Kamis, 06 Agustus 2009

6. Kematian seorang sahabat

"gelap banget ruangan ini," ucap Ben sambil menyalakan lampu ruang seni
"ko sepi sih? kemana anak-anak teater? ah mungkin pada telat," ucap Ben
ia mengambil rokok dari kantong celananya, lalu ia merokok di balkon sekolah sambil menunggu kedatangan teman-temannya

Ben telah jengkel menunggu, ia sudah bosan dan segera menelepon salah satu teman teaternya
"halo di," ucap Ben
"ya kenapa Ben?" jawab Adi
"lo ga dateng ke rapat malem ini sama anak-anak teater di sekolah?" tanya Ben
"rapat apa Ben? gw ga ngerti maksut lo," Adi menjawab dengan bingung
"iya rapat, katanya hari ini ada rapat di ruang seni musik sekolah jam 9 malam," ucap Ben
"ga ada kok, kata siapa? gw ga terima pesannya tuh," jawab Adi
"ah gimana sih ni, yauda deh gw telpon Karin dulu," ucap Ben
"ok Ben," jawab Adi

Ben segera menelepon Karin namun sudah berulang-ulang Karin tidak menjawab, ia pun sangat jengkel dan masuk ke ruang seni musik

Sesosok orang berjalan perlahan menuju ruang seni musik, ia melihat dari jauh, Ben sedang mematikan rokoknya dan masuk ke dalam ruang seni musik setelah menelepon seseorang.

Ben, gw udah di sekolah, sebentar lagi gw ke ruang seni musik

-Karin-

tiba-tiba pesan dari Karin masuk ke handphone Ben

"ah lama banget sih," Ben pun jengkel dan menunggu di ruang seni musik sekolah
ketika ia menunggu, Ben tiba-tiba mendengar suara ketokan pintu yang mengejutkannya


toktok....toktok......
"mungkin ini Karin," pikir Ben
"masuk aja rin!" ucap Ben

Pintu terbuka dengan perlahan, sesosok orang berjubah hitam dan bertopeng putih muncul dari balik pintu, ia berjalan cepat menuju Ben sambil membawa tongkat bisbol
Dipukulkannya tongkat bisbol itu dengan keras ke arah Ben, namun Ben dengan cekatan menghindar dan menyerang balik dengan kaki kanannya

pembunuh berjubah hitam itu pun terjatuh, tapi ia langsung berdiri lagi dan mengayunkan tongkat bisbolnya berulang-ulang ke arah Ben
Ben hanya bisa menghindar dan terpojok di sudut ruangan, ia membalas serangan dan melancarkan pukulan tangan kanannya ke arah pembunuh berjubah hitam itu
namun ia berhasil menghindar dan berhasil memukul kepala Ben dengan keras menggunakan tongkat bisbol

Jauh dari perkelahian Ben dengan pembunuh berjubah hitam
Irham terlihat kelelahan berlari menuju sekolahnya yang sudah dekat, ia terpaksa berlari karena motor ojek yang ditumpanginya mengalami pecah ban belakang dan tidak bisa mengantarnya yang sedang terburu-buru menuju sekolah, Irham awalnya pergi dengan menggunakan taxi dari rumah karena mobilnya dipakai oleh orang tuanya, mobil kak Joy pun sedang diperbaiki di bengkel bersama motornya yang rusak.

Sebenarnya masih ada satu lagi mobil sedannya yang sudah lama ia tidak pakai namun sayang sekali Irham lupa untuk mengisi bensinnya. Jalan raya yang macet di malam hari karena penuh dengan pegawai yang baru pulang dari kantor membuat Irham pun harus keluar dari taxinya dan mencari ojek terdekat untuk menuju ke sekolah dengan cepat

Ketika Irham sedang berjuang keras menuju sekolahnya untuk menyelamatkan sahabatnya Ben, di ruang seni musik sekolah jatuh tersungkur, darah mengucur deras dari kepalanya, pandangannya kabur dan ia sudah susah untuk bisa berdiri lagi

Orang berjubah hitam itu pun mengambil ancang-ancang untuk melakukan pukulan keras dengan tongkat bisbol nya ketika ia melihat Ben sudah jatuh tersungkur
Ben dengan cekatan menghindar dan keluar dari ruangan untuk mencari pertolongan
namun seketika orang berjubah itu mendorongnya ke tepi balkon sekolah dan mereka saling tarik menarik satu sama lain, Ben berada di pinggir Balkon ia menarik tangan orang itu dan memukulnya wajahnya sampai topeng orang itu terlepas dan jatuh ke lantai

Derap langkah Irham di tangga sekolah semakin cepat menuju ruang seni musik sekolah, ia merasakan sesuatu yang buruk sedang menimpa sahabatnya Ben.
"Ben, tunggu, sebentar lagi gw dateng," ucap Irham dalam hati

Ben kaget ketika melihat wajah orang berjubah itu, ia tidak menyangka orang itu berusaha untuk membunuhnya

"aah, elo? kenapa?" ucap Ben dengan lemas sambil menahan tangan orang berjubah itu yang mencoba mendorongnya
"iya gw gadis berpita hitam itu, mampus loh!" orang berjubah itu mendorong Ben dari Balkon lantai 3 sekolah
Ben pun terjatuh dan menghembuskan nafas terakhir

Irham melihat dari kejauhan peristiwa mengenaskan yang menimpa sahabatnya, ia melihat Ben terjatuh dari balkon lantai 3 sekolahnya karena di dorong oleh pembunuh berjubah itu. Ia sadar sahabatnya Ben sudah tewas.
Seketika penjahat itu mengambil topengnya yang terjatuh di lantai dan memakainya lalu ia berlari ketika melihat Irham yang sedang berlari ke arahnya.

"tunggu, jangan lari!" Irham berteriak keras sambil mempercepat langkahnya
Pembunuh berjubah itu berlari sangat cepat dan menuruni tangga sekolah dan langsung loncat ke belakang sekolah
Irham pun terus mengejarnya, nafasnya tersengal-sengal, otot-otot kakinya mulai terasa pegal dan ia pun mulai kelelahan beradu lari dengan pembunuh berjubah itu
pembunuh itu berlari ke arah gang dan menuju mobil yang berada di ujung gang itu
Irham tertinggal beberapa langkah di belakang, ia menghentikan langkahnya ketika pembunuh itu masuk ke dalam mobil jeep dan langsung pergi meninggalkannya
"sial, cepet banget larinya," Irham membungkukan badannya dengan nafas yang tersengal-sengal
"B 8090 ST," sambil terengah-engah Irham mencatat plat nomor mobil jeep itu
Irham berpikir cepat dan berhasil mendapatkan plat nomor mobil pembunuh itu

Irham kembali ke sekolahnya, ketika itu sekolah Irham sudah ramai dengan masyarakat sekitar, mereka ribut dan terus memperbincangkan mayat Ben yang penuh darah tergeletak di lapangan sekolah.
Irham berjalan dengan pelan dan sangat kelelahan, ia melihat mayat Ben dengan penuh kesedihan, ia tidak percaya karena telah gagal menyelamatkan sahabatnya Ben dari kematian, penyesalan menimpa dirinya, ia jatuh berlutut sambil meneteskan air mata, batinnya tidak kuat untuk menahan beban yang menimpa dirinya
"sudah kelewatan," ucap Irham sambil berlinang air mata penuh sesal

1 komentar:

  1. wah kayaknya si penjahatnya udah kabur beneran ne ngga dilanjutin lage

    BalasHapus