Rabu, 16 September 2009

20. Ace's alliances

Suara derap langkah kaki para polisi di pagi itu begitu serempak, semuanya bergegas ke barisannya masing-masing untuk mendengarkan briefing sebelum menyebar untuk melakukan pencarian pembunuh kejam dan berbahaya, animus.

Kapten Aryo berdiri tegap di depan para anggota timnya yang sedang berbaris di halaman markas polisi itu. Ia mengenakan jaket khusus polisi dan berbaju serba gelap. Ia berjalan perlahan sambil melihat puluhan anggota polisi yang berbaris sangat rapi dalam posisi tegap dan siaga.

"selamat pagi!" ucap Kapten Aryo
"pagi!" ucap para anggota polisi yang sedang berbaris itu

"hari ini, kita akan melanjutkan operasi pencarian animus ini, semua tim menyebar ke area yang berbeda yang sudah ditentukan, yaitu... satu... daerah pusat kota Jakarta, dua... daerah pinggiran sekitar kota Jakarta dan yang ketiga daerah perbatasan kota Jakarta dengan kota-kota lain... Jangan lupa sebar para intel kita di daerah-daerah itu!, animus yang kita kejar adalah foto perempuan ini!" ucap Kapten Aryo sambil menunjukkan foto Karin

"apakah masih ada yang kurang jelas?" ucap Kapten Aryo

Semua polisi itu terdiam yang mengisyaratkan penjelasan Kapten Aryo sudah jelas

"baiklah kalau begitu, sepertinya semua sudah mengerti, selanjutnya masuk ke tim kalian masing-masing dan menyebar, saya harap semua bisa bekerja sangat maksimal, tunjukkan dedikasi kalian yang terbaik. Ya semuanya bubar dan langsung melakukan pencarian!" ucap Kapten Aryo

Semua anggota polisi itu masuk kedalam mobil dipimpin ketuanya masing-masing, mereka menuju tempat yang sudah ditugaskan untuk pencarian animus itu. Kapten Aryo dan perwira Edo masuk ke dalam mobil, mereka pun menuju perbatasan kota untuk melakukan pencarian



Di perumahan terpencil yang terletak di perbukitan yang sejuk itu, Karin, Bimo dan Arthur sedang berbincang, mereka mencium pergerakan polisi yang tengah mengejar mereka. Bimo yang sedang berlatih menembak bersama Arthur di ruang bawah tanah rumah kakek mereka itu terlihat sangat serius

"jadi apa rencana kita mo?" ucap Arthur yang sedang membidikan senjata ke target tembak
"untuk memperlambat gerak polisi, gw kirim lagi serangan ke jalan merdeka dan sekitar monas, gimana?" ucap Arthur melanjutkan
"kita harus buat yang lebih kacau, ratusan orang aja," ucap Karin

Bimo melihat ke arah Karin lalu ia juga melihat Arthur, "boleh," ucap Bimo

"ok, hari ini "Ace" beraksi," ucap Arthur sambil menembakkan pistolnya ke target tembak

Target tembak yang berupa botol miras itu pun pecah karena tertembak, Arthur sang animus bertopeng merah pun tersenyum puas



Matahari sampai di titik terpanas hari itu, hari itu tepat pukul 12 siang, Kapten Aryo dan perwira Edo sedang melakukan pencarian di perbatasan kota, mereka terlihat kelelahan. Mereka berbincang di dalam mobil

"do, bagaimana caranya kita bisa menangkap animus ini, mereka sangat licin sekali, sudah lama kita belum bisa menangkapnya," ucap Kapten Aryo
"kalo menurut saya, bagaimana kalau foto salah satu animus itu, yang perempuan itu, di tempel saja, dan kita umumkan bahwa perempuan itu dicari polisi, sehingga masyarakat membantu kita," ucap perwira Edo sambil menyetir mobil

"foto Karin itu? sebenarnya itu ide brilian, namun apakah ada ide lain lagi?," ucap Kapten Aryo
"tapi ide itu sudah cukup bagus kan," ucap perwira Edo
"tapi kita perlu taktik untuk membongkar "ace" dan animus ini dari dalam," ucap Kapten Aryo
"apa maksut kapten?" tanya perwira Edo

"kita harus menangkap salah satu anggota "ace" yang cukup menonjol dan menginterogasinya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang animus dan "ace", bagaimana menurutmu?" ucap kapten Aryo
"ya, itu ide yang sangat pintar," ucap perwira Edo

Kapten Aryo melihat sebuah toko makanan dan minuman di pinggir jalan

"do mampir dulu di sini, apa kau tidak haus? panas banget hari ini," ucap Kapten Aryo
"iya kapten, ayo kita beli minuman dulu," ucap perwira Edo

Mereka pun menghentikan mobilnya sejenak untuk membeli minuman dingin yang segar. Mereka berdua masuk ke dalam toko itu dan memilih-milih minuman yang paling enak untuk bisa menghilangkan dahaganya. Seorang kakek yang sedang berbelanja disitu terlihat begitu mencurigakan, ia melihat Kapten Aryo dan perwira Edo dari pojok ruangan toko

Kakek itu mengambil makanan dan minuman yang ia butuhkan dan menaruhnya di keranjang yang ia bawa. Ia melihat Kapten Aryo dan perwira Edo sedang memperlihatkan foto perempuan kepada para pengunjung dan penjaga kasir toko

"apakah anda pernah melihat orang ini?" ucap Kapten Aryo yang menunjukkan foto Karin
"tidak pak, maaf," ucap salah satu pengunjung toko itu sambil menggelengkan kepala


"mas, pernah liat orang ini di sekitar sini?" ucap perwira Edo menanyakan penjaga kasir
"gak tuh mas, maaf," ucap penjaga kasir itu sambil sibuk menghitung belanjaan seorang ibu

Kapten Aryo mendekati perwira Edo,"wah semua orang gak tau do, susah juga ternyata," ucap Kapten Aryo
"sabar saja pak, pasti selalu ada jalan," ucap perwira Edo

Kakek mencurigakan itu berjalan melewati Kapten Aryo dan perwira Edo, ia menuju pintu untuk keluar dari toko itu, namun Kapten Aryo melihatnya

"kek, maaf sebentar" ucap Kapten Aryo
"oh, ada apa nak?" ucap Kakek itu sedikit kaget dan menengok ke Kapten Aryo
"apa kakek pernah melihat orang ini disekitar sini?" tanya Kapten Aryo

Kakek itu melihat foto itu yang merupakan foto Karin, cucunya. Ia pun berbohong dan mengatakan tidak tahu

"saya tidak tahu, belum pernah melihat pak," ucap kakek Karin
"oh begitu, baiklah kalau begitu,"ucap Kapten Aryo

Kakek itu pun pergi meninggalkan toko itu menuju mobil. Di dalam mobil ia bercerita kepada Karin tentang kejadian di dalam toko itu

"rin, polisi sudah sampe sini, kalian harus berhati-hati," ucap kakek Karin
"apa maksut kakek?" tanya Karin yang menghidupkan mobil
"tadi kakek bertemu polisi itu di dalam toko, mereka menanyakan fotomu kepada orang-orang, kakek bilang tidak tahu saja, kakek tidak mau kamu dan kakakmu tertangkap," ucap kakek Karin
"gawat, aku harus segera memberitahukan kakak dan Arthur," ucap Karin yang segera menjalankan mobilnya


Sesampainya di rumah persembunyian itu, Karin langsung menemui kakaknya Bimo, Ia juga membawakan Bimo dan Arthur minuman dingin yang mereka pesan

"kak, polisi sudah ada di sekitar sini, kita harus berhati-hati, tadi kakek bertemu mereka sewaktu berbelanja di toko pinggir jalan itu, mereka sedang mencari kita," ucap Karin
"gawat, kita harus lebih berhati-hati, jangan sampe mereka tahu kita ada di sini" ucap Bimo sambil mengambil minuman kaleng yang Karin bawa

"tenang aja, Alvin udah sediain semua peralatan menyamar kita, kalo kita keluar, kita harus menyamar agar tidak mudah dikenali," ucap Arthur

"hati-hati rin, mereka sudah mengenal wajahmu," ucap Bimo sambil meminum minuman kaleng itu
"ya kalian juga harus berhati-hati," ucap Karin

Tiba-tiba Alvin datang, ia terlihat panik

"gila, polisi banyak banget dari tadi," ucap Alvin yang nafasnya tersengal
"tenang vin, kita harus tenang, jangan sampe mereka tahu kita di sini," ucap Bimo
"tapi tadi gw hampir kena, untung gw langsung belok lewat jalan lain," ucap Alvin yang terlihat sangat panik
"kalo gini terus kita jadi susah nih," ucap Arthur
"pokoknya kalo mau keluar, kita harus nyamar dan terlihat tidak mencolok," ucap Karin

Alvin, Bimo dan Arthur saling pandang, mereka tampak tegang dan setuju dengan anjuran Karin

"gimana vin, anak-anak udah pada kumpul?" ucap Bimo
"beres, ratusan anggota "ace" sudah berkumpul untuk menyerang sekitar monas dan jalan merdeka," ucap Alvin
"anak-anak mana aja yang udah dikumpulin?" tanya Arthur
"dari beberapa geng bawahan "ace", yaitu dari geng "Bomber", "nighteyes", "Andromeda" dan "Strijders," ucap Alvin

"bagus-bagus, gak percuma kita punya banyak teman kan," ucap Bimo
"kalo soal koneksi geng dan teman geng gw jagonya," ucap Arthur membanggakan diri

"ah, elo dari dulu belagu aja arth.... eh vin, keempat geng bawahan kita itu bawa banyak pasukan kan?" ucap Bimo
"yoi, masing-masing bawa sekitar 30 orang dari geng bawahan mereka masing-masing, semua sudah siap sedia, tinggal tunggu kabar untuk menyerang," ucap Alvin

"ok, mana sini gw ngomong sama ketuanya, biar gw suruh serang sekarang," ucap Arthur

Alvin memberikan handphonenya kepada Arthur untuk mengabarkan kepada keempat geng bawahan "ace" ini agar mulai menyerang

"halo Arth?" ucap ketua geng "andromeda"
"Felix?" anak buah lo udah disana semua?" tanya Arthur
"udah bro, siap nyerang," ucap Felix sang ketua "andromeda" ini
"serang sekarang! beritahu geng yang lain!" ucap Arthur
"ok!" ucap Felix keras

Arthur memberikan handphone itu kepada Alvin, lalu ia bersama Bimo dan Alvin tersenyum licik dan sangat jahat


Jam menunjukkan tepat pukul 1 siang. Jalan merdeka dan sekitar monas itu terlihat sepi seperti biasanya, jalanan siang itu lengang dan jarang dilalui kendaraan. Hanya beberapa terlihat orang yang sedang jalan di sekitar jalan itu.

Sekumpulan massa yang berjumlah sangat banyak berjalan serempak, derap langkah kaki mereka terdengar jelas memecah keheningan sekitar. Massa yang berjumlah sekitar 100 orang itu terlihat sangat mengancam dan siap membuat kerusakan. Mereka dipenuhi oleh aura hitam dan kebencian. Mereka adalah para keempat geng suruhan animus itu

"Andromeda!" ucap Felix meneriakan nama gengnya dengan sangat lantang sambil mengangkat tangan kanannya

Puluhan anggota geng "andromeda" berteriak serempak untuk menyaut teriakan ketua mereka

"Hancurkan!" ucap anggota geng itu serempak

Geng "andromeda" ini sangat mengancam, mereka berjaket jeans biru belel yang robek dan celana jeans yang robek. Ikat kepala berwarna merah bertuliskan Andromeda menjadi ciri khas geng ini. Sepatu Bot koboy yang selalu mereka kenakan juga membuat mereka tampak sangat menyeramkan

Felix sang ketua "andromeda" berdiri di depan bersama ketua geng yang lain yaitu Jack ketua geng "Bomber", Theo ketua geng "Strijders" dan Alvo ketua geng "nighteyes"

Theo menengok ke belakang melihat para anggota gengnya, Ia memakai kain yang menutupi mulut dan hidungnya, topi koboy coklat yang ia selalu pakai adalah ciri khasnya. Jaket kulit coklat menambah keren gaya Theo sang ketua "strijders" ini

"maju!!! Strijders!! tunjukkan kepada mereka kekejaman kalian!" ucap Theo

Jack sang ketua "bomber" tampil agak lain, ia mengenakan jubah merah elegan yang panjang, topeng hitam yang menutupi mukanya, membuat Jack sangat misterius. Alvo ketua "Nighteyes" memiliki karakter unik, anting-anting di kupingnya, tindikan yang banyak, tato dan body painting menghiasi tubuhnya. Alvo juga melukis wajahnya sendiri untuk membuatnya tidak mudah dikenali

Ratusan massa geng bawahan "ace" itu berjalan serempak untuk memulai serangan membuat kerusakan dan kerusuhan di jalan merdeka itu. Mereka terlihat kejam dan beringas, tidak ada yang bisa menghentikan niat jahat mereka. Joy yang sedang menyetir mobil di daerah jalan merdeka itu kaget bukan main ketika melihat ratusan massa di jalanan, ia ketakutan

"astaga mah, ada apa ini?" ucap Joy sangat ketakutan sambil menyetir mobil

"ya allah, itu geng kejam itu, bagaimana ini nak?" ucap ibu Irham panik

Kakak dan ibu Irham terjebak di jalan merdeka yang penuh massa keempat geng kejam itu, nyawa mereka terancam. Apakah mereka selamat? lalu apa yang akan dilakukan Irham?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar