangun mbak, bangun!" Irham menggoyang-goyang tubuh mba Joy yang sudah tidak sadarkan diri



Setengah tubuhnya ada di dalam sungai yang mengalir cukup deras dengan kedua tangan diikat ke pohon pinggir sungai, mukanya lebam seperti bekas kena pukulan, mukanya pucat dan tubuhnya sangat dingin

Irham mendengar detak jantung Mbak Joy yang masih berdegup, betapa leganya mengetahui kakaknya masih hidup

"Ham, kakak lo gapapa?" Ben berlari mendekati Irham

"Dia pingsan Ben, untung dia masih hidup, kayaknya dia kena hiportemia Ben," Irham mengangkat tubuh Joy dari sungai yang dibantu oleh Ben

"tangannya diikat tali tambang gini lagi, gimana lepasnya nih? simpul mati!" Ben kesal karena tidak bisa melepas ikatan di tangan Joy

"tenang, tadi gw dapat pisau di mobil Mba Joy, kita pake aja buat lepas talinya," Irham mengambil pisau itu dan memotong tali yang mengikat Joy



Akhirnya Irham berhasil membawa Joy naik dari sungai, lalu ia menidurkan Joy di jok belakang mobil Joy.

"Ben, kita ke rumah sakit sekarang, lo ikutin mobil gw ya, kita ke RS Fatmawati," ucap Irham

"ok, ham," ucap Ben sambil masuk ke dalam mobilnya



setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di rumah sakit, Irham merebahkan tubuhnya di sofa rumah sakit, ia menghela nafas dan bersyukur kakaknya masih bisa diselamatkan.

kakaknya hanya terkena hipotermia ringan dengan beberapa luka lebam di wajahnya dan dokter bilang sekitar seminggu lagi Joy sudah bisa pulang



"thanks banget Ben, lo udah mau bantuin gw, kalo ga ada lo mungkin kakak gw ga bisa selamat," Irham menepuk pundak Ben

"iya sama-sama ham, kita udah kaya keluarga, santai ajalah," Ben tersenyum

"iya, gw utang budi nih sama lo, eh bentar ya gw mau telepon nyokap gw dulu," ucap Irham

"ok ham," Ben mengangguk



"halo mah"

"ham! kamu dimana? ko belum pulang? sudah jam 10 malam ini nak! mana kakakmu? besok kan sekolah, kamu ini bandel sekali jadi anak!" ucap Ibu Irham cerewet



Ibu Irham adalah ibu yang sangat perhatian dengan anaknya, ia ingin anaknya sukses dan menjadi orang baik namun seperti ibu kebanyakan, ia sangat cerewet dengan anaknya



"mah, ini mah, anu....."

"udah kamu pulang sekarang! ngapain sih kamu? pasti dugem ya? ngapain siiih naaak kaya gituaaan, atau jangan-jangan kamu ke mal? nak ini bukan malam minggu, cepat pulaaang!! mamah kesepian di rumah, kamu kan masih belum sembuh betul setelah jatuh dari motor, mana kakakmu, mamah mau bicara!" ucap ibu Irham

"mah, tenang dulu, siapkan diri yaa, mbak Joy dicelakai orang, ia ada di rumah sakit Fatmawati sekarang mah," Irham menjelaskan

"APA?!! kenapa bisaaa naaaak!!!???" ibu Irham cemas

"sudah, mamah kesini aja mah, Irham tunggu," ucap Irham



1 jam kemudian Ibu Irham datang dan langsung memeluk Irham



"bagaimana keadaan kakakmu ham?" Ibu Irham cemas

"mbak Joy gapapa ko mah, ia terkena hiportemia ringan aja, seminggu juga sudah bisa sembuh," Irham menjelaskan dengan tenang

"kenapa bisa sampai begini ham? siapa yang mencelakai kakakmu?" tanya ibu Irham

"irham ga tau mah, tapi irham bakal buat perhitungan sama orang ini!" Irham mengepalkan tangannya dan menajamkan pandangan matanya dengan penuh dendam.

"Ham gw balik dulu ya, nyokap gw suruh gw balik nih, lagipula udah malem," ucap Ben sambil menghampiri Irham
"ok, Ben. Thx banget buat pertolongan lo, kalo ga ada lo gw ga tau lagi harus gimana," Ucap Irham sambil menjabat tangan Ben
"nak Ben, terimkasih atas pertolonganmu ya nak, untung ada kamu nak, kalo tidak Joy mungkin tidak bisa tertolong
"sama-sama ham, santai aja, itu gunanya teman, oh iya tante sama-sama, tadi saya kebetulan memang bertemu Irham di jalan lalu saya menolong dia, kan kita sudah lama kenal," ucap Ben dengan senyum lalu ia berbalik dan meninggalkan Irham bersama ibunya

Irham dan ibunya masuk ke ruangan tempat Joy dirawat. Joy terbaring masih tak sadarkan diri, tangannya diinfus dan tubuhnya tertutup selimut hangat.
"Jooy, sabar ya nak, kamu pasti sembuh, kuatkan dirimu," Ibu Irham mengusap kepala Joy anak pertamanya dengan penuh kasih sayang
Irham hanya terdiam sambil melihat kakaknya yang terbaring di kasur. Dibenaknya ia hanya berpikir gadis berpita hitam dan kejadian yang menimpa kakaknya.
"sial gadis berpita hitam ini, kenapa ia terus mengganggu hidupku, kakakku pun jadi korban, kecelakaan motor yang kemarin menimpaku sepertinya juga ulah gadis ini. Seorang gadis bisa sampai sejauh ini? aku kalah oleh seorang gadis? brengsek!" Irham memukul tembok dan keluar dari ruangan

"lalu besok pun gadis ini juga akan membunuh Ben sesuai pesan yang ia berikan kepadaku, aku harus mencegahnya, Ben adalah temanku, aku tak akan biarkan ia mati."

Jauh dari rumah sakit Fatmawati, dirumahnya, Ben sedang merenung sendiri, ia terlihat sangat kacau dan stres, kepalanya tertunduk sambil memegang foto perempuan cantik di tangannya
ia baru saja membaca sms dari Karin yang mengajaknya ketemu di ruang seni musik sekolah jam 9 malam besok.

1 komentar: