Minggu, 23 Agustus 2009

11. Dunia ini terlalu kejam

Badan besar dan gempal Bonad tergeletak tak berdaya di lantai. Bonad yang tak terkalahkan jatuh karena satu tendangan keras di perutnya. Ia sudah kalah dari Roy, kalah dengan mudah

"cih, gendut tolol!" ucap Roy meludahi Bonad
Roy mengambil stik bisbol berkawat milik Bonad dan melihatnya baik-baik
"bagus juga senjata ini, lumayan," ucap Roy

Suasana begitu sepi di ruangan tempat Roy berdiri, ia hanya terdiam tapi tiba-tiba seseorang muncul dari belakang dan mengayunkan samurai tepat ke arah lehernya. Roy tersentak kaget dan menangkis serangan itu dengan stik bisbol yang ia pegang

"Sagil?" ucap Roy
"Roy!" ucap Sagil

Sagil dan Roy saling berpandangan satu sama lain. Alan dan Nay membantu Alvin untuk membawanya menjauh menjaga jarak dengan Sagil dan Roy. Ini adalah perkelahian diantara mereka berdua sang ketua

"jadi kelakuan lo sekarang kaya gini? jadi ketua geng ga jelas murahan, tolol lo!" ucap Roy
"sama aja kaya abang, bekas narapidana gak berguna, kita sama bang! ga beda, jadi jangan sok!" ucap Sagil
"yang abang mau, lo gak jadi brandal tolol gak berguna kaya gini! jangan ngikutin abang gil! lo itu harus jadi orang!" ucap Roy
"buat apa?, gak ada gunanya, toh mamah papah udah meninggal, hidup gw udah ancur! buat apa gw capek-capek kalo lo juga jadi narapidana! lo juga sama aja kaya papah gak pernah peduli dan kejam! lo itu pembunuh!" ucap Sagil keras
"terus emang gw harus ngapain gil? gw harus diem dan biarin papah menindas mamah terus? gw harus mengalah terus sama papah?," ucap Roy

"dulu gw masih ga tau apa-apa tentang pahitnya dunia dan kemunafikan ini semua! gw masih kecil! tapi sekarang gw liat kakak gw berdiri tepat di depan gw sebagai musuh gw! gw ga pernah tau ternyata setelah bebas dari penjara, lo jadi ketua geng anak 5 Roy!, ucap Sagil

"lo juga sama kaya papah, sama-sama anjing! makanya gw bunuh dia," ucap Roy

Sekitar 9 tahun lalu, ketika Roy masih SMA, ia menikam ayahnya sendiri di rumahnya dan disaksikan oleh adiknya sendiri Sagil. Sagil yang masih kecil tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya ketakutan di malam pembunuhan itu
Roy sangat membenci ayahnya karena sering selingkuh dengan perempuan lain dan sering memukul ibunya. Ayah Roy juga sangat kejam terhadapnya, tamparan, pukulan sudah menjadi makanan sehari-hari Roy. Dari kecil Roy mendapat perlakuan yang sangat kejam dari ayahnya.
Kebencian Roy terhadap ayahnya pun terus tumbuh seiiring berjalannya waktu


Sebenarnya Roy adalah anak yang baik, namun tingkah laku ayahnya yang buruklah yang membuat ia menjadi seperti ini, Roy sudah termakan kebencian yang berakar di hatinya

Kejadian malam itu tak akan pernah terlupakan oleh Roy
Di malam itu, Roy baru pulang dari sekolahnya, ia menuju rumahnya untuk segera beristirahat. Ketika sampai di depan rumah, Roy melihat mobil ayahnya tidak ada di garasi rumahnya. Lalu ia pun masuk ke dalam rumah
Rumah itu begitu sepi tak seperti biasanya. Sagil dan ibunya entah kemana malam itu, Roy pun berjalan menuju kamarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika ia melihat darah di tangga rumahnya, ia mengikuti jejak darah itu sampai berakhir di sebuah kamar

ia membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar itu, mata Roy membesar, ia terkejut, perasaan amarah bercampur kesedihan berkecamuk di hatinya. Ia melihat Ibunya sendiri mati tergantung di kamar itu dengan luka sayatan di tangannya dan menemukan surat terakhir dari ibunya tergeletak di kasur
lalu ia membaca surat itu

Untuk anak-anakku tercinta

Maafkan ibu karena meninggalkan kalian, ibu sudah tidak bisa menahan semua perlakuan yang diberikan oleh ayahmu. Sudah bertahun-tahun ibu mendapat perlakuan kejam dari ayahmu, ia seperti tidak menganggap ibu sebagai istrinya, ia selalu memukul dan menyiksa ibu, ia tidak pernah memikirkan persaan ibu. Gadis-gadis cantik yang selalu ia tiduri setiap malam, perjudian yang ia lakukan menambah hancur hati ibu nak. Sudah tidak ada gunanya lagi ibu hidup di dunia ini, dunia ini terlalu kejam untuk ibu, lebih baik ibu mati. Jagalah diri kalian baik-baik

Air mata Roy mengalir deras, tangannya mengepal memegang surat yang baru saja ia baca. Roy berteriak sangat keras di malam itu, teriakan amarah dan dendam yang begitu dalam, malam itu sudah menutup sinar terang di dalam hatinya. Malam itulah awal dari hidup Roy yang kelam

Ia melihat ke jendela kamar, ayahnya baru saja pulang, Roy keluar dari kamar dan turun menuju arah dapur, ia mengambil pisau lalu menuju ruang tengah rumahnya. Ia melihat ayahnya masuk ke dalam rumah bersama 2 perempuan cantik sambil tertawa tidak karuan
Roy berjalan mendekati ayahnya dan langsung menikamkan pisau ke tubuh ayahnya, Roy melihat ayahnya terjatuh dan meraung kesakitan

Roy memandang mata ayahnya seperti kerasukan setan, ia menghujamkan pisau itu berkali-kali ke arah ayahnya yang sudah tak berdaya. Ia melakukan itu sambil tertawa dan mengucap kata-kata "Tolol! semuanya Tolol!"
ia mengulangi kata-kata itu berkali-kali sambil tertawa dan menusuk ayahnya berulang-ulang sampai dendamnya terpuaskan

Kesedihan dan penyesalan menimpa diri Roy, ia menangis begitu sadar telah membunuh ayahnya sendiri, ia seperti tak percaya dengan apa yang ia telah lakukan. Sagil kecil hanya terdiam melihat pembunuhan itu. Ia melihat semua kejadian itu, ketika itu Roy memandanginya dan Sagil pun takut. Ia takut mati seperti ayahnya. Namun Roy berdiri sambil meludahi mayat ayahnya dan pergi meninggalkan rumah itu. Malam itu adalah malam terakhir Sagil melihat kakaknya Roy. Setelah itu kehidupan Roy tidak jauh dari penjara dan kriminal.

Sedangkan Sagil hidup menggelandang tak punya tempat tinggal pasti setelah kejadian malam itu, ia hidup dengan mencuri dan menjambret. Keluarga besarnya tidak ada yang mau mengurusnya, Sagil kecil hidup sendiri, kesepian setiap malam. Ia diurus oleh sepasang suami istri yang bekerja sebagai pemulung dan penjual dagangan kelontong. Bagi sagil kecil, hidup adalah perang, siapa yang kuat ia bertahan, siapa yang lemah ia akan mati. Sagil dari kecil sudah bersekolah dengan mencari biaya sendiri membantu orang tua asuhnya dengan berjualan koran dan mengamen di jalanan bahkan sampai menjambret. Karena jerih payahnya ia mampu membiayai sekolah sampai SMP.

Pertemanan yang kuat dan kemauan serta kemampuannya dalam berkelahi dan memimpin kelompok membuat Sagil remaja disegani di wilayahnya, jaringan yang kuat dengan pengedar narkoba dan preman jalanan membuatnya memiliki uang yang cukup banyak. Menjual narkoba dan ganja, menjambret orang-orang, merampas uang gelandangan dan peminta-minta adalah kegiatan sagil remaja untuk mencari uang.

Dengan uang yang ia miliki dan dibantu orang tua asuhnya ia meneruskan sekolahnya ke SMA namun karena ego anak remaja, ia tidak serius dalam belajar dan terancam dikeluarkan dari sekolah karena kelakauannya yang buruk. Sagil remaja pun membentuk "The Flame" yang ia ketuai dan merekrut berbagai anak-anak yang tajir dan pintar di sekolahnya untuk dapat ia manfaatkan. Begitulah sagil kecil hingga sekarang, tidak ada kelembutan dalam hidupnya. Dunia terlalu kejam untuknya, dan hidup adalah perang bagi dirinya


"kenapa lo ninggalin gw sendiri di malam itu Roy? gw masih 8 tahun waktu itu, gw udah ga tau mesti ngapain di malam itu, lo ga tau gimana hidup gw setelah itu kan! bangsat!" ucap Sagil
"gw udah ga peduli sama semuanya, seperti kata ibu gil, dunia ini terlalu kejam buat kita," ucap Roy

Sagil hanya terdiam, ingatannya kembali ke malam kelam itu, malam yang penuh dengan kepahitan dan merubahnya menjadi seperti sekarang. Kehidupannya yang kejam dan masa lalunya yang pahit telah merubah dirinya.

Roy berdiri tegap tepat di hadapan Sagil, ia memandang adiknya.
"gil, hari ini tepat 9 tahun kejadian malam itu, dan kita ketemu disini seperti udah ditakdirkan," ucap Roy
"lo kesel kan sama gw? lo kesel kan dengan semua yang telah gw lakuin sampe buat lo menderita gini? kenapa malam ini lo ga balas dendam? ayo bunuh gw gil!" ucap Roy

Sagil menatap kakaknya Roy, ia berlari kearahnya, Roy bersiap menerima serangan Sagil, ia melakukan ancang-ancang untuk memukul Sagil dengan stik bisbol yang ia pegang

Pertempuran diantara saudara kandung sudah tak terelakan, dendam Sagil terhadap kakaknya sudah tak bisa dibendung, di malam itu ia membuat perhitungan hidup mati dengan kakaknya Roy. Siapa yang akan menang? sang kakak atau adik?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar