Minggu, 27 September 2009

22. Death Couple

Hari sudah gelap di markas polisi Jakarta Timur itu. Sebuah mobil polisi menghampiri Irham yang berdiri di depan markas polisi itu.

"ham cepat masuk, kita harus bergerak cepat!" ucap Kapten Aryo
"baik kapten!" Ucap Irham sambil bergegas masuk ke dalam mobil sedan polisi itu

Di perjalanan Kapten Aryo, Perwira Edo dan Irham berbincang

"dimana ibu dan kakak saya kapten?" ucap Irham sangat antusias
"mereka diculik geng "strijders" pada saat penyerangan ke Jalan Merdeka tadi sore," ucap Kapten Aryo
"sial, aku baru membaca sms mereka tadi, kenapa aku lupa bawa handphone tadi! sial!" ucap Irham kesal
"tenanglah ham, kami sudah mengetahui dimana mereka," ucap perwira Edo yang duduk di kursi depan sebelah Kapten Aryo yang sedang menyetir
"bagaimana bisa?" tanya Irham bingung
"lagi-lagi sms misterius itu yang memberitahukan keberadaan kakak dan ibumu," ucap perwira Edo
"tapi bukankah mereka dibawa ke markas geng "strijders" itu?" tanya Irham
"tidak, sms misterius itu bilang, mereka berada di pabrik kosong di daerah Jakarta Utara," ucap Kapten Aryo

"bagaimana kalo itu hanya tipuan kapten?" ucap Irham
"lalu kita harus cari kemana lagi? markas "Strijders" saja kita tidak tahu, kita berharap saja semoga sms itu benar" ucap Kapten Aryo
"yah semoga begitu," ucap Irham pelan



Malam itu, geng "Andromeda" dan beberapa anggota "bomber" mengendarai mobil untuk mengejar sesuatu, mereka terlihat liar. Mobil mereka berjumlah 3 buah yang di dalam masing-masingnya terdapat anggota "Andromeda" dan "Bomber".

"mampus lo sekarang ham! lo dan polisi cecunguk itu bakal mampus malam ini! semua bersiap ambil senjata masing-masing!" ucap Felix sang pemimpin "Andromeda" di dalam mobil memberi isyarat untuk menyerang

Para anggota geng itu mempersiapkan diri. Mereka mengisi senjatanya dengan peluru-peluru, menyiapkan peledak-peledak dan bersiap untuk menyerang mobil Kapten Aryo yang jaraknya sudah lumayan dekat


Kapten Aryo yang sedang menyetir melihat ke kaca spion mobil sebelah kanannya, ia curiga dengan 3 mobil yang mengikutinya di belakang. Mobil itu terlihat ugal-ugalan

"do, mobil di belakang terlihat mencurigakan," ucap Kapten Aryo
"ah masa kapten," ucap perwira Edo sambil menengok kebelakang
"orang di dalam mobil itu ingin menembak kita!!" ucap Irham keras setelah melihat 3 mobil mencurigakan itu


Rentetan senapan mesin menghujani mobil polisi Kapten Aryo, para geng itu terus menembaki mobil Kapten Aryo yang berada tidak jauh di depannya

"gawat! do tembak balik! tembak balik!! cepat!!" ucap kapten Aryo panik
"brengsek! mereka anak-anak geng, ham berlindung di balik tempat duduk!!" ucap perwira Edo sambil mengambil pistolnya

Perwida Edo menembak ke salah satu mobil para geng itu, satu tembakannya tepat mengenai salah satu anggota geng "andromeda". Para polisi yang sudah terlatih ini memang lebih mahir dalam menembak di banding para anak-anak geng itu. 1 peluru untuk polisi sama dengan 50 peluru bagi para anak geng untuk tepat sasaran.


"bangsat! Sejoy ketembak!!" ucap Ken salah satu anggota "Andromeda"
"gimana keadaannya?!!" ucap Felix keras
"tewas bro! kita kehilangan se...aaaaaaaaaahkkk"
"ken!!!" Felix berteriak

Satu tembakan perwira Edo kembali menjatuhkan satu korban, Ken, anggota "Andromeda" itu tertembak di dadanya dan langsung tewas

"bangsat! biar gw yang turun tangan!!" ucap Felix kesal

Felix mengeluarkan setengah tubuhnya ke luar jendela mobil, ia menembakkan senapan mesinnya dengan penuh nafsu karena kesal teman-temannya terbunuh

"bangsaaaaaaat!!!!!!!! matiiiiiiiii loooooooooo!!!!!" Felix berteriak


Perwira Edo melindungi dirinya dan Kapten Aryo terus berusaha lari dan menjauh dari kejaran 3 mobil geng kejam itu

"Kapten lewat jalan sini aja, belok disini agar tidak terjebak macet!!" ucap Irham
"baiklah!" ucap Kapten Aryo


Salah satu mobil geng yang penuh dengan anggota "Bomber" itu mendekati mobil polisi Kapten Aryo, mereka menghunuskan senjata "custom" buatan mereka sendiri dari dalam mobil. Senjata itu mereka buat khusus untuk melontarkan peledak

"Kapten menghindar!!" ucap perwira Edo keras

Mobil polisi kapten Aryo hampir tertembak oleh geng "bomber" tadi, peledak yang terlontar itu mengenai mobil lain yang berada di jalur berlawanan. Mobil itu pun terguling hilang kendali dan terbakar

"hampir aja!!" ucap Kapten Aryo
"kalo gini terus kita gak bakal bisa lolos! bagaimana ini!!?" ucap perwira Edo
"semua pegangan!!" ucap Kapten Aryo

Kapten Aryo mengarahkan mobilnya untuk melewati jalur yang berlawanan, ia nekat melakukan itu untuk lolos dari para geng kejam itu

"do tembak ban mobilnya!!" Ucap Kapten Aryo

Perwira Edo mengeluarkan kepala dan tangannya dari jendela mobil, Ia membidik baik-baik ban mobil geng itu, matanya sangat fokus.

Satu peluru menembus dan merusak ban mobil geng itu. Mobil itu kehilangan kendali dan menabrak mobil lain yang berlawanan arah dengannya. Satu mobil geng telah berhasil dilumpuhkan

"bagus! satu jatuh!" ucap perwira Edo
"bagus do!" ucap Kapten Aryo
"tapi masih ada dua lagi!" ucap Irham

Kapten Aryo membelokkan mobilnya keluar dari jalan itu, ia melajukan mobilnya dengan cepat menuju perempatan di depannya. Dua mobil geng yang masih tersisa mengejarnya, mereka seperti adu balap

"lebih cepet lagi goblok!" ucap Felix kesal
"sabar dong! lo kira ini mobil batman!" ucap anggota "andromeda" itu
"haaaalaaah!!" ucap Felix

Sebuah truk kontainer besar melaju tidak begitu cepat dari jalan sebelah kiri di perempatan itu. Mobil Kapten Aryo yang melaju cepat sudah berada tidak jauh dari truk kontainer itu

"kapteeeeeeen!!!" ucap Irham
"tenang!! pasti sempat!!" ucap Kapten Aryo


Mobil polisi Kapten Aryo itu melewati truk kontainer besar itu. Sedetik saja terlambat, Kapten Aryo tidak akan berhasil. Supir truk kontainer itu kaget dan menghentikan mobilnya secara mendadak


Salah satu mobil geng itu tidak sempat menghentikan mobilnya. Mereka tertabrak truk itu, mobil itu hancur dan semua orang di dalamnya tewas seketika. Felix dan anggotanya yang tersisa berhasil menghentikan mobilnya sebelum menabrak truk kontainer itu namun mereka kehilangan jejak Kapten Aryo dan Irham


Felix keluar dari mobilnya

"sial kita kehilangan jejak," ucap Felix
"terus kita kemana nih bos?!" ucap salah satu anggota "andromeda" itu
"cabut! balik ke markas!" ucap Felix



Mobil polisi Kapten Aryo yang sudah agak hancur tertembak itu melaju cepat menuju pabrik kosong di daerah Jakarta Utara. Kapten Aryo, perwira Edo dan Irham berhasil lolos dari para geng kejam itu.

"fiuuuh, kita lolos," ucap perwira Edo menghela nafasnya
"do, tembakan yang bagus tadi," ucap Kapten Aryo
"terimakasih kapten, gaya menyetir yang bagus tadi! tapi itu gila kapten!!" ucap perwira Edo
"kalo ga gitu, kita sudah mati sekarang," ucap Kapten Aryo

Irham terlihat tegang duduk sendiri di belakang mobil, ia sangat ketakutan

"untung kita selamat," ucap Irham




Jauh dari ketegangan Kapten Aryo dan Irham, malam itu Sergi dan Vena sedang jalan di bawah lampu-lampu indah jalanan yang menghiasi gelapnya malam. Mereka terlihat mesra dan saling menyayangi

"indahnya malam ini ya gi," ucap Vena
"gak seindah cinta kita kan," ucap Sergi tersenyum
"mulai gombal deh," ucap Vena menggoda Sergi sambil mencubit badan Sergi
"aww sakit tau, kamu mau ga?" ucap Sergi sambil menawarkan es krim yang ia makan

Vena mengambil es krim itu lalu memakannya sedikit dan memberikannya lagi ke Sergi

"kamu janji ga bakal ninggalin aku?" ucap Vena
"janji, aku janji ven," ucap Sergi tersenyum
"mana tangannya?" ucap Vena memberikan kelingkingnya
"iya nih," ucap Sergi memberikan kelingkingnya
"nah gitu dong," ucap Vena tersenyum

Sergi pun tersenyum dan memegang kepala Vena yang lebih pendek darinya

"eh gi, ada tempat ramal cinta dan kehidupan tuh, kita kesana yuk," ucap Vena menunjuk sebuah tempat ramalan di pinggir jalan itu

Vena menarik tangan Sergi dan mengajaknya ke tempat ramalan itu. Mereka pun masuk ke dalam

"mana peramalnya ya," tanya Vena
"iya sepi banget," ucap Sergi

Tiba-tiba seorang wanita agak tua yang terlihat mistis keluar dari balik tirai

"pasangan serasi," ucap peramal wanita itu
"kami kesini ingin diramal tentang cinta dan kehidupan kami kedepan," ucap Vena
"baiklah, siapa yang ingin diramal terlebih dahulu?" tanya peramal itu
"cowo saya," ucap Vena

"baiklah, berikan tanganmu nak," ucap peramal itu

Sergi memberikan tangannya, lalu peramal itu melakukan ritualnya, Ia seperti membaca suatu mantra

"apa ini?" ucap peramal itu
"bagaimana? kita bisa nikah kan?" ucap Vena
"tidak mungkin nak," ucap peramal itu
"apa maksutnya tidak mungkin?" tanya Vena

"ya tidak mungkin, seseorang yang sangat jahat akan mencelakainya, ia akan mati," ucap peramal itu

Sergi dan Vena terdiam, mereka tidak percaya dengan apa yang diucapkan peramal wanita itu

"gak mungkin, kalo gitu coba ramal saya!" ucap Vena penasaran
"baiklah," ucap peramal itu

Peramal itu menyuruh Vena memasukkan tangannya ke air baskom di atas meja itu. Lalu peramal itu memantrainya, ia melakukan ritualnya lagi

Tiba-tiba air itu menghitam perlahan, peramal itu pun kaget. "coba kamu ambil kartu itu,"ucap peramal itu

Vena pun mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang ada di meja itu lalu memberikannya ke peramal itu, peramal itu kaget ketika melihat kartu itu, tangannya gemetar

"kalian berdua berhati-hatilah, malaikat kematian sudah dekat untuk menjemput kalian," ucap peramal itu
"peramal gila!" ucap Vena sambil menggebrak meja lalu mengajak Sergi pergi

Vena dan Sergi pun pergi tanpa membayar peramal itu sedikit pun, Vena sangat kesal karena keinginan ramalan yang ia inginkan tidak terwujud. Ia ingin ramalan itu indah dan romantis, ia ingin menikah dan hidup bahagia dengan Sergi namun peramal itu hanya meramalkan tentang kematian untuk mereka

Vena dan Sergi keluar dari pintu tempat peramal itu. Mereka tidak tahu bahwa telah diramal oleh peramal terkenal yang ramalannya sangat tepat dan jarang meleset, peramal ini memang tidak ingin dibayar, ia hanya ingin membantu kehidupan orang-orang yang memang ingin diramalnya.

Peramal itu terdiam, "kasihan mereka, hidupnya akan segera berakhir" gumam peramal itu

Lalu ia melihat kartu yang diambil Vena tadi. Kartu itu bertuliskan "Death"

Jumat, 25 September 2009

21. Abduction

Jalan Merdeka siang itu begitu mencekam, Ratusan geng bawahan "Ace" melakukan pengrusakan fasilitas-fasilitas umum di sekitar jalan, mencoret-coret dinding, menganiyaya pejalan kaki dan merusak berbagai bangunan-bangunan disekitar jalan itu. Jack sang ketua "Bomber" bersama anggotanya menyiapkan bom molotov untuk membakar sebuah halte bis di pinggir jalan itu.

Para anggota "Bomber" ini menggunakan topeng hitam yang menutupi wajah mereka, mereka dijuluki "Bomber" karena ciri khas mereka yang selalu menggunakan peledak kecil hingga sedang dalam melakukan aksinya. Anggota mereka adalah para kriminal-kriminal tingkat sedang, residivis, narapidana, dan ahli peledak. Sudah sangat lama geng "Bomber" ini diburu polisi, namun karena jumlah anggotanya yang berubah-ubah dan tak beraturan, membuat polisi sulit untuk memberantas geng ini


Para anggota geng "Bomber" itu menyalakan api bom molotov mereka, lalu melemparkannya ke halte bis, sarana telpon umum, jalanan, dan fasilitas umum lainnya di sekitar jalan merdeka itu. Semua jalan raya itu dipenuhi api karena terbakar oleh bom molotov itu, kendaraan dari jalan lain yang ingin ke arah jalan merdeka itu mengurungkan niatnya untuk melewati jalan itu dan segera berhenti dan mencari jalan lain.


Sebuah mobil berhenti dipinggiran jalan itu, mobil itu dikerumuni oleh beberapa anggota "Strijders". Mobil itu adalah mobil Joy dan ibu Irham

"halo ham! kamu dimana?! cepat telepon kapten Aryo!! mbak terjebak di jalan merdeka!! sedang ada serangan geng disini!! cepat segera kesini ham!!" ucap Joy menelpon Irham dengan sangat panik

Namun ternyata tidak ada jawaban dari Irham, handphoneya mati, dan hanya nada penjawab saja yang bersuara. Irham lupa membawa handphonenya ketika pergi ke sekolah

"gimana Joy? Irham bicara apa?" ucap ibu Irham
"gak ada jawaban mah, hpnya mati," ucap Joy kecewa
"aduh gimana ini nak!" ucap ibu Irham panik

Para geng "Strijders" itu berhasil memecahkan kaca mobil Joy dan membuka pintu mobil itu. Joy dan ibunya dipaksa keluar. Semua barang-barang berharga Joy dan ibunya diambil.

"jangan, saya mohon jangan handphone saya! itu baru dibeli kemarin!" ucap Joy memohon
"aah, bacot!" ucap anggota "Strijders" itu sambil mengambil barang-barang berharga Joy

Para anggota "strijders" ini memakai jaket yang sama, jaket berbahan kain tebal berwarna biru tua, dan dibelakangnya bertuliskan "The migthy Strijders" dengan lambang kepala serigala hitam yang bertaring tajam

Joy dan ibunya pingsan karena dipukul dan dianiyaya oleh para geng "strijders" ini, lalu Theo sang ketua Strijders menghampiri para anggotanya yang sedang menganiyaya Joy dan ibunya

"ini sepertinya kakak Irham dan ibunya," ucap Theo
"darimana lo tau eo?" ucap salah satu anggota Strijders
"waktu gw ngobrol sama Bimo dan Arthur, mereka ngasih tau gw foto orang-orang ini, dan gw inget banget kalo ini kakak dan ibu Irham," ucap Theo yakin
"terus mau kita apain nih?" tanya anggota Strijders itu
"bawa ke Bimo, pasti dia bakal seneng! dia bakal kasih imbalan ke kita!" ucap Theo

"ok!" ucap anggota strijders itu
Anggota strijders itu segera mengisyaratkan temannya yang lain untuk segera menghubungi markas untuk membawa mobil ke jalan merdeka itu


Para polisi yang baru berdatangan langsung berjibaku dengan para geng kejam itu, mereka saling kejar mengejar satu sama lain. Para anggota geng itu berlari masuk ke gang sempit untuk kabur dari kejaran polisi.

"hey! jangan kabur! berhenti!" ucap salah satu polisi sambil menembakkan pistol ke atas

Beberapa anggota "Strijders" terlihat sangat ketakutan dan berlari dari kejaran polisi di gang itu

"berhenti! atau saya tembak!" ucap polisi itu

Peringatan polisi itu tidak dipedulikan oleh anggota "strijders" itu, dan akhirnya satu diantara mereka pun tertembak mati. Suara tembakan yang melengking tajam membuat takut para anggota "strijders" yang kabur di gang itu, mereka melihat temannya yang telah tewas lalu meninggalkannya dengan terburu-buru

"hiii, kabur! kabur! gw ga mau mati kaya dia!" ucap salah satu anggota "strijders" itu sambil berlari dengan cepat bersama temannya yang lain

Polisi itu terus menembak kearah anggota "strijders" yang berlarian di gang itu, ia menembak berulang-ulang. Kejelian dan pengalaman polisi ini dalam menembak membuahkan hasil, satu lagi anggota "strijders" pun tertembak di bagian punggung dan langsung tewas di tempat

"Aaaaaaa!!!" suara rintihan seorang anggota "strijders" yang menahan sakit karena tertembak di bagian punggungnya terdengar pilu. Ia pun jatuh dan tewas

Polisi yang baru saja menembak mati anggota "strijders" itu mendekati tubuh anggota "strijders" yang tergeletak itu, ia memegang leher dan tangan anggota geng yang tertembak itu untuk memeriksa keadaannya.

"sudah tak bernyawa," ucap polisi itu
"tim zeta masuk, tim zeta masuk, 2 anggota "strijders" roboh, kami butuh bant..... aaaaaaaah!" tiba-tiba polisi itu meraung kesakitan

Theo menyayat leher polisi itu dari belakang secara tiba-tiba, polisi itu pun tewas seketika, Theo melihat mayat polisi itu lalu ia berlari ketika sekumpulan anggota polisi melihatnya. Theo kabur ke dalam gang itu

Di sisi lain jalan merdeka itu, para anggota "strijders" yang lain sedang bertarung dengan para anggota polisi, mereka saling mengalahkan satu sama lain. Para polisi itu mulai kewalahan karena ketangguhan geng "strijders" ini yang terkenal jago dalam pertarungan "combat fight"

"makan nih!" ucap anggota "Strijders" itu sambil mengayunkan tendangan kaki kanannya ke arah wajah polisi itu

Seorang anggota polisi itu terkena telak di bagian wajahnya dan terjatuh, ia menyeka luka di bibirnya dan langsung bangkit untuk menyerang balik, namun satu tendangan keras ke bagian perut polisi itu membuatnya mual dan tak berdaya. Anggota "Strijders" itu langsung menyayat leher polisi itu dengan pisaunya dan polisi itu pun tewas terjatuh di tanah

"cih! sampah!" ucap anggota "strijders" itu

DAR! DAR! DAR!
Suara tembakan berulang itu menewaskan anggota "Strijders" yang baru saja membunuh anggota polisi tadi. Ia tertembak langsung di bagian kepala oleh para penembak jitu yang bersembunyi di atas bangunan-bangunan sekitar dan tempat-tempat yang tersembunyi

"satu lagi anggota "Strijders" jatuh!" ucap polisi penembak jitu itu


Suara tembakan polisi ada dimana-mana terdengar begitu jelas, suasana di jalanan itu begitu mencekam dan menakutkan, para anggota polisi menutup jalanan merdeka itu untuk menjauhkan para penduduk sipil yang tak berdosa dari pertempuran berdarah itu


Sementara itu di gang yang sepi, Theo dan seorang anggotanya sedang melakukan perbincangan sambil bersembunyi

"gw takut eo! gw takut! temen kita mati semua! mati eo! mati!!" ucap anggota "Strijders" itu sambil menggoyang-goyangkan Theo yang terdiam
"lo takut!? kita ini Strijders! kita ini kuat! kita pasti bisa selamat dari sini! yang penting lo jangan jauh-jauh dari gw!" ucap Theo keras sambil mengintip dari balik tembok gang
"tapi eo! semua teman kita mati! kita pasti juga mati, polisi itu memburu kita! gw ga mau mati!" ucap anggota "Strijders" itu sambil menangis

Theo memukul anggotanya itu, ia memukul dengan sangat keras. Theo tidak suka dengan orang lemah seperti itu karena "Strijders" bukan seperti itu. "Strijders" itu kuat seperti serigala malam yang memburu mangsanya dengan cepat dan tangguh.

"banci! kita ini Strijders! sang serigala malam!" ucap Theo sangat kesal
"jangan tinggalin gw eo! plis jangan tinggalin gw! gw masih mau hidup!" ucap anggota "Strijders" itu

Namun semua sudah terlambat, satu tembakan terarah dari penembak jitu di atas bangunan itu melukai dada anggota "Strijders" itu. Ia pun terjatuh dan sekarat

"lo gapapa gi?" ucap Theo sambil memegang tangan temannya yang sedang sekarat terbaring tak berdaya di tanah karena tertembak di bagian dadanya

"gw.... min...ta... maaf. gw..... ga......bisa bantu lo...... lagi, gw selalu bangga...... jadi "strijders". Jangan mati," Ucap Agi anggota "Strijders" yang sekarat itu

Agi pun tewas setelah berbicara singkat, Theo menutup mata temannya yang tewas itu. Ia mengambil kalung dan pisau khusus tanda keanggotaan "Strijders", lalu menutup wajah dan tubuh Agi dengan jaket "strijders" milik Agi

"sori gi, gw gak bisa bantu lo, tapi kematian lo akan selalu gw ingat," ucap Theo

Lalu Theo pun pergi menuju sebuah jalan untuk menemui rekan "strijders" yang telah menunggunya di mobil untuk kembali ke markas


Jalan merdeka sore itu sudah sangat berantakan, api ada dimana-mana, korban-korban dari pihak polisi dan geng yang berjatuhan memenuhi jalanan merdeka itu. Para polisi berhasil menangkap Jack sang ketua "bomber" itu. Ia terlihat diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil polisi bersama para anggota geng yang lain. Kapten Aryo dan sersan Edo yang baru datang, berjalan mendekati kumpulan polisi yang sedang mengamankan para anggota geng itu

"maaf saya terlambat, semoga semua masih baik-baik saja," ucap Kapten Aryo
"semua tidak baik kapten, kita kehilangan banyak anggota," ucap Kapten Ivan

Kapten Ivan adalah kapten regu tim 6 (zeta). Tim 6 atau Zeta tidak ikut melakukan operasi untuk pencarian para animus. Tim yang melakukan pencarian itu adalah tim 1 (Alpha) yang diketuai Kapten Aryo, tim 2 (beta) dan tim 4 (delta).

Kapten Ivan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, ia adalah orang yang sangat kritis, keras kepala, sangat percaya diri dan selalu merasa paling kuat. Perangainya sangat berlawanan dengan Kapten Aryo yang tenang dan kharismatik

"apa maksutmu?" ucap Kapten Aryo
"keempat geng itu berhasil menewaskan sejumlah anggota kita, kenapa bapak selalu terlambat sih?" ucap Kapten Ivan
"maaf, saya baru saja menjalankan misi untuk mencari animus di perbatasan kota, jalanan pun macet sehingga saya terlambat sampai sini," ucap Kapten Aryo

"itu bukan alasan pak, kita ini polisi bukan anak sd yang selalu datang terlambat ke sekolah," ucap Kapten Ivan

Kapten Aryo hanya terdiam, ia malas meladeni Kapten Ivan yang selalu berlaku sok hebat dan merasa paling benar sendiri. Lalu ia mendengar kabar dari perwira Edo yang melaporkan keadaan

"kapten, semua kawasan jalan ini sudah bersih, para geng itu sudah kabur, namun kita berhasil menangkap pemimpin geng "bomber" dan beberapa anak buahnya," ucap perwira Edo sambil hormat kepada Kapten Aryo

"lalu bagaimana dengan geng yang lain? apakah berhasil ditangkap?" ucap kapten Aryo

"tidak kapten, geng "nighteyes" semuanya berhasil lolos, tidak ada satupun dari mereka berhasil tertangkap, geng "strijders" telah lumpuh secara signifikan karena anggotanya banyak yang tewas di tempat namun pemimpinnya entah ada dimana, sepertinya sudah kabur," ucap perwira Edo

"lalu apa ada geng yang lain?" tanya Kapten Aryo

"ada kapten, geng yang baru terlihat, mereka memakai ikat kepala merah bertuliskan Andromeda" ucap perwira Edo
"Andromeda? geng apa lagi itu?" tanya kapten Aryo

"itu geng bawahan "Ace" yang baru, mereka adalah para pemberontak dan kumpulan kriminal-kriminal kejam, Felix sang buronan itulah ketua mereka, bagaimana bapak Aryo ini," ucap Kapten Ivan

"tapi saya baru mendengarnya, Edo kalo begitu cepat bawa ketua "bomber" itu ke markas, saya akan menginterogasinya untuk mendapatkan informasi tentang animus," ucap kapten Aryo



Theo sang ketua "strijders" itu selamat dari pertempuran melawan polisi tadi. Tidak seperti teman-temannya dan Jack yang tewas disana dan tertangkap oleh polisi. Ia sedang berada di dalam mobil "strijders" bersama beberapa anggotanya yang tersisa. Ia menelpon Bimo untuk mengabarkan telah berhasil menangkap Joy dan ibu Irham

"halo arth, Bimo mana?" ucap Theo
"ada apa eo? gimana keadaan disana?" tanya Arthur
"kacau, anggota gw mati semua!" ucap Theo
"terus si felix, Alvo?" tanya Arthur
"ga tau gw, tapi kayanya mereka selamat, lo tau kan Alvo dan "nighteyes" itu punya ilmu hitam jadi mereka paling susah buat ditangkep, kalo si felix gw ga tau pasti, disana semua kaya neraka, ga beraturan, semuanya cuma mikir nyawa masing-masing aja, gw aja hampir tewas," ucap Theo
"baguslah lo masih hidup, kalo mati tambah lemah aja ntar "ace", ucap Arthur
"tai lo, masa nyawa gw kaya mainan aja, cuma disamain sama "ace" ,udah cepet mana Bimo gw mau ngomong, ada kabar bagus ni," ucap Theo

Arthur pun memberikan handphonenya ke Bimo

"ada apaan?" tanya Bimo
"gw berhasil nangkep kakak dan ibunya Irham," ucap Theo
"gimana caranya? lo kan lagi di jalan merdeka?" tanya Bimo
"kebetulan mereka lewat jalan situ tadi, terus anak buah gw nangkep mereka," ucap Theo
"kebetulan yang bagus banget, lo bawa kesini deh tuh orang-orang,"ucap Bimo

"sabar dulu mo, gw bawa ke markas gw dulu, gw mau siksa mereka juga, dapet tambahan duit gak?" tanya Theo
"ok, bolehlah, tapi jangan lo bunuh, awas lo! abis itu langsung lo anter kesini ya,"ucap Bimo
"ok mo, sampe ketemu lagi di sana," ucap Theo

Theo pun mengakhiri pembicaraanya dan tersenyum puas. Ia senang bisa dapat tambahan uang karena berhasil membawa Joy dan Ibu Irham


Di depan rumah, Arthur yang sedang mengutak-atik senapannya, memergoki Karin yang ingin pergi meninggalkan rumah
"mau kemana rin?" tanya Arthur
"oh, gak kemana-kemana ko," ucap Karin sedikit terkejut
"kalo ditanya jawab yang bener dong," ucap Arthur
"hmm, gw cuma mau jalan-jalan aja, suntuk gw," ucap Karin
"ok deh, hati-hatilah, polisi lagi ngejar kita," ucap Arthur
"lo ga liat penampilan gw nih?" ucap Karin

Arthur hanya tersenyum, lalu Karin pun pergi menggunakan mobil kakeknya entah mau kemana tepatnya. Ia hanya bilang ingin jalan-jalan melepas suntuk karena selalu bersembunyi di rumah saja. Karin merasa bosan dan ingin melepas penatnya.

Karin juga sudah melakukan penyamaran untuk membuatnya tidak dikenali, ia memakai wig rambut pendek dengan kaca mata hitam keren dan lipstik merah, ia juga menggunakan anting-anting di kedua kupingnya yang jarang sekali ia pakai sebelumnya.

Gaya Karin pun sangat berbeda karena ia memakai sepatu hak tinggi yang berbentuk boots hitam dengan baju dress tidak terlalu panjang dengan jaket kulit hitam. Karin terlihat begitu berbeda, ia tidak terlihat cuek dan tomboy seperti biasanya, ia sekarang terlihat lebih seksi dan cantik, susah untuk mengenali dan mengetahui itu adalah Karin.


Irham baru sampai di rumahnya setelah pulang sekolah, ia tidak tau dengan apa yang menimpa kakak dan ibunya. Sesampainya di rumah ia terlihat bingung

"ko sepi banget sih, mbak Joy sama mamah kemana ya, masa dari tadi pagi pergi belum pulang," ucap Irham

Irham pun masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya, ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur, ia terlihat sangat lelah dan mencoba menutup matanya. Namun baru sejenak ia menutup matanya, ia mendengar handphonenya berbunyi

"ah siapa sih, orang mau tidur ganggu aja," ucap Irham sedikit kesal

Ia mengangkat telpon dari kapten Aryo yang mengabarkan bahwa kakaknya Joy dan ibunya diculik oleh geng "strijders" dan memintanya untuk segera menemuinya di markas polisi jakarta timur.

Irham pun langsung mengganti bajunya dan bergegas pergi untuk menyelamatkan kakak dan ibunya yang diculik oleh geng "strijders" itu

Minggu, 20 September 2009

20**. Apologize

Penulis dan segenap tim sukses novel ini,dan segenap artis-artis, mengucapkan minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir batin. mohon maaf apabila punya kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan novel ini, semoga di bulan ramadhan ini kita kembali suci dan bersih. Amin, semoga juga novel ini bisa disukai oleh banyak orang dan sukses, amiiiiin

keep cool!
salam hangat dari penulis dan keluarga
^^v

Rabu, 16 September 2009

20. Ace's alliances

Suara derap langkah kaki para polisi di pagi itu begitu serempak, semuanya bergegas ke barisannya masing-masing untuk mendengarkan briefing sebelum menyebar untuk melakukan pencarian pembunuh kejam dan berbahaya, animus.

Kapten Aryo berdiri tegap di depan para anggota timnya yang sedang berbaris di halaman markas polisi itu. Ia mengenakan jaket khusus polisi dan berbaju serba gelap. Ia berjalan perlahan sambil melihat puluhan anggota polisi yang berbaris sangat rapi dalam posisi tegap dan siaga.

"selamat pagi!" ucap Kapten Aryo
"pagi!" ucap para anggota polisi yang sedang berbaris itu

"hari ini, kita akan melanjutkan operasi pencarian animus ini, semua tim menyebar ke area yang berbeda yang sudah ditentukan, yaitu... satu... daerah pusat kota Jakarta, dua... daerah pinggiran sekitar kota Jakarta dan yang ketiga daerah perbatasan kota Jakarta dengan kota-kota lain... Jangan lupa sebar para intel kita di daerah-daerah itu!, animus yang kita kejar adalah foto perempuan ini!" ucap Kapten Aryo sambil menunjukkan foto Karin

"apakah masih ada yang kurang jelas?" ucap Kapten Aryo

Semua polisi itu terdiam yang mengisyaratkan penjelasan Kapten Aryo sudah jelas

"baiklah kalau begitu, sepertinya semua sudah mengerti, selanjutnya masuk ke tim kalian masing-masing dan menyebar, saya harap semua bisa bekerja sangat maksimal, tunjukkan dedikasi kalian yang terbaik. Ya semuanya bubar dan langsung melakukan pencarian!" ucap Kapten Aryo

Semua anggota polisi itu masuk kedalam mobil dipimpin ketuanya masing-masing, mereka menuju tempat yang sudah ditugaskan untuk pencarian animus itu. Kapten Aryo dan perwira Edo masuk ke dalam mobil, mereka pun menuju perbatasan kota untuk melakukan pencarian



Di perumahan terpencil yang terletak di perbukitan yang sejuk itu, Karin, Bimo dan Arthur sedang berbincang, mereka mencium pergerakan polisi yang tengah mengejar mereka. Bimo yang sedang berlatih menembak bersama Arthur di ruang bawah tanah rumah kakek mereka itu terlihat sangat serius

"jadi apa rencana kita mo?" ucap Arthur yang sedang membidikan senjata ke target tembak
"untuk memperlambat gerak polisi, gw kirim lagi serangan ke jalan merdeka dan sekitar monas, gimana?" ucap Arthur melanjutkan
"kita harus buat yang lebih kacau, ratusan orang aja," ucap Karin

Bimo melihat ke arah Karin lalu ia juga melihat Arthur, "boleh," ucap Bimo

"ok, hari ini "Ace" beraksi," ucap Arthur sambil menembakkan pistolnya ke target tembak

Target tembak yang berupa botol miras itu pun pecah karena tertembak, Arthur sang animus bertopeng merah pun tersenyum puas



Matahari sampai di titik terpanas hari itu, hari itu tepat pukul 12 siang, Kapten Aryo dan perwira Edo sedang melakukan pencarian di perbatasan kota, mereka terlihat kelelahan. Mereka berbincang di dalam mobil

"do, bagaimana caranya kita bisa menangkap animus ini, mereka sangat licin sekali, sudah lama kita belum bisa menangkapnya," ucap Kapten Aryo
"kalo menurut saya, bagaimana kalau foto salah satu animus itu, yang perempuan itu, di tempel saja, dan kita umumkan bahwa perempuan itu dicari polisi, sehingga masyarakat membantu kita," ucap perwira Edo sambil menyetir mobil

"foto Karin itu? sebenarnya itu ide brilian, namun apakah ada ide lain lagi?," ucap Kapten Aryo
"tapi ide itu sudah cukup bagus kan," ucap perwira Edo
"tapi kita perlu taktik untuk membongkar "ace" dan animus ini dari dalam," ucap Kapten Aryo
"apa maksut kapten?" tanya perwira Edo

"kita harus menangkap salah satu anggota "ace" yang cukup menonjol dan menginterogasinya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang animus dan "ace", bagaimana menurutmu?" ucap kapten Aryo
"ya, itu ide yang sangat pintar," ucap perwira Edo

Kapten Aryo melihat sebuah toko makanan dan minuman di pinggir jalan

"do mampir dulu di sini, apa kau tidak haus? panas banget hari ini," ucap Kapten Aryo
"iya kapten, ayo kita beli minuman dulu," ucap perwira Edo

Mereka pun menghentikan mobilnya sejenak untuk membeli minuman dingin yang segar. Mereka berdua masuk ke dalam toko itu dan memilih-milih minuman yang paling enak untuk bisa menghilangkan dahaganya. Seorang kakek yang sedang berbelanja disitu terlihat begitu mencurigakan, ia melihat Kapten Aryo dan perwira Edo dari pojok ruangan toko

Kakek itu mengambil makanan dan minuman yang ia butuhkan dan menaruhnya di keranjang yang ia bawa. Ia melihat Kapten Aryo dan perwira Edo sedang memperlihatkan foto perempuan kepada para pengunjung dan penjaga kasir toko

"apakah anda pernah melihat orang ini?" ucap Kapten Aryo yang menunjukkan foto Karin
"tidak pak, maaf," ucap salah satu pengunjung toko itu sambil menggelengkan kepala


"mas, pernah liat orang ini di sekitar sini?" ucap perwira Edo menanyakan penjaga kasir
"gak tuh mas, maaf," ucap penjaga kasir itu sambil sibuk menghitung belanjaan seorang ibu

Kapten Aryo mendekati perwira Edo,"wah semua orang gak tau do, susah juga ternyata," ucap Kapten Aryo
"sabar saja pak, pasti selalu ada jalan," ucap perwira Edo

Kakek mencurigakan itu berjalan melewati Kapten Aryo dan perwira Edo, ia menuju pintu untuk keluar dari toko itu, namun Kapten Aryo melihatnya

"kek, maaf sebentar" ucap Kapten Aryo
"oh, ada apa nak?" ucap Kakek itu sedikit kaget dan menengok ke Kapten Aryo
"apa kakek pernah melihat orang ini disekitar sini?" tanya Kapten Aryo

Kakek itu melihat foto itu yang merupakan foto Karin, cucunya. Ia pun berbohong dan mengatakan tidak tahu

"saya tidak tahu, belum pernah melihat pak," ucap kakek Karin
"oh begitu, baiklah kalau begitu,"ucap Kapten Aryo

Kakek itu pun pergi meninggalkan toko itu menuju mobil. Di dalam mobil ia bercerita kepada Karin tentang kejadian di dalam toko itu

"rin, polisi sudah sampe sini, kalian harus berhati-hati," ucap kakek Karin
"apa maksut kakek?" tanya Karin yang menghidupkan mobil
"tadi kakek bertemu polisi itu di dalam toko, mereka menanyakan fotomu kepada orang-orang, kakek bilang tidak tahu saja, kakek tidak mau kamu dan kakakmu tertangkap," ucap kakek Karin
"gawat, aku harus segera memberitahukan kakak dan Arthur," ucap Karin yang segera menjalankan mobilnya


Sesampainya di rumah persembunyian itu, Karin langsung menemui kakaknya Bimo, Ia juga membawakan Bimo dan Arthur minuman dingin yang mereka pesan

"kak, polisi sudah ada di sekitar sini, kita harus berhati-hati, tadi kakek bertemu mereka sewaktu berbelanja di toko pinggir jalan itu, mereka sedang mencari kita," ucap Karin
"gawat, kita harus lebih berhati-hati, jangan sampe mereka tahu kita ada di sini" ucap Bimo sambil mengambil minuman kaleng yang Karin bawa

"tenang aja, Alvin udah sediain semua peralatan menyamar kita, kalo kita keluar, kita harus menyamar agar tidak mudah dikenali," ucap Arthur

"hati-hati rin, mereka sudah mengenal wajahmu," ucap Bimo sambil meminum minuman kaleng itu
"ya kalian juga harus berhati-hati," ucap Karin

Tiba-tiba Alvin datang, ia terlihat panik

"gila, polisi banyak banget dari tadi," ucap Alvin yang nafasnya tersengal
"tenang vin, kita harus tenang, jangan sampe mereka tahu kita di sini," ucap Bimo
"tapi tadi gw hampir kena, untung gw langsung belok lewat jalan lain," ucap Alvin yang terlihat sangat panik
"kalo gini terus kita jadi susah nih," ucap Arthur
"pokoknya kalo mau keluar, kita harus nyamar dan terlihat tidak mencolok," ucap Karin

Alvin, Bimo dan Arthur saling pandang, mereka tampak tegang dan setuju dengan anjuran Karin

"gimana vin, anak-anak udah pada kumpul?" ucap Bimo
"beres, ratusan anggota "ace" sudah berkumpul untuk menyerang sekitar monas dan jalan merdeka," ucap Alvin
"anak-anak mana aja yang udah dikumpulin?" tanya Arthur
"dari beberapa geng bawahan "ace", yaitu dari geng "Bomber", "nighteyes", "Andromeda" dan "Strijders," ucap Alvin

"bagus-bagus, gak percuma kita punya banyak teman kan," ucap Bimo
"kalo soal koneksi geng dan teman geng gw jagonya," ucap Arthur membanggakan diri

"ah, elo dari dulu belagu aja arth.... eh vin, keempat geng bawahan kita itu bawa banyak pasukan kan?" ucap Bimo
"yoi, masing-masing bawa sekitar 30 orang dari geng bawahan mereka masing-masing, semua sudah siap sedia, tinggal tunggu kabar untuk menyerang," ucap Alvin

"ok, mana sini gw ngomong sama ketuanya, biar gw suruh serang sekarang," ucap Arthur

Alvin memberikan handphonenya kepada Arthur untuk mengabarkan kepada keempat geng bawahan "ace" ini agar mulai menyerang

"halo Arth?" ucap ketua geng "andromeda"
"Felix?" anak buah lo udah disana semua?" tanya Arthur
"udah bro, siap nyerang," ucap Felix sang ketua "andromeda" ini
"serang sekarang! beritahu geng yang lain!" ucap Arthur
"ok!" ucap Felix keras

Arthur memberikan handphone itu kepada Alvin, lalu ia bersama Bimo dan Alvin tersenyum licik dan sangat jahat


Jam menunjukkan tepat pukul 1 siang. Jalan merdeka dan sekitar monas itu terlihat sepi seperti biasanya, jalanan siang itu lengang dan jarang dilalui kendaraan. Hanya beberapa terlihat orang yang sedang jalan di sekitar jalan itu.

Sekumpulan massa yang berjumlah sangat banyak berjalan serempak, derap langkah kaki mereka terdengar jelas memecah keheningan sekitar. Massa yang berjumlah sekitar 100 orang itu terlihat sangat mengancam dan siap membuat kerusakan. Mereka dipenuhi oleh aura hitam dan kebencian. Mereka adalah para keempat geng suruhan animus itu

"Andromeda!" ucap Felix meneriakan nama gengnya dengan sangat lantang sambil mengangkat tangan kanannya

Puluhan anggota geng "andromeda" berteriak serempak untuk menyaut teriakan ketua mereka

"Hancurkan!" ucap anggota geng itu serempak

Geng "andromeda" ini sangat mengancam, mereka berjaket jeans biru belel yang robek dan celana jeans yang robek. Ikat kepala berwarna merah bertuliskan Andromeda menjadi ciri khas geng ini. Sepatu Bot koboy yang selalu mereka kenakan juga membuat mereka tampak sangat menyeramkan

Felix sang ketua "andromeda" berdiri di depan bersama ketua geng yang lain yaitu Jack ketua geng "Bomber", Theo ketua geng "Strijders" dan Alvo ketua geng "nighteyes"

Theo menengok ke belakang melihat para anggota gengnya, Ia memakai kain yang menutupi mulut dan hidungnya, topi koboy coklat yang ia selalu pakai adalah ciri khasnya. Jaket kulit coklat menambah keren gaya Theo sang ketua "strijders" ini

"maju!!! Strijders!! tunjukkan kepada mereka kekejaman kalian!" ucap Theo

Jack sang ketua "bomber" tampil agak lain, ia mengenakan jubah merah elegan yang panjang, topeng hitam yang menutupi mukanya, membuat Jack sangat misterius. Alvo ketua "Nighteyes" memiliki karakter unik, anting-anting di kupingnya, tindikan yang banyak, tato dan body painting menghiasi tubuhnya. Alvo juga melukis wajahnya sendiri untuk membuatnya tidak mudah dikenali

Ratusan massa geng bawahan "ace" itu berjalan serempak untuk memulai serangan membuat kerusakan dan kerusuhan di jalan merdeka itu. Mereka terlihat kejam dan beringas, tidak ada yang bisa menghentikan niat jahat mereka. Joy yang sedang menyetir mobil di daerah jalan merdeka itu kaget bukan main ketika melihat ratusan massa di jalanan, ia ketakutan

"astaga mah, ada apa ini?" ucap Joy sangat ketakutan sambil menyetir mobil

"ya allah, itu geng kejam itu, bagaimana ini nak?" ucap ibu Irham panik

Kakak dan ibu Irham terjebak di jalan merdeka yang penuh massa keempat geng kejam itu, nyawa mereka terancam. Apakah mereka selamat? lalu apa yang akan dilakukan Irham?


Senin, 14 September 2009

19. The next victim

Sehari setelah pelarian para animus itu, para polisi semakin gencar dalam melakukan pengejaran untuk menangkap prilaku pembunuhan dan pembuat kerusuhan, sang ketua Ace itu, the animus

"semua bergerak melakukan pencarian, tim alpha masuk, tim alpha masuk, apakah sudah ada tanda-tanda dari animus?" ucap salah satu polisi dari dalam mobil kepolisian

"tim alpha masuk, disini kapten Aryo berbicara, belum ada tanda dari animus, semua masih nihil," ucap Kapten Aryo. Ia bersama timnya sedang melakukan pengintaian di sebuah gedung tua yang diduga sempat disinggahi para animus itu

"baiklah, tetap laporkan keadaan, tim delta keluar" ucap polisi itu mengakhiri pembicaraan

"kapten, tim lain sudah menyebar untuk melakukan pencarian animus itu, tapi kami dapat laporan bahwa salah satu markas polisi diserang oleh puluhan anggota ace!" ucap salah satu anggota tim Kapten Aryo

"ayo segera kita kesana!" ucap Kapten Aryo yang menghidupkan mobilnya dan pergi menuju markas polisi itu





Para animus kejam itu sudah sampai di tempat persembunyiannya, tempat itu tidak terlihat seperti persembunyian para penjahat yang kejam. Rumah itu sudah tua dan terletak di perbukitan pinggiran kota

"kek, ini tehnya," ucap Karin sambil memberikan teh hangat kepada Kakeknya
"terima kasih, ini masih pagi, tapi kamu sudah rajin sekali, kamu sangat mirip ibumu," ucap kakek Karin sambil tersenyum

Kakek Karin tinggal sendiri di rumah terpencil itu, ia sudah sangat tua dan hidup sendiri sejak lama setelah istrinya meninggal 10 tahun lalu.

"tidak apa-apa kek, ini sudah menjadi kewajibanku," ucap Karin tersenyum
"jangan khawatir, kalian aman disini, para polisi itu tidak akan tahu kalian disini," ucap kakek karin yang duduk di kursi depan rumahnya sambil menikmati teh hangat
"iya, aku tahu, disini sangat dingin ya," ucap Karin sambil menghangatkan tubuhnya dengan tangannya

"memang selalu dingin nak," ucap kakek Karin menikmati teh hangat itu lalu ia melihat Karin yang pucat

"mukamu pucat, kamu sakit?" tanya kakek Karin
"ah, gak apa-apa, mungkin hanya kecapean aja, aku masuk ke dalam ya, di luar sangat dingin" ucap Karin

Kakek Karin tersenyum dan melihat Karin masuk ke dalam rumah dengan perlahan

"ah, gejalanya kambuh lagi," gumam Karin

Karin memegangi kepalanya yang pusing, ia terlihat lemas, lalu ia meminum obat untuk mengurangi sakit yang ia rasakan



Sebuah mobil sedan hitam dengan cepat berjalan melewati jalan kecil perbukitan itu. Hamparan luas kebun teh di pinggir jalan itu membuat suasana perbukitan di pagi itu sangat indah. Laki-laki yang menyetir mobil itu mengendarai mobilnya menuju rumah kakeknya

"alvin mana?" ucap Bimo kepada animus bertopeng merah
"bentar lagi juga dateng," ucap animus bertopeng merah itu sambil membersihkan senapan-senapan panjangnya di bagian bawah rumah kakek Karin
"kita harus cepat membunuh anggota Flame yang kedua, polisi sudah mencium pergerakan kita," ucap Bimo
"tenang aja, lagian kita memperlambat gerakan mereka dengan menyerang satu markasnya kan," ucap animus bertopeng merah itu



Mobil sedan sport hitam itu berhenti tepat di depan rumah kakek Karin. Dari dalam mobil, Alvin keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah

"kek, apa kabar?" ucap Alvin sambil mencium kakeknya
"nak Alvin, apa kabar kamu cucuku yang tampan," ucap kakek itu
"baik kek, aku mau menemui Bimo dan Arthur," ucap Alvin
"masuklah ke dalam, mereka ada di dalam," ucap kakek itu



Alvin pun masuk ke dalam untuk menemui Bimo dan Arthur. Arthur tidak lain dan tidak bukan adalah sang animus bertopeng merah. Sejarah dan siapa sebenarnya Arthur ini akan diceritakan nanti

"mo, semua beres," ucap Alvin yang menemui Bimo di ruangan rahasia bawah tanah para animus itu
"iya gw udah tau, semua berjalan sesuai rencana kita," ucap Bimo
"semua anggota Flame gak tahu ada mata-mata di dalam geng mereka, yaitu gw," ucap Alvin sambil tersenyum licik
"bagus, dengan begini kita bisa membalaskan dendam keluarga kita kan," ucap Bimo melihat Alvin dengan pandangan tajam

Alvin, Bimo dan Arthur tersenyum puas, mereka senang karena rencana mereka berjalan mulus, mereka sudah tidak sabar untuk membunuh anggota Flame berikutnya

"terus siapa korban kedua?" tanya Arthur
"Sergi," ucap Alvin


Jauh dari dinginnya daerah perbukitan itu, di pagi yang cerah itu, salah satu markas polisi hancur berantakan, markas yang tidak terlalu besar itu rusak karena ulah para anggota "ace"

"kita terlambat," ucap Kapten Aryo yang baru saja datang

Lalu Kapten Aryo dan timnya keluar dari mobil dan masuk ke dalam markas itu, ia menemui seorang polisi yang terluka

"bagaimana ini bisa terjadi?" tanya kapten Aryo
"saya tidak tahu pak, mereka menyerang di pagi buta, semua masih tertidur dan tidak siaga," ucap anggota polisi yang terluka itu
"bagaimana mungkin, kan ada petugas yang berjaga," ucap kapten Aryo
"sepertinya ada "duri dalam daging", ada pengkhianat" ucap polisi itu
"apa maksutmu?" tanya Kapten Aryo
"para anggota "ace" itu menyogok polisi untuk menjadi mata-mata di dalam markas," ucap polisi itu
"gila benar, "ace" ini," ucap Kapten Aryo yang muak dan kesal

Kapten Aryo dan timnya membantu para polisi yang terluka. Markas polisi itu cukup rusak parah, kaca-kaca yang pecah, pagar depan yang rubuh, coretan-coretan di dinding karena ulah para anggota "ace"





Di salah satu kamar tempat persembunyian "Flame", Sergi terbangun dari tidurnya, ia melihat Vena yang masih tertidur pulas di sebelahnya, Sergi berjalan menuju kamar mandi dan mencuci mukanya, ia terlihat cemas dan memikirkan sesuatu, ia lalu memakai bajunya dan melihat ke sebuah laci di dalam lemari itu. Sergi membuka laci itu dan memasukkan tanganya ke dalam laci itu, ia mengambil sebuah foto, foto perempuan muda yang sangat cantik. Ia melihat baik-baik foto itu

"maafin gw va," ucap sergi

Sergi lalu menaruh foto itu kembali di laci itu dan mengunci laci itu, ia tidak ingin foto perempuan itu terliha Vena. Sergi lalu mengambil teleponnya dan menelpon seseorang

"halo mah," ucap Sergi yang menelpon ibunya
"ada apa? sedang apa kamu?" gak sekolah?" ucap ibunya
"aku di DO (Drop out) mah, entah kenapa, aku anak yang baik padahal," ucap Sergi
"yasudah tidak apa, kamu gak usah sekolah, nanti kamu terusin bisnis papah aja," ucap ibu Sergi
"papah mana mah?" tanya Sergi
"sebentar," ucap ibu Sergi yang memberikan telepon itu ke suaminya

"halo, kamu di DO?" ucap ayah Irham
"iya pah," ucap Sergi
"baguslah, papah jadi gak usah ngeluarin uang yang gak guna, lebih baik kamu belajar bisnis, kapan kamu pulang? kamu ini gak pernah pulang. Memangnya sedang melakukan apa sama teman? masa urusan bisnisnya gak selesai-selesai?" ucap ayah Sergi

"anu pah, bisnisnya masih belum selesai, masih cari client" ucap Sergi berbohong

Sergi membohongi papah dan mamahnya, ia bilang akan membuat bisnis bersama temannya dan akan meninggalkan rumah beberapa hari, namun kenyataannya ia hanya bercinta dengan Vena dan melakukan teror bersama Flame

"yasudah segera pulang, kami merindukanmu, anak satu-satunya kok bandel sih," ucap ayah Sergi\
"kayaknya aku gak akan pulang ke rumah lagi" ucap Sergi
"kenapa?" tanya ayah Sergi

Telepon itu terputus tiba-tiba. Sergi melihat handphonenya, ternyata pulsa teleponnya habis dan tidak bisa melanjutkan percakapan

"sial," ucap Sergi
"nelpon siapa sih....." tiba-tiba suara seksi Vena terdengar
"papah Ven" ucap Sergi
"ah ngapain sih, kayak gak bakal ketemu lagi aja," ucap Vena

Vena memeluk Sergi dari belakang, Sergi pun tersenyum. Lalu mereka mendengar suara ketukan pintu

"gi, udah bangun blom?" ucap Nay
Sergi membuka pintu kamarnya, "kenapa Nay?" ucap Sergi
"lo tau gak si Alvin kemana?" tanya Nay
"wah, gw baru bangun gini, gw gak tahu tuh," ucap Sergi
"duh, tuh anak pagi-pagi gini udah ilang, kemana lagi," ucap Nay
"emang ada apa sih? ko nyari si Alvin?" ucap Vena yang ikut nimbrung

"biasa, si Alan ven, obat," ucap Nay
"emang ga berubah tuh orang dari dulu, ngobat mulu," ucap Vena
"bilangin tuh ke abang lo, jangan kebanyakan obat, tar mati," ucap Sergi sambil tersenyum meledek

Nay pun berjalan dan memberitahukan kakak kembarnya Alan bahwa tidak ada yang tahu tentang kepergian Alvin. Alan terlihat kesal dan menyalakan sebatang rokok.



Hari itu terasa begitu cepat, sore itu Irham baru pulang dari sekolahnya, teman-temannya pun bingung karena ia tidak bersama Karin

"karin mana ham?" tanya seorang murid perempuan agak genit
"mati kali," ucap Irham sedikit kesal
"aaah, ganteng-ganteng emosian," ucap salah satu murid perempuan yang lain
"pergi lo sana! berisik!" ucap Irham sambil bersiap untuk pulang dengan motornya

Murid-murid wanita yang genit itu pun pergi sambil membicarakan Irham dengan tawanya, mereka tidak tahu kalau Irham begitu kesal

Irham pun pulang mengendarai motornya, ia mengendarai motornya dengan cepat. Tidak lama, ia pun sampai di rumah dan langsung tidur karena kelelahan




Sebuah mobil sedan sport hitam berhenti tepat di depan rumah Sergi yang merupakan tempat persembunyian "Flame". Alvin keluar dari mobil itu menggunakan kaca mata hitam kerennya, lalu ia melepas kaca mata itu

"wah wah wah, baru sehari jadi ketua "flame" aja, lagaknya udah selangit, kemana aja lo seharian?" ucap Alan yang berdiri di pinggir rumah sendirian sambil merokok

"biasa ada urusan, gw harus ketemu sama distributor narkoba tadi," ucap Alvin
"lo bawa gak obatnya?" ucap Alan menyodorkan tangannya
"nih makan!" ucap Alvin sambil melempar bungkusan isi narkoba

"nah gitu dong, asik, dari tadi kek," ucap Alan kesenengan dan segera mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu
"dasar sakit," ucap Alvin sambil berjalan masuk ke dalam rumah

Sergi dan Vena yang sedang berciuman di ruang tengah kaget ketika melihat Alvin yang tiba-tiba masuk

"gapapa kali, lanjutin aja," ucap Alvin yang berjalan menuju tangga untuk beristirahat di kamarnya

"dari mana aja lo?" ucap Sergi
"tau nih, tiba-tiba ilang dari pagi," ucap Vena
"ada urusan," ucap Alvin yang langsung pergi bergitu saja

Sergi dan Vena bingung dengan tingkah Alvin yang begitu cuek, lalu mereka melanjutkan apa yang mereka lakukan tadi


Bonad dan Nay sedang asik bermain game di ruangan dekat tempat Sergi dan Vena bercumbu, mereka memang sering bermain bersama kalau lagi tidak ada kerjaan. Kegemaran mereka adalah bermain balap mobil, sepak bola, dan game pertarungan

"yes gw menang nad! cupu lo!" ucap Nay
"ah, ko jagoan gw lemah banget ya, payah," ucap Bonad yang kecewa karena kalah bermain game pertarungan

Tiba-tiba suara Alan dari luar memanggil Nay yang sedang asik bermain bersama Bonad

"bentar nad, abang gw manggil nih, emang ngeselin tuh orang," ucap Nay
"ah semua juga tahu," ucap Bonad

Di depan rumah, Nay menemui Alan kakaknya


"ada apaan sih?" ucap Nay
"mintain obat lagi ke si Alvin, udah abis nih," ucap Alan yang sedikit teler karena pengaruh obat
"lan, ga baik, jangan kebanyakan, lo sendiri yang bilang kalo kebanyakan bahaya," ucap Nay

Alan menyuruh Nay untuk mendekat, "sini lo, sini cepet," ucap Alan

Nay mendekat dan tiba-tiba Alan menariknya sampai membuat wajah Nay tepat di depan wajah Alan

"gak usah sok ngatur, gw bilang minta obatnya ke Alvin, cepet," ucap Alan

Nay mengangguk dan segera pergi ke kamar Alvin di lantai dua

Di depan kamar Alvin, Nay memanggil Alvin
"vin, vin," ucap Nay sambil mengetuk pintu
tidak ada jawaban dari dalam kamar Alvin, lalu Nay membuka kamar Alvin yang ternyata tidak terkunci, ia pun masuk ke dalam

Nay melihat ada foto keluarga, dan poster-poster yang menempel di dinding, lalu ia melihat sebuah map hitam yang bertuliskan "sangat rahasia" di atas meja. Nay membuka map itu lalu tiba-tiba

"ngapain lo masuk-masuk kamar gw?" ucap Alvin di dekat pintu kamarnya
"sorry vin, tadi gw ketok pintunya lo ga jawab," ucap Nay

"ga sopan lo, mau ngapain sih?" ucap Alvin
"kakak gw minta obat lagi," ucap Nay
"nih yang terakhir bilangin ke dia," ucap Alvin sambil memberikan bungkusan putih

Nay pun menerimanya dan segera pergi dari kamar itu

"Nay," ucap Alvin
"apaan?" ucap Nay yang menengok ke belakang
"jangan masuk-masuk ke kamar gw lagi, awas lo, kalo gak...." ucap Alvin sambil mendekati Nay dengan mencurigakan

"kalo gak apaan?"ucap Nay agak takut

"kalo gak kakak lo ga dapet obat lagi," ucap Alvin tersenyum
"ah elo, bikin degdegan aja," ucap Nay

Alvin melihat Nay berjalan menjauh dan menuruni tangga rumah, Alvin tersenyum licik

"lo itu gak tahu apa-apa Nay, sebentar lagi anggota "flame" satu per satu mati, termasuk lo," ucap Alvin



Setelah memberikan Narkoba kepada kakaknya, Nay melanjutkan permainan gamenya dengan Bonad

"lama amat," ucap Bonad
"udah ayo main lagi," ucap Nay

Alvin turun dari tangga dan sudah berpakaian rapi, ia menghampiri Sergi yang sedang ngobrol dengan Vena sambil nonton TV di ruang tengah

"gi, Kamis jadi kan kita," ucap Alvin
"Kamis, ok, sip!" ucap Sergi sambil mengacungkan jempolnya
"ok, gw cabut dulu," ucap Alvin

Sergi dan Vena melihat Alvin keluar rumah

"emang mau kemana sih Kamis?" ucap Vena
"ada deh, urusan laki-laki," ucap Sergi





Hari sudah malam, Alvin yang mengendarai mobilnya, sampai di rumah para animus itu berada. Rumah yang terletak di perbukitan dekat kebun teh yang agak terpencil itu. Alvin menemui para animus itu di dalam



"beres kan semuanya?" ucap Bimo
"beres, Sergi mau gw ajak pergi hari Kamis," ucap Alvin
"ok sebentar lagi kita bisa balas dendam, gw udah muak sama mereka," ucap Arthur

Karin yang sedang duduk, melihat mereka berbicara, ia memakai syalnya dan menikmati secangkir teh hangat, ia terlihat tenang, namun di balik ketenangannya ia menyimpan dendam dan rasa sakit hati yang dalam terhadap "Flame"

Bimo menyuruh Karin mengirim pesan kepada Irham tentang rencana pembunuhan animus itu seperti waktu para animus itu membunuh Ben dulu. Para animus itu ingin Irham melihat kematian para anggota "Flame" itu

"giliran lo gi, lo harus tanggung jawab dengan semua yang udah lo dan teman-teman lo lakuin dulu, waktunya pembalasan," ucap Bimo sang animus bertopeng putih itu

Arthur dan Karin tersenyum saling berpandangan, mereka terlihat sangat jahat



Kring Kring Kring

Irham yang sedang tidur kaget dan terbangun ketika mendengar handphonenya berbunyi karena ada pesan masuk. Lalu ia membaca pesan itu

Korban kedua
Kamis, jam 10 malam, stasiun kereta kota tua


-gadis berpita hitam-

Irham kaget, "korban kedua? kali ini siapa? aku tidak boleh gagal lagi, aku harus mencegah ada orang terbunuh karena ulah animus itu!"


18. Good bye my love

Para anggota the flame terkejut dengan perkataan Alvin, mereka tidak percaya dengan kenyataan yang diungkapkan Alvin tentang identitas asli animus bertopeng putih.

"gak mungkin vin, itu gak mungkin," ucap Alan yang terlihat sedikit shock
"jadi si Bimo cupu itu mau balas dendam ke kita karena udah kita kerjain terus sewaktu SMP?" tanya Sergi
"trus emang dia mau ngapain kita?" tanya Nay
"bunuh kita semua," ucap Alvin serius

"apa maksut lo vin?" tanya Vena ketakutan
"ya, Bimo ingin balas dendam ke kita dan ingin bunuh kita semua," ucap Alvin
"jadi Ben dibunuh sama Bimo? si animus bertopeng putih itu?" tanya Nay

"ya, Ben adalah korban pertamanya Bimo, dan dia akan membunuh korban kedua dari Flame" ucap Alvin
"tapi apa yang udah kita lakuin ke Bimo dulu gak segitu parahnya, masa sih dia sampe mau bunuh kita segala?" tanya Vena

Semua anggota Flame lain terdiam, mereka terlihat merahasiakan sesuatu, sesuatu jawaban yang merupakan kunci dari dendam masa lalu Bimo terhadap Flame

"ko diem sih? jawab dong!" ucap Vena

"aaah udaaah laaah.... santai aja, ko pada serius amat sih," ucap Alvin menghangatkan suasana sambil mengambil satu buah botol miras dan gelas
"tau nih... serius banget sih, kalo emang Bimo mau bunuh kita semua, biarin lah, gw juga udah bosen hidup, hahahahaha," ucap Alan sedikit konyol
"wah gila lo emang lan, udah kena pengaruh obat, gini nih," ucap Nay

"tapi ngomong-ngomong vin kok lo bisa tau sih identitas asli animus bertopeng putih itu?" tanya Sergi sambil menaruh gelas bekas miras yang ia minum
"kan udah gw bilang, gw punya banyak "mata" untuk cari informasi," ucap Alvin
"emang deh lo gokil! pantes lo kayanya jadi ketua kita, ya gak temen2?" ucap Alan
"hmm iya sih, boleh lah," ucap Vena
"ok, tapi gw harap kita bisa kalahin tuh para animus dan ace!" ucap Sergi

"wah, pada setuju semua, gw juga deh kalo gitu," ucap Nay
"nah gitu dong! gw kan jadi seneng nih, eh tapi si Bonad setuju gak?" ucap Alvin

"woooy gw setuju aje!" tiba-tiba suara Bonad yang sedang tidur terdengar begitu keras

Entah bagaimana ia bisa mendengar semua perbincangan Alvin dan anggota Flame yang lain pada saat ia tertidur. Bonad memang ajaib

"wah, emang jin tuh orang, tiba-tiba ngomong setuju aja, emang dia denger perbincangan kita?" tanya Alan
"yaelah Lan, gw dari tadi gak tidur kali, gak bisa tidur nih, eh makan mana nih? laper nih," ucap Bonad konyol

Para anggota Flame tersenyum dan tertawa melihat tingkah Bonad yang begitu konyol dan polos.


Jauh dari tempat persembunyian Flame di pinggir hutan itu, para animus yang kejam sedang melakukan pembicaraan di tempat misterius untuk melakukan teror-teror selanjutnya terhadap keluarga Irham dan Flame untuk membalaskan dendamnya

"rencana kita berhasil," ucap animus bertopeng biru sambil berdiri di pojok ruangan gelap di tempat entah berantah itu
"bagus, kita sekarang sudah punya mata-mata di Flame sesuai rencana kita," ucap animus bertopeng putih
"semua berjalan mulus, jangan lupa terus awasi Irham, karena kita akan melakukan teror berikutnya," ucap Animus bertopeng merah

Animus bertopeng biru itu mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan misterius itu, ia pun menghilang di balik kegelapan


Di rumahnya, Irham terus mencoba untuk menelpon Karin, sudah lama Karin tidak memberikan kabar. Ia ingin tahu dimana Karin berada. Akhirnya Karin mengirim pesan ke Irham untuk menemuinya di taman seperti biasa


Malam harinya Irham menghidupkan motornya dan langsung pergi menemui Karin di taman itu, namun ia tidak langsung ke taman, ia pergi ke rumah Karin terlebih dahulu


Irham sampai di rumah Karin, ia melihat-lihat keadaan rumah itu. Rumah Karin tampak begitu sepi seperti tidak ada penghuni. Irham mengetuk pintu rumah itu berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Seseorang muncul dari balik tembok sebelah rumah, ia adalah tetangga Karin

"orangnya gak ada mas, sudah pergi dari kemarin belum pulang, tapi tadi siang sejumlah polisi datang kesini, gak tahu mau ngapain" ucap seorang tetangga itu
"oh begitu, Karin disini tinggal sama siapa?" tanya Irham
"yang saya tahu, kakak laki-lakinya, tapi kadang ada dua orang laki-laki yang datang, tapi saya tidak tahu itu siapa, Karin dan kakaknya jarang bergaul, mereka sangat tertutup," ucap tetangga itu
"oh begitu, kalo begitu terima kasih atas informasinya, saya pergi dulu," ucap Irham

Irham mengendarai motornya menuju taman, di jalan ia berpikir bahwa Kapten Aryo dan timnya sedang melakukan pengejaran terhadap Karin dan animus yang lain, karena itulah Karin dan kakaknya pergi dari rumah untuk kabur dari kejaran polisi. Bantuan laporan dan informasi dari Irham tentang Karin membantu Kapten Aryo dan timnya melakukan pengejaran



Di taman pinggir kota itu Karin sedang duduk di taman sendirian menunggu Irham, ia terlihat begitu tenang

"rin," suara Irham memanggil Karin
"ham, ada yang mau aku katakan," ucap Karin
"aku sudah tau semua tentang kamu, kamu itu pembohong besar! pembunuh!" ucap Irham keras
"apa maksut kamu? aku gak ngerti!" ucap Karin bingung
"kenapa kamu ganggu aku dan keluarga aku! kenapa?! apa salah kami?!" ucap Irham
"aku gak ganggu keluarga kamu, aku sayang sama mereka!" ucap Karin
"bohong! perempuan pembohong!" ucap Irham keras

"aku harus pergi ham, polisi mengejar kakakku, tapi aku ingin memberi tahu kamu sesuatu ham" ucap Karin

"aku tahu polisi mengejarmu dan kakakmu, aku yang memberi tahu para polisi tentang kejahatan kamu dan kakakmu itu! para animus itu!" ucap Irham

"kenapa kamu melakukan itu! kamu sudah salah ham, kamu salah mengerti!" ucap Karin

Irham mengacuhkan Karin, dan pergi begitu saja meninggalkannya. Ia terlihat muak dengan Karin yang penuh kebohongan

Karin menahan tangan Irham, iya memohon agar Irham tidak pergi

"ini aku bawakan makanan kesukaanmu, dimakan ya," ucap Karin sambil memberikan nasi goreng katsu kesukaan Irham

Irham mengambil nasi goreng itu lalu membuangnya tepat di hadapan Karin.

"gw gak butuh semua kepura-puraan lo! lo itu pembunuh!" ucap Irham
"aku memang ingin balas dendam karena kematian keluarga aku, tapi kamu salah menilai aku ham, salah!" ucap Karin
"iya emang salah, gw kira lo itu baik dan sayang sama gw, ternyata gw salah," Irham berjalan menjauhi Karin
"ada yang ingin aku beri tahu ham! aku mohon jangan pergi!" ucap Karin
"ah, gw udah tau! lo itu animus pembunuh itu! gw kecewa sama lo rin!" ucap Irham sambil mendorong Karin hingga jatuh

Irham pergi begitu saja menggunakan motornya meninggalkan Karin

"lo bakal menyesal ham, menyesal......." Karin terlihat diam dan mengepalkan tangannya. Karin terlihat kesal

Sebuah mobil jeep menghampirinya, dan seseorang di dalamnya mengajaknya masuk ke dalam mobil untuk pergi. Karin pun masuk ke dalam jeep itu

"kerja bagus rin, dekati terus si Irham" ucap kakak karin, Bimo ,sang animus bertopeng putih itu
"itu namanya adik yang baik,acting lo emang hebat, gak kalah sama ibu lo pemain teater yang dijuluki "gadis berpita hitam" itu," ucap animus bertopeng merah

"Irham sudah membenci aku," ucap Karin
"gapapa, pokoknya kita harus teror terus Irham dan keluarganya," ucap Bimo

Karin lalu terdiam seperti biasanya di belakang mobil


Sesampai di rumah, Irham terlihat kacau, ia melempar semua barang-barangnya, kamarnya berantakan, Irham sangat stress karena gadis yang ia sayang ternyata adalah seorang penjahat dan melakukan teror terhadap keluarganya. Irham yang sangat tulus mencintai Karin sangat kecewa setelah tahu bahwa Karin dekat dan menjadi pacarnya karena ingin memanfaatkannya agar dapat melakukan teror-teror terhadap keluarganya

Irham melihat foto Karin, ia terdiam dan merenung, ia tidak percaya dengan semua yang terjadi, prilaku baik Karin selama ini kepadanya ternyata hanyalah kebohongan dan Irham pun berpikir untuk membantu kapten Aryo untuk menangkap para animus ini. Ia tidak peduli walau Karin adalah salah satu animus itu, ia berpikir kejahatan tetaplah kejahatan dan harus dihentikan

"kejahatan adalah kejahatan rin, walaupun gw sayang lo, tapi lo tetep harus diadili karena ulah lo! semoga tuhan selalu menjaga lo rin!
"Good bye my love!" ucap Irham

Irham lalu menelpon kapten Aryo untuk memberikan informasi tentang pelarian para animus itu

Sabtu, 12 September 2009

17. The history of white masked animus

"ham bangun"

Suara itu menggema di telinga Irham yang sedang tertidur pulas di kamarnya. Ia sangat kelelahan setelah kejadian kemarin malam ketika ia bertemu para Animus.

"mbak Joy? sudah pagi ya?" ucap Irham yang masih belum sadar betul
"iya, sudah jam 10 nih, bangun gih, terus mandi ya," ucap Joy lembut


Joy sudah pulang ke rumah setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit karena kejadian misterius yang menimpanya itu. Kemarin malam ketika Irham pergi menemui para animus, Joy pulang ke rumah dijemput oleh ibunya

"Mbak ada yang mau aku tanyakan," ucap Irham
"kamu mau tanya apa ham?" tanya Joy
"sewaktu kejadian malam itu ketika mba Joy dicelakai oleh orang misterius itu, seperti apa wajah para pelakunya? apakah mbak masih ingat?" tanya Irham
"jadi kamu ingin tahu, baiklah mbak ceritakan," ucap Joy

Lalu Joy pun bercerita dengan serius dan semuanya seperti kembali ke malam mengerikan itu


Malam itu Joy sedang asik mendengarkan musik di mobilnya dan berjalan agak kencang untuk menjemput Irham adiknya di sekolah. Joy adalah tipe orang yang menepati janji, karena itulah ia tampak terburu-buru,

"duuh aku telat nih, bisa-bisa Irham marah, tunggu ya ham," ucap joy


Tiba-tiba sebuah mobil jeep besar menyerempet mobilnya dari sebelah kanan, Joy kaget dan tidak bisa mengendalikan stir mobilnya. Seseorang bertopeng merah dengan jubah hitam terlihat mengacungkan pistol ke arah mobil Joy

"woy, pinggirin mobilnya!!! gw tembak nih kepala lo!!" ucap animus bertopeng merah itu

Joy sangat panik dan kaget ketika sebuah mobil jeep menyerempetnya dan seseorang di mobil itu mengancamnya untuk segera menghentikan mobilnya

Jalanan petang itu begitu sepi, Joy melewati daerah yang jarang dilalui mobil-mobil karena ingin menghindari macet. Joy yang panik memutuskan untuk lari dari kejaran mobil jeep itu, Joy
mengendarai mobilnya dengan cepat, ia takut karena diancam akan dibunuh


Kedua mobil itu saling kejar mengejar, mobil jeep para animus itu terus membuntuti mobil Joy, Kejar mengejar berlangsung cukup lama, namun akhirnya mobil jeep para animus itu berhasil menabrak mobil Joy dari belakang yang menyebabkan Joy kehilangan kendali dan menabrak pohon besar di pinggir sungai Fatmawati

Joy terlihat lemas di dalam mobil, ia tidak menyangka akan diserang para animus ini, setahu Joy ia tidak punya musuh dan ia selalu baik ke semua orang

Mobil jeep para animus itu berhenti, dan 3 orang animus keluar berjalan mendekati mobil Joy

"lo kakaknya Irham kan?!" ucap animus bertopeng merah sambil memegang wajah Joy

"iya, kalian ini siapa? apa salah saya?" ucap Joy sangat lemas dengan kepala yang berdarah karena terbentur stir mobilnya

"bukan lo yang salah, semua salah ayah lo itu! dia terlalu tamak!" ucap animus bertopeng merah itu

"apa maksut kalian?" tanya Joy bingung
"udah jangan banyak nanya!!" ucap animus bertopeng merah itu sambil menampar wajah Joy

Joy menangis, ia tidak tahan dengan perlakuan para animus yang kejam, ia pun tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi dan kenapa para animus itu menyerangnya.

Animus bertopeng merah itu menarik tubuh Joy keluar dari mobil dengan paksa

"jangan, lepaskan saya! apa salah saya! saya mohon!" ucap Joy ketakutan

Lalu animus bertopeng putih mendekatinya dan menutup mulut Joy dengan lakban agar suara Joy tidak ribut dan terdengar

"diem lo bangsat!" ucap animus bertopeng putih

Joy melihat ketiga animus itu, yang satu berbadan tinggi dan besar dengan jubah hitam dan topeng merah, yang satu lagi laki-laki berbadan tegap dan cukup tinggi berjubah hitam dengan potongan rambut tidak begitu panjang, alis yang cukup tebal, animus bertopeng putih itu tidak memakai topengnya sehingga Joy bisa melihat wajah aslinya.

Joy heran, karena diantara 3 orang jahat itu ada seorang wanita cantik yang berdiri agak jauh dan hanya melihat saja tanpa berbicara sedikit pun. Wanita itu bertubuh langsing, tinggi yang ideal, wajah yang cantik, ia memakai seragam sekolah cemara, sekolah Irham

"itu kan baju seragam sekolah Irham?" siapa dia?" ucap Joy agak tidak sadar

Joy diikatkan ke pohon besar di bagian bawah sungai Fatmawati itu, setengah tubuhnya masuk kedalam sungai besar dan dingin itu, Joy mulai menggigil dan ketakutan

"saya mohon lepaskan saya, kasihan Irham di sekolah menunggu saya," ucap Joy memohon

"saya akan membalaskan dendam orang-orang yang saya cinta, kalian para orang-orang munafik pantas mendapatkan ini!" ucap animus bertopeng putih itu

Lalu animus bertopeng putih itu memukul wajah Joy hingga ia pingsan. Para animus itu pergi meninggalkan Joy yang sudah tidak sadarkan diri


"biar mampus tuh si Irham sama ibunya! kakak dan anak tercintanya kita siksa!" ucap animus bertopeng merah ketika di dalam mobil

"mereka pantas mendapatkan itu! Irham udah, kakaknya juga, berarti tinggal ibunya," ucap animus bertopeng putih itu

"iya, gw bakal bantu lo untuk balasin dendam keluarga lo!" ucap animus bertopeng merah
"rin ko lo diem aja sih?" tanya animus bertopeng putih itu

Karin hanya diam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia duduk di belakang mobil sambil melihat ke kaca mobil

"dasar aneh lo emang dari dulu!" ucap animus bertopeng putih itu

Animus bertopeng putih itu mengirimkan pesan kepada Irham tentang keadaan kakaknya, lalu Irham pun menerima pesan itu, dan segera menolong kakaknya bersama Ben di malam itu



"jadi begitu ceritanya mbak" ucap Irham

"iya, begitulah ham, untung kamu tidak terlambat malam itu untuk menolong mbak," ucap Joy
"aku semakin yakin kalo Karin itu memang jahat dan berbahaya mbak," ucap Irham
"siapa Karin?" ucap Joy

"dia pacarku mbak, dia murid sekolahku juga," ucap Irham
"oh, pacarmu itu, ibu sudah cerita, dia bilang Karin itu cantik dan baik," ucap Joy

"tidak mbak, dia itu licik, dia sengaja mendekati aku agar kakaknya sang animus bertopeng putih itu mudah mengganggu ketenangan keluarga kita, mereka seperti ingin balas dendam dengan keluarga kita, namun aku tidak tahu apa salah keluarga kita," ucap Irham

"memang kamu yakin Karin itu jahat ham?" tanya Joy
"sangat yakin mbak, semua sudah jelas sekarang, sosok wanita dengan baju seragam sekolah cemara yang mbak lihat di malam penyerangan itu adalah Karin, dia salah satu animus mbak, aku pun kaget ketika tahu itu" ucap Irham



Sabtu pagi itu tidak begitu cerah, sang mentari tidak menampakkan dirinya dengan berani, ia seperti bersembunyi di balik awan abu-abu mendung itu. The Flame sedang melakukan pembicaraannya di markasnya yang tidak lain adalah rumah Sergi


"gw ga nyangka Sagil hilang kaya gini, ternyata dia bener-bener mati," ucap Alan
"bagus kan, dengan begitu gak ada lagi yang sok ngatur kita," ucap Alvin sambil minum minuman keras dengan santai
"iya sih, gw juga ga suka sama lagaknya yang sok ngatur, kalo lo gimana lan?," ucap Sergi

"dia tuh cuma mau manfaatin kita aja, uang kita," ucap Alan
"iya bener, kalo gak ada kita, dia bukan siapa-siapa, dia cuma orang miskin yang butuh kekuasaan," ucap Alvin
"baguslah dia mati, jadi gak ada lintah buat kita kan," ucap Sergi

"wah lo parah, Sagil mati baru diomongin, kalo di depannya lo pada gak berani," ucap Nay sambil mendekati dan duduk di sofa dekat dengan teman-temannya

"siapa bilang gw gak berani? kita ini orang-orang kaya, uang kita banyak, jadi ngapain takut sama orang miskin kaya Sagil gitu yang bisanya cuma manfaatin uang kita aja," ucap Alvin

"iya itu betul, kita gak boleh terus diatur-atur sama orang miskin! kita sebagai konglomerat harus berkuasa dong!" ucap Sergi

"wah wah wah, gw baru sadar nih ternyata kita semua sependapat tentang Sagil, kita harus membentuk Flame yang baru nih!" ucap Alan sambil menghembuskan asap rokoknya


"woooy berisik amat siiih, lagi tidur niiih!!" tiba-tiba suara Bonad yang sedang tidur pulas di sofa dekat teman-temannya terdengar karena terganggu

"yaelah itu anak, lagi tidur aja bacot," ucap Alvin
"Bonad, bonad, lucu bgt sih!" ucap Vena yang duduk disamping Sergi dan merangkulnya dengan mesra

"biar gw yang jadi ketua Flame yang baru!!" ucap Alvin sambil berdiri dan memakai jaket Flame

Semua anggota Flame melihat Alvin yang begitu menggebu-gebu, mereka heran ketika Alvin ingin menjadi ketua Flame yang baru

"mang lo bisa apa? berantem aja lo cemen!" ucap Alan
"iya, apa yang lo bisa lakuin untuk nunjukin ke kita kalo lo pantes jadi ketua?" ucap Sergi
"gw bakal buat flame ngalahin musuh lama kita, ace!" ucap Alvin yakin sambil mendekati Sergi dan menatapnya

Semua anggota Flame tertawa terbahak-bahak mendengar Alvin berbicara begitu yakin. Mereka sangat tidak percaya kalau Alvin mampu melakukan seperti yang ia ucapkan

"Gw ini pintar, jauh lebih pintar dari Sagil, otak Flame itu gw sebenernya, dari segi taktik penyerangan Flame semua gw yang atur, gw yakin bisa ngalahin ace!" ucap Alvin

"lo gak takut sama animus? lagipula anggota ace itu banyak!" ucap Nay sambil duduk santai di sofa

"animus itu bukan orang asing bagi kita, gw tau siapa mereka, sebagai mata-mata, gw punya banyak jaringan, "mata" gw ada banyak menyebar untuk mencari informasi, itulah kehebatan gw" ucap Alvin

"ga mungkin lo tau! mereka selalu pake topeng gitu! mana bisa lo liat mukanya," ucap Alan

Alvin hanya tersenyum dan menceritakan hal yang sebenarnya tentang animus. Para anggota Flame itu mendengarkannya dengan baik

"lo inget gak sama anak cupu yang tiap hari kita ganggu dulu sewaktu kita SMP ? waktu kita masih sebagi geng bernama "elf" tanya Alvin kepada teman-temannya

"anak cupu yang mana? kan banyak yg kita ganggu!" ucap Sergi
"iya yang mana?" ucap Vena

"Ok, lo pada dengerin baik-baik, cerita gw" ucap Alvin

Teman-teman Alvin pun mendengarkan dengan serius


Dulu sekitar 4 tahun yang lalu, ketika Alvin, Alan, Nay, Sergi, Ben, Vena dan Bonad masih SMP. Mereka sering mengganggu anak-anak lain di sekolahnya. Mereka adalah geng yang sangat bandel di sekolah, tidak sedikit anak murid yang jadi korban geng mereka. Mereka terkenal dengan nama "elf"

Semua murid-murid takut pada geng mereka yang kerjanya mempermalukan murid-murid, mengerjai, dan menindas namun ada satu anak yang paling cupu dan aneh, ia tidak pernah melawan ketika diganggu oleh geng "Elf", yang hanya ia bisa lakukan adalah menangis dan menangis, ia sangat cengeng dan dijuluki "cengeng" oleh "Elf". Si "cengeng" ini adalah langganan geng "elf" untuk ditindas, sudah sering ia dipermalukan dan dibuat menangis sampai batinnya tersiksa dan tertekan namun ia tidak pernah berani melawan

Di hari itu, si "cengeng" seperti biasanya diganggu oleh geng "Elf"

"hahahha, dasar bego lo! dasar cengeng!!" ucap Alvin kecil sambil mengguyurkan air got ke si "cengeng" di belakang sekolah ketika sudah pulang

Semua geng "elf" menganiyayanya sampai membuat si "cengeng" ini basah kuyup dan bau air got, baju dan celananya dilepas sehingga ia telanjang bulat hanya menggunakan celana dalam saja

semua geng "elf" menertawakannya dengan sangat puas, mereka sangat senang mengganggu si "cengeng" karena sangat tak berdaya dan lemah. Beberapa murid yang masih di sekolah melihat kejadian itu dan ikut menertawakan si "cengeng" itu sambil meneriakinya

Kejadian itu sungguh memalukan, harga diri seseorang telah terinjak-injak seperti sampah kotor yang sudah tak berguna, anak cupu itu menangis begitu pilu dan menyayat hati, raungannya begitu dalam sampai terasa ke hati dan seperti mengajak kita untuk ikut menangis

"ibu...... ibu......"

anak itu terus menangis memanggil nama ibunya berulang-ulang, ia tidak berdaya dan terlihat begitu memalukan, wajahnya terlihat sangat kasihan, tak ada orang yang memperdulikannya

Semua orang di sekitarnya hanya tertawa sambil menunjuk anak cupu itu. Si "cengeng" itu seperti orang gila yang ditonton oleh banyak orang,tapi tiba-tiba


"kakak! ayo kita pulang! ibu sudah membuatkan kita kue yang enak di rumah," suara anak perempuan manis mendekati si "cengeng" itu

"wah wah wah, ternyata si "cengeng" punya pacar. Cantik lagi," ucap Alan kecil bernada sirik

"iya nih, hebat juga ternyata," ucap Nay kecil

"gw bukan pacarnya! gw ini adiknya! kalian ini gak tahu diri! selalu ganggu kakak gw yang ga berdaya!" ucap anak perempuan manis itu kepada geng "elf"

"dia itu aneh! kakak lo tuh aneh!" ucap Sergi kecil

semua anak"elf" tertawa terbahak-bahak mencomooh si cupu dan adik perempuannya

"orang aneh! cupu! cengeng!" anak-anak "Elf" terus meneriaki kata-kata itu berulang-ulang

Anak perempuan manis itu menutupi tubuh kakaknya yang telanjang dengan jaket ungu yang ia pakai, lalu ia berjalan mendekati anak-anak "elf" untuk melawan mereka

tiba-tiba tangan anak perempuan manis itu ditahan oleh kakaknya yang cupu itu

"sudah rin, ayo kita pulang saja, biarkan saja mereka," ucap si "cengeng"
"tapi kak? mereka harus dilawan!" ucap Karin kecil
"gak usah, kita harus sabar, ingat kata ibu" ucap kakak Karin



Si "cengeng" itu berdiri dan mengajak Karin adiknya pulang ke rumah

"hey! mau kemana! jangan kira lo bisa lari ya!" ucap Bonad kecil

Anak-anak "elf" itu menarik Karin kecil dan mengguyurnya juga dengan air got lalu mendorongnya hingga terjatuh ke dalam got yang bau itu

"jangan ganggu adik gw!" ucap kakak Karin
"emang lo mau lakuin apa cupu!" ucap Sergi yang melempari Karin dengan telur-telur sampai Karin tak berdaya
"anak cengeng kaya lo! cuma bisa jadi anak mamih!" ucap Alvin kecil
"lepasin adik perempuan gw," ucap si "cengeng" itu tegas

Baru kali ini ia terlihat begitu serius dan kuat, biasanya ia sangat lemah dan penakut. Adiknya Karin yang membuatnya menjadi pemberani. Si "cengeng" itu tidak bisa melihat adiknya disiksa, ia sangat menyayangi adiknya

"Resek banget sih lo!" ucap Alvin kecil kesal sambil berlari ke arah si "cengeng" dengan membawa batu

Alvin kecil memukulkan batu itu kearah si "cengeng" namun Karin kecil tiba-tiba menghalanginya untuk melindungi kakaknya yang diserang Alvin kecil

Kepala Karin kecil itu mengucurkan darah terkena hantaman batu Alvin, ia terjatuh dan pingsan tak sadarkann diri

"karin, karin, bangun dik, bangun," ucap kakak karin penuh pilu

Namun Karin kecil tidak menjawab karena sudah pingsan dengan luka cukup parah di kepalanya

Anak-anak "Elf" itu kaget ketika melihat Karin kecil pingsan, mereka takut dan lari meninggalkan Karin dan kakaknya

"ayo kabur-kabur! udah biarin aja!" ucap Alvin


Seketika anak-anak "elf" itu hilang dalam kegelapan petang hari itu, mereka sangat tidak bertanggung jawab



Kakak karin yang dijuluki si "cengeng" itu menangis dan seperti sudah muak dengan semua yang ia rasakan, ia sangat kesal karena tidak pernah bisa melawan, kata-kata sabar yang selalu diajarkan oleh ibunya sudah tak berguna baginya, ia sudah muak karena selalu lemah selama ini dan membuat dirinya diganggu terus oleh geng "elf". Ia melihat adiknya Karin yang tak berdaya, ia menyalahkan dirinya karena begitu lemah selama ini, semestinya sebagai kakak laki-laki ia mampu melindungi adiknya, bukan seperti yang ia lakukan, penakut dan cengeng. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya kuat dan bukan orang yang lemah

"maafkan kakak rin, kakak berjanji akan menjadi orang yang kuat, kakak akan membalas semuanya, suatu saat kakak akan kembali untuk membuat perhitungan dengan mereka,"

"ya si "cengeng" itu, si cupu yang selalu kita gangguin setiap hari dulu, kalian semua inget kan?" ucap Alvin

Para anggota Flame itu mengangguk dan kaget ketika Alvin mengucapkan kata

"si cengeng itu kembali dan membuat perhitungan seperti yang ia katakan 4 tahun lalu, dia kembali sebagai animus bertopeng putih. Dia adalah Bimo, Bimo Prasetyo, anak yang dulu cengeng dan lemah sekarang menjadi sosok yang kuat dan sangat mengerikan dan siap membalaskan dendamnya"

Minggu, 06 September 2009

16. The truth about Karin

Irham terpojok, ia tidak bisa kemana-mana lagi, Irham melihat ketiga animus itu mendekatinya perlahan. Animus bertopeng merah itu mencekik leher Irham dengan tangan kanannya, Irham tidak bisa bernafas, ia berusaha untuk melepas tangan animus bertopeng merah itu dari lehernya.

Cengkraman tangan animus itu semakin kencang dan membuat Irham semakin tidak bisa bernafas, badannya lemas, ia sudah mulai kekurangan oksigen. Animus bertopeng merah itu memukul perutnya dengan keras lalu Irham pun terjatuh dan kesakitan

"udah gw tunggu saat-saat kaya gini ham, akhirnya kita bisa bunuh lo!" ucap animus bertopeng merah sambil tertawa dengan jahat

"sial, gw gak boleh mati di sini," gumam Irham

Animus bertopeng merah itu mengangkat tubuh Irham yang sudah lemas dan memegangnya dari belakang sehingga membuat Irham tidak bisa bergerak. Irham terus memberontak, namun ia tidak bisa melepaskan dirinya.

Animus bertopeng putih berjalan mendekati Irham yang sudah tak berdaya, ia mengambil ancang-ancang untuk memukul kepala Irham dengan stik bisbol yang dipegangnya

"mati lo bangsat!!" ucap animus bertopeng putih itu sambil mengayunkan stik bisbolnya

Irham menutup matanya, sekilas semua kehidupannya dari ia kecil sampai besar terbayang di pikirannya, Irham sudah mendekati ajalnya



"Menyerahlah para animus!! tempat ini sudah dikepung!! keluar dari gedung sekarang!! tempat ini sudah dikepung!!"

tiba-tiba suara seorang petugas polisi memerintahkan ketiga animus itu untuk menyerah karena gedung tua itu sudah dikepung oleh para polisi diluar

suara sirine mobil polisi memenuhi malam gelap itu, Kapten Aryo berdiri tegap di samping mobilnya dan melihat ke atas gedung


"brengsek, kok bisa ada polisi? ayo kabur!!" ucap animus bertopeng merah sambil melepas pegangannya terhadap Irham

Para animus itu melarikan diri dari ruangan itu, mereka menghilang begitu cepat dan membiarkan Irham tergeletak di lantai begitu saja

Kapten Aryo berlari keatas gedung tua itu ditemani perwiranya Edo dan anggotanya yang lain

"lakukan pencarian ke semua sisi gedung, periksa semua ruangan dan cari dimana Irham berada, lakukan dengan cepat!!" ucap kapten Aryo tegas

"siap pak!" ucap para anggota polisi dengan tegas

Para polisi yang berjumlah belasan itu menyusuri setiap ruangan-ruangan gelap di dalam gedung tua itu, lampu senter para polisi itu menerangi ruangan gedung yang gelap gulita. Para polisi itu melakukan pencarian untuk menyelamatkan Irham

Perwira Edo berjalan sendiri di ruang yang gelap, ia terpisah agak jauh dari rekan-rekan se-tim nya. Ia berjalan sambil menghunuskan senapan dan membawa senternya, matanya sangat tajam melihat semua sisi ruangan-ruangan gedung itu.

Sesosok bayangan lari dengan cepat melawatinya di belakang, perwira Edo terkejut dan membalikkan badannya, ia berjalan perlahan mendekati arah bayangan itu.

"siapa disana!" ucap perwira Edo keras

namun tidak ada jawaban dari dalam ruangan tempat bayangan itu berlari

Kapten Edo terus masuk ke dalam ruangan itu, ia melihat sekeliling ruangan gelap itu yang penuh dengan boneka-boneka peraga untuk baju-baju di toko.

Perwira Edo berjalan perlahan, langkah kakinya terdengar jelas karena sepinya malam. Seketika langkahnya melambat, pandangan matanya penuh curiga melihat sesuatu. Lalu ia mendekatinya dan betapa terkejutnya ketika sesuatu yang ia kira itu boneka peraga bergerak dan menengok kearahnya

"sial! jangan lari!" ucap perwira Edo yang baru saja melihat animus bertopeng biru

animus itu berlari cepat menuruni tangga di belakang gedung tua itu, lalu ia naik mobil jeep dan pergi meninggalkan gedung tua itu bersama para animus yang lain

"brengsek!" ucap perwira Edo kesal karena kalah cepat

namun perwira Edo bingung karena animus bertopeng biru itu tadi melempar sesuatu kepadanya berbentuk kotak kecil berwarna putih dengan pita hitam. Lalu perwira Edo membukanya dan melihat isi kotak itu, ternyata isinya adalah sebuah kertas. Perwira Edo membaca tulisan yang ada di kertas itu

kematian adalah sebuah awal, dengarkan baik-baik suara pelan berirama malaikat pencabut nyawa karena kalau tidak ia bisa marah, dan amarahnya bisa membuat kerusakan dan kematian


-animus-


"apa maksutnya? malaikat pencabut nyawa?" perwira Edo bingung ketika membaca tulisan di kertas itu



Kapten Aryo dan anggotanya telah berhasil menemukan Irham di ruangan tempat ia terkunci dan bertemu para animus tadi

"kapten, Irham selamat, ia sudah sadar, kami akan melakukan pencarian dan penyapuan di ruangan ini," ucap salah satu anggota polisi
"kerja bagus, lakukan dengan baik!" ucap kapten Aryo
"kapten, bagaiman bisa ada disini?" ucap Irham yang masih agak lemas

"saya menerima pesan dari seseorang yang tidak saya kenal, mulanya saya tidak percaya dengan pesan itu, namun saya mengikuti kata perasaan saya dan menuju kesini, untung saya belum terlambat dan kamu masih selamat," ucap kapten Aryo

"lalu dimana para animus itu?" tanya Irham
"mereka melarikan diri, mereka memang sangat licin," ucap kapten Aryo sambil membawa Irham keluar dan berjalan menjauhi ruangan tempat ia terkunci tadi


Seorang anggota polisi mendengar bunyi aneh seperti suara jam berdetak di pojok ruangan tempat Irham terkunci tadi, ia mendekati sumber suara itu, lalu ia melihat sebuah kotak putih agak besar dengan pita hitam yang bertuliskan malaikat pencabut nyawa, lalu ia membukanya


"malaikat pencabut nyawa? amarahnya bisa membuat kerusakan dan kematian?.....dengarkan baik-baik suaranya yang berirama!? membuat kerusakan!!? ..... malaikat kematian!! ..... ini!!" perwira Edo menyadari sesuatu lalu ia segera menghubungi kapten Aryo

Tiba-tiba Sebuah ledakan besar terjadi di atas gedung tua itu, ledakan yang cukup besar, dentuman kuat ledakan itu membuat tanah disekitar gedung itu bergetar dan kaca-kaca pun pecah berantakan.

"apa? aku terlambat!! kapten aryo!!" gumam perwira Edo yang sangat shock, ia terkejut dengan ledakan yang terjadi di atas gedung

Perwira Edo sempat menyadari apa maksud pesan dari animus itu, yang dimaksud malaikat pencabut nyawa itu adalah bom waktu yang berbunyi berirama dengan pelan dan apabila diabaikan akan membuat kerusakan yang merupakan ledakan kuat

"tim alpha masuk! kami butuh bantuan, sebuah ledakan terjadi di lokasi, kemungkinan sejumlah anggota tim tewas! segera kirim bantuan!! bawa tim medis dan pemadam kebakaran!!" ucap perwira Edo panik dengan ekspresi wajah yang tegang melaporkan keadaannya ke markas polisi

Perwira Edo bergegas ke atas untuk melihat keadaan kapten Aryo dan rekan-rekan timnya. sambil berlari ia mencoba menghubungi kapten aryo

"kapten masuk!, disini perwira Edo! laporkan keadaan!" ucap perwira Edo berulang-ulang mencoba menghubungi kapten Aryo, namun tidak ada jawaban

Perwira Edo mendekati tempat terjadinya ledakan di lantai atas gedung itu bersama beberapa rekan timnya yang selamat karena bertugas memeriksa lantai bawah gedung tua itu sama seperti perwira Edo

Api yang begitu besar memenuhi lantai atas gedung itu, panas api itu sungguh luar biasa, perwira Edo dan rekan se-timnya tidak bisa mendekat, semuanya sudah terlahap api karena ledakan itu. Ledakan amarah malaikat pencabut nyawa yang menimbulkan kerusakan dan kematian seperti yang animus katakan

"kita harus masuk untuk menyelamatkan kapten aryo!" ucap perwira Edo

"gak bisa pak! semua sudah hancur, api ada dimana-mana!" kapten Aryo sudah mati!" ucap salah satu anggota polisi sambil menahan perwira Edo yang ingin menyelamatkan kapten Aryo

Perwira Edo terus berontak dan ingin menyelamatkan kapten Aryo, ia yakin kapten Aryo masih hidup, namun rekan-rekan timnya menahannya karena semua sudah terlambat

"memangnya ada apa dengan saya?" tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki dari alat komunikasi salah satu anggota polisi

"kapten!" ucap para anggota polisi itu

Perwira Edo terkejut ketika dua bayangan orang muncul dari balik asap tebal di lantai atas gedung itu, mereka adalah kapten Aryo dan Irham yang ternyata selamat dari ledakan itu, Kapten Aryo membopong tubuh Irham yang lemas karena ledakan itu, Irham terlihat lemah

"bawa dia ke tim medis! segera lakukan pertolongan pertama!" ucap Kapten Aryo sambil menyerahkan Irham yang sudah lemah kepada para anggota polisi

Irham hanya tersenyum ke arah kapten Aryo, mukanya hitam terkena asap, ia berterima kasih kepada kapten Aryo

Kapten Aryo dan Irham sangat beruntung karena sempat keluar dan menjauh dari ruangan yang meledak itu, mereka selamat dan masih hidup walaupun keadaannya butuh perhatian tim medis

Petugas pemadam kebakaran berdatangan untuk segera menghentikan kobaran api yang besar di gedung tua itu, tim medis pun mengangkat korban-korban tewas akibat ledakan itu, mereka adalah para anggota polisi yang berani mengorbankan nyawanya demi menegakkan kebenaran dan melawan kejahatan.


Beberapa saat setelah keadaan mulai reda, Irham sudah lebih bugar karena perawatan tim medis, ia duduk di belakang mobil medis sambil menikmati minuman segar. Ia terus menghubungi Karin namun tidak ada jawaban, ia sangat khawatir dengan Karin karena tidak memberikan kabar.

"lapor kapten!" di lokasi ledakan kami menemukan 3 peti yang sudah rusak karena ledakan!" ucap salah satu anggota polisi

"lalu apa isi peti itu?" ucap kapten Aryo

"mayat yang sudah agak busuk, dan beberapa kertas dan foto ini," ucap anggota polisi itu sambil memberikan barang-barang itu kepada kapten Aryo

Kapten Aryo hanya melihat-lihat kertas dan foto-foto itu, lalu ia menaruhnya di atas jok mobil polisi dan pergi terburu-buru karena mendapat panggilan bantuan dari anggota timnya

Irham mendengar percakapan antara kapten Aryo dan anggotanya dan ia penasaran dengan barang-barang yang ditemukan di dalam peti-peti mati itu, lalu ia berjalan menuju mobil polisi itu dan mengambil sejumlah kertas dan foto yang tergeletak di atas jok mobil

Irham sangat terkejut, matanya melebar, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Ia melihat foto keluarga yang berjumlah 5 orang yang sangat harmonis dan bahagia, yang paling mengejutkan ia melihat Karin adalah bagian dari keluarga itu, beberapa foto lain juga merupakan gambar Karin yang tersenyum manis dan bertuliskan

"My beloved little angle Karin Serlina" penurut dan sangat menyayangi

Irham semakin yakin bahwa Karin memiliki hubungan dengan semua kejadian ini. Irham semakin yakin dan sadar bahwa Karin bukan orang yang selama ini ia kenal, Karin bukan perempuan baik seperti yang ia tahu, perasaan yang selama ini ia rasakan dari Karin yang pernuh perhatian adalah kebohongan, ia sudah tidak percaya dengan Karin, Ia berpikir bahwa Karin adalah perempuan yang sangat licik dan ancaman baginya. Semua itu ia ketahui setelah membaca pernyataan seorang animus di salah satu kertas berwarna coklat dan kusam itu. Kertas itu bertuliskan

Saya adalah animus bertopeng putih

Di surat ini saya ingin membuktikan ke semua orang yang saya cinta yaitu ayah, ibu dan adik Eva bahwa saya dan Karin sayang mereka, apapun akan kami lakukan demi mereka, begitu cepat kalian semua pergi di tengah kehangatan keluarga kita yang semakin membaik, dan kebahagiaan yang semakin terasa indah, mengapa kalian meninggalkan kami? bukankah kita akan selalu bersama?

Ayah, ibu dan adik Eva sesungguhnya kami tidak rela kalian pergi begitu saja, semua orang yang membuat kalian menderita akan kami balas, darah dibalas dengan darah, mati dibalas dengan mati, kami berjanji akan membalas kematian kalian dan membuat keadilan kepada mereka orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap penderitaan kalian. Rasa dendam dan kebencian ini begitu pekat di hati kami, dendam dan benci akan orang-orang munafik yang tidak bertanggung jawab.

Dendam dan kebencian ini telah menuntun kami menuju jalan kegelapan yang sebenarnya, rasa kehilangan ini telah membuat diri kami sepenuhnya dikuasai iblis. Namun orang-orang munafik tak bertanggung jawab itulah iblis yang sebenarnya. Ayah, ibu, dan adik Eva, kami akan melakukan apapun untuk membalas kematian kalian, aku dan Karin akan menjadi sosok menakutkan bagi mereka orang-orang yang membuat kalian menderita, aku dan Karin akan mengadili mereka dan menghantui mereka, membuat mereka menderita dan menuntut nyawa mereka. Karena itulah aku dan Karin memutuskan untuk menjadi animus untuk melakukan itu.

Sampai bertemu lagi di surga

-white masked animus-



15.Entering the enemy's mansion

Gedung tua besar yang sangat sepi dan menakutkan itu menghadap tepat ke arah Irham, kepala Irham menengadah ke atas melihat gedung tua itu.

"ini kan gedungnya? depan gereja katolik. iya bener kok," gumam Irham

Gedung itu begitu mencekam di malam hari, hanya cahaya bulan bulat penuh yang menerangi kegelapan di dalam gedung itu. Irham menelan ludahnya, ia berjalan perlahan masuk ke gedung itu.

"gila, serem banget nih gedung," gumam Irham sambil menyalakan korek api yang ia bawa untuk menerangi ruangan di dalam gedung itu

Jantung Irham terus berdegup kencang, keringatnya mulai bercucuran, pikirannya tidak fokus dan terus dibayangi rasa takut, gedung itu sangat gelap dan menakutkan, Irham hanya bisa berjalan perlahan dengan perasaan waswas sambil melihat-lihat isi gedung itu.

Irham terdiam, ia ingin segera keluar dari gedung itu dan menemui Karin di luar yang sengaja ia tidak ajak ke dalam karena cemas apabila Karin terkena bahaya dan lagipula Karin memang ingin diluar karena takut masuk ke dalam gedung.

"ham,"

DEG. Jantung Irham berdegup begitu kuat, ada suara yang memanggilnya, namun Irham tidak tahu siapa yang memanggilnya

"siapa itu!!?" Irham berteriak dan membuat gema di gedung itu

"aku ham, aku pembunuh sahabatmu Ben," ucap suara misterius itu

"dimana? dimana lo!!?" ucap Irham keras

"naiklah ke atas tangga itu," ucap suara misterius itu memerintah Irham

Irham langsung bergegas naik tangga itu, tangga itu sangat tinggi dan berputar, pegangannya sangat dingin dan berdebu, suara kaki Irham yang berlari di tangga itu terdengar seperti ketukan nada yang berirama, irama yang menakutkan dan memilukan hati

lalu ia sampai dan berdiri di hadapan sebuah pintu besar, ia membuka pintu itu perlahan dan masuk ke dalam, ternyata itu adalah ruangan yang cukup besar, banyak lilin yang menyala di pinggir ruangan, coretan-coretan dan gambar-gambar menakutkan yang ada dinding membuat ruangan itu semakin mengerikan, patung-patung tua yang berbentuk setan dan iblis menghiasi ruangan itu.

Irham berjalan terus ke bagian depan ruangan, ia ketakutan, ruangan itu sangat seram, lalu Irham melihat ada 3 peti besar yang terletak di sudut ruangan. Peti-peti itu terletak dalam posisi berdiri tepat di depan tembok

Irham melihat salah satu peti itu, ia menghapus debu yang banyak terdapat di peti itu dengan tangannya, lalu Irham membaca sebuah tulisan

"My beloved mother Vania Serlina" gadis berpita hitam

"apa maksut tulisan ini? ucap Irham bingung

lalu ia berjalan untuk melihat peti yang lainnya, tangannya langsung menghapus debu yang menutupi tulisan di peti kedua itu, Irham sangat bersemangat dan penasaran, ia membaca tulisan itu

"My little sister Eva Serlina" yang lugu dan tanpa dosa

Irham melihat peti terakhir yang berada di tengah dan membaca tulisan yang terdapat di peti tua itu

"My beloved father Rian Prasetyo" panutan dan pemimpin

Irham sangat bingung, siapa nama-nama yang tertulis di peti tua itu? lalu mengapa namanya Serlina? seperti nama belakang Karin? Irham mencoba untuk membuka peti itu namun tidak bisa karena peti itu tertutup sangat rapat

Suara tepukan tangan dari atas ruangan membuat Irham terkejut dan melihat arah suara itu. Matanya mengecil karena silau tersorot lampu yang sangat terang, tangan Irham mencoba menghalang-halangi cahaya lampu yang mengenai matanya

"siapa itu?" ucap Irham

sesosok orang itu hanya terdiam dan turun melewati tangga mendekati Irham perlahan

Irham terdiam ketika melihat sesosok orang berjubah hitam dengan topeng putih berbentuk wajah iblis yang marah berdiri tepat dihadapannya, ia seperti baru melihat setan, tidak bisa berbicara dan ketakutan

"gw ini Animus" ucap sesosok orang bertopeng putih itu
"animus? sang pemimpin "ace" itu?" ucap Irham
"ya benar, gw salah satunya," ucap the animus bertopeng putih

"lo yang bunuh sahabat gw Ben waktu itu?" ucap Irham keras
"ya benar, itu terlalu mudah buat gw," ucap The animus bertopeng putih
"kenapa lo tega? apa lo gak punya rasa kasihan? apa lo gak punya rasa sesal?" ucap Irham

The animus itu hanya tertawa dengan sinis
"gw udah gak tau cara ngerasain itu," ucap The animus bertopeng putih

"terus, kenapa lo undang gw kesini?" tanya Irham
"kita memang harus ketemu dan saling berbicara ham, mungkin lo bisa gabung dengan geng "ace", gw dengan senang hati nerima lo" ucap The animus bertopeng putih
"lo gila ya? gabung sama geng brutal kaya gitu? lebih baik gw mati aja daripada jadi pemberontak kaya gitu!" ucap Irham keras

"udah banyak orang bodoh kaya lo, seperti Ben," ucap the animus bertopeng putih
"apa maksut lo?" tanya Irham
"gw ajak dia gabung di malam itu sebelum gw bunuh dia, tapi dia nolak," ucap the animus bertopeng putih
"emang kenapa lo ajak dia gabung ke geng lo?" tanya Irham

"gw pengen ngancurin "the flame" perlahan-lahan, udah banyak kesalahan yang mereka lakuin" ucap the animus bertopeng putih
"kesalahan apa?" tanya Irham

"lo ga perlu tau, tapi lo juga punya kesalahan itu," ucap the animus bertopeng putih itu
"kenapa gw? apa salah gw?" tanya Irham sangat bingung

"kejadiannya udah lama ham, lo pun gak pernah tau itu," ucap seseorang yang muncul dari balik kegelapan di sudut ruangan

Dia adalah the animus yang kedua, berjubah hitam dengan topeng merah berbentuk wajah iblis yang bersedih, lalu yang tepat disebelahnya adalah the animus terakhir, berjubah hitam dengan topeng biru berbentuk wajah seorang iblis wanita yang tersenyum, the animus yang terakhir ini memiliki badan yang agak kecil

"kejadian apa? apa maksut kalian?" ucap Irham
"pasti lo inget ham, cuma lo gak tau aja siapa kita," ucap the animus bertopeng putih
"emang kalian ini siapa?" tanya Irham
"kita adalah masa lalu lo dan "the flame" ucap the animus bertopeng merah

Irham semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia tidak mengerti dengan apa yang para animus bicarakan tentang masa lalunya

"giliran lo yang mati sekarang, udah kesekian kali gw berusaha bunuh lo, tapi selalu gagal," ucap the animus bertopeng putih

"jadi selama ini lo yang ngerusak hidup gw? yang ngebuat rem motor gw rusak dan gw kecelakaan? yang ngebuat mba Joy di rumah sakit?" tanya Irham dengan sangat antusias

"ya benar, itu gw semua yg lakuin," ucap the animus bertopeng putih

"tapi kenapa? kenapa gw?" tanya Irham

"seperti yang gw bilang, lo punya kesalahan di masa lalu yang belum bisa gw maafin," ucap the animus bertopeng putih itu

The animus bertopeng biru itu memberikan stik bisbol kepada the animus bertopeng putih tanpa mengucapkan sepatah kata pun. The animus ini tidak berbicara sedikit pun

"mati lo!" ucap the animus bertopeng putih sambil memukulkan stik bisbol ke arah Irham

Irham langsung menghindar dan berlari ke arah pintu keluar ruangan itu, ia sangat panik dan ketakutan, Irham tidak mau mati dan berakhir mengenaskan seperti temannya Ben, namun ternyata Irham tidak bisa membuka pintu ruangan itu karena terkunci. Irham terus mencoba berulang kali membuka pintu besar itu tapi sia-sia, ia kelelahan dan terpojok. Ia melihat ketiga animus itu mendekatinya perlahan dengan nafsu membunuh yang mengerikan.

Kematian Irham semakin dekat, the animus sang pembunuh misterius itu telah berhasil menjeratnya!!!