Senin, 30 November 2009

35. Ace vs Dead Hunter Day 3- Farewell Arthur

Mentari pagi bersinar dengan cerah ditemani dengan awan biru terang yang beriringan. Suara kicau burung di sekitar hutan begitu merdu terdengar ditelinga mengeluarkan suara harmonis yang menggembirakan hati. Bimo dan karin berjalan menuju rumah kakeknya yang terletak di atas bukit itu

"jauh banget ternyata kalo dari jalan raya yah," ucap Karin
"iya, gak ada kendaraan umum sih, jadi terpaksa jalan," ucap Bimo
"mo, tundukkin kepala lo, kita harus tetap waspada, jangan sampai ada orang yang mengenali kita," ucap Karin
"tenang aja, di hutan pagi-pagi gini sepi, gak perlu khawatir," ucap Bimo

Mereka pun sampai di rumah kakeknya. Bimo melihat pintu depan rumah itu terbuka dan ia mendekati rumah itu penuh curiga

"kok pintunya kebuka? perasaan gw ga enak rin," ucap Bimo
"iya, ada apa ya," ucap Karin

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah Bimo dan Karin melihat kakeknya sudah tergeletak penuh darah. Bimo melihat di lantai ada tulisan "Arthur" yang ditulis oleh kakek Bimo sebelum ia meninggal.

"Arthur," ucap Bimo
"kakek...." ucap Karin pelan

Karin pun langsung pingsan dipelukan Bimo

"rin! rin! bangun! kenapa kamu sampai pingsan begini! bangun rin!" ucap Bimo keras

Karin hanya terdiam dan tak sadarkan diri. Penyakit kanker otaknya kambuh dan sudah semakin parah, namun Bimo tidak pernah mengetahui hal ini karena Karin selalu merahasiakannya.



Jauh di tempat markas polisi kapten Aryo yang baru keluar dari rumah sakit itu sedang bersiap-siap untuk bertugas bersama perwira Edo dan tim S.E.F. Mereka akan beroperasi untuk menangkap gembong besar geng Ace yaitu Arthur. Kapten Aryo berjalan menuju rekan-rekan S.E.F yang sedang menyusun rencana untuk melakukan operasi ini

"Ketua geng Ace ini bernama Arthur! kemarin mata-mata kita menemukan Arthur berada di sebuah kamar hotel. Ia sedang menginap disana. Kita harus segera bergerak untuk menangkap pemimpin geng Ace ini!" ucap ketua tim S.E.F

"bagaimana dengan The ghost! para orang-orang aneh itu! mereka itu berbahaya! kita juga harus segera menangkapnya!" ucap kapten Aryo

"tentu saja! kita akan menangkap The ghost setelah kita berhasil menangkap Arthur hari ini dan lagi pula anggota polisi yang lain sedang melakukan pencarian 2 animus yang lain dan Cesar! terima kasih atas semua informasi anda dan perwira Edo! berkat informasi itu, mata-mata kita bisa mencari keberadaan orang-orang geng ini!"

"berterimakasihlah kepada Irham, ia yang memberitahukan semua informasi tentang animus itu kepada kami..... Jadi selama saya di rumah sakit, mata-mata kita sudah melakukan pencarian terhadap orang-orang geng ini! kerja yang sangat bagus! ayo kita berangkat!" ucap Kapten Aryo

Kapten Aryo bersama tim S.E.F bergegas menuju mobil van khusus kepolisian. Perwira Edo pun bergabung bersama tim kepolisian untuk segera melakukan operasi.

"kapten!" ucap perwira Edo

Kapten Aryo menengok ke arah perwira Edo

"berhati-hatilah,"

Kapten Aryo hanya menggangguk dan segera naik ke mobil van kepolisian itu

Para anggota S.E.F itu terlihat begitu seragam dengan baju dan seragam khusus polisi elit. Mereka memakai baju yang serba gelap dengan helm dan masker hitam untuk menutupi wajah mereka. Kapten Aryo yang sedang duduk di dalam mobil van itu terus berdoa

"tuhan....biarkan saya menangkap penjahat ini dan mengakhiri semuanya, berikanlah saya kemampuan untuk melakukan ini tuhan............ayah......ibu.....berikan aku kekuatan, aku tahu kalian selalu mendukungku disana......."




Siang itu, Alan sedang makan di warung nasi pinggir jalan. Ia terlihat kucel seperti tidak mandi seharian. Setelah kejadian ia terjatuh ke jurang itu, ia terus mencari jalan pulang dan setelah makan di warung nasi ini ia akan menuju markas Dead Hunter.

"untung aja gw gak kesasar dan bisa menemukan jalan pulang.....gila gw dah gak mandi seharian, bau banget badan gw.....gw makan dulu disini deh, abis itu langsung balik ke markas tidur......capek banget gw, si Cesar sama dead hunter lagi pada ngapain ya," gumam Alan

Alan yang sedang melamun itu kaget ketika ibu-ibu penjual nasi memanggilnya

"nak....mau makan pake apa saja?"
"hmm......nasi satu bu.....terus pake ayam goreng, sayur kangkung sama rendang bu, minumnya es teh manis ya," ucap Alan
"tunggu sebentar," ucap ibu itu


Tak lama makanan yang dipesan Alan pun datang dan Alan dengan lahap memakan makanan itu. Ia makan sangat lahap karena kelaparan. Alan tidak mengetahui bahwa seorang polisi yang duduk tidak jauh terus memperhatikannya dengan pandangan yang tajam. Polisi itu akan menunggu Alan sampai selesai makan dan segera menangkapnya ketika Alan keluar dari warung nasi itu. Rekan-rekan polisi lain sudah menunggu di luar warung untuk menyergap Alan.

Para anak-anak geng seperti Alan, Arthur, dan Cesar ini sudah lama diburu polisi dan pada hari inilah mereka berhasil menemukan tempat keberadaan mereka.

Alan terlihat menghabiskan suapannya yang terakhir. Ia menelan sesuap nasi yang sudah dicampur dengan potongan ayam itu. Lalu Alan meminum es teh manis segar untuk mengakhiri santapannya. Alan membayar makanan itu ke ibu penjual nasi dan langsung pergi meninggalkan warung nasi itu.

"target bergerak! segera lakukan penangkapan!" ucap polisi itu

Alan yang berjalan sendiri itu kaget ketika beberapa orang berpakaian ala preman dengan jaket kulit dan celana jeans sobek menyergap Alan dengan tiba-tiba.

"saudara kami tangkap! jangan melawan! kami akan bawa saudara ke kantor polisi!"
"salah saya apa pak?! saya hanya orang biasa pak!"

"jangan berbohong! kami sudah tau siapa anda! anda Alan anggota geng Flame yang sekarang bargabung ke dead hunter! sudah lama kami mengintai anda dan teman-teman anda! namun petulangan anda berakhir sekarang!"

"tapi pak! tapi......

"sudah jangan banyak bicara!"

"saya tidak bersalah pak! saya tidak mau ditangkap!"

Alan memukul anggota polisi yang menahannya itu. Ia langsung berlari kabur dari para polisi itu. Seorang polisi menembakkan senjatanya ke atas untuk memberi peringatan.

"jangan bergerak! atau saya tembak!"

Alan langsung menghentikan langkah kakinya dan mengangkat tangannya. Para polisi itu langsung memborgolnya dan memasukkannya ke dalam mobil polisi. Berakhirlah kisah petualangan Alan yang tangguh itu



Di markas Ace, Para polisi dan S.E.F sedang mengintai dari luar keadaan bagian dalam markas Ace itu. Semua polisi dan tim S.E.F mengendap-endap di luar markas Ace. Mereka terlihat bergerak dengan cepat dan rapi. Para anggota Ace yang berada di dalam itu kaget ketika para polisi masuk ke dalam markas dan langsung menangkap mereka. Beberapa diantara mereka ada yang pasrah saja dan langsung diborgol polisi, ada juga yang melarikan diri dan langsung ditembak mati oleh tim S.E.F.

Para anggota Ace itu telah ditangkap oleh polisi dan tim S.E.F. Mereka semua dibawa ke mobil polisi. Di markas Ace lain pun semua polisi berhasil menangkap anggota Ace ini. Kerja keras pihak polisi dan tim S.E.F selama ini untuk terus mencari pesembunyian Ace ini telah membuahkan hasil. Geng Ace yang kuat itu pun sudah runtuh dan hanya tinggal nama. Arthur sang ketuanya pun sedang dalam buruan polisi. Para polisi dan tim S.E.F sudah sampai di tempat Arthur bersembunyi



Sementara itu di hotel tempat Arthur bersembunyi. Arthur sedang merokok dengan santai di balkon hotelnya. Ia melihat jam ditangannya dan bergegas masuk ke dalam kamar. Ia langsung membereskan beberapa pakaian yang ia bawa ke dalam ranselnya. Ia ingin "check out" dari hotel siang itu dan akan pergi ke suatu tempat. Handphone Arthur berbunyi, Arthur hanya melihat handphonenya yang tergeletak di atas tempat tidur

"siapa sih nelpon, lagi sibuk juga," ucap Arthur

Arthur mengambil handphone itu dan mengangkat teleponnya.

"halo! ini siapa?"
"ini gw Arth, Ale!"
"ada apaan?! kok lo kedengeran gak santai gitu,"
"Arth! polisi tahu tempat persembunyian Ace! semua markas kita diserang! gw lagi kabur dari kejaran polisi! Arth mereka tau dimana lo berada! lebih baik lo segera tinggalin hotel.........aaaakh!!.................. jangan tangkap saya!!!! ......................................"

Tiba-tiba telepon itu terputus

"halo! halo! bangsat keputus!" ucap Arthur kesal

Arthur segera mengambil tasnya dan langsung keluar dari kamar hotel. Ia memakai jaket kulit coklatnya dengan tenang lalu berjalan sambil membawa koper dan tas ranselnya. Arthur mempercepat langkah kakinya dan menuju pintu lift untuk turun ke basement dan pergi menggunakan mobilnya. Ia menekan tombol lift itu dan menunggu pintu lift itu terbuka. Sudah cukup lama Arthur menunggu lift itu dan ia mulai merasa jengkel. Ia melihat lift itu masih ada di lantai 2 sedangkan ia ada di lantai 4.

"lama banget nih lift," gumam Arthur

Sekelompok tim S.E.F yang salah satunya Kapten Aryo terlihat keluar dari pintu tangga darurat yang terdapat di ujung koridor hotel. Mereka menuju kamar Arthur dan langsung membuka pintu hotel itu. Mereka memeriksa kamar itu dan tidak menemukan Arthur di dalam kamar hotel.

Di kejauhan Arthur mengintip para tim S.E.F itu. Arthur terlihat begitu ketakutan. Ia terlihat tegang dan bersembunyi di balik tembok. Ia berharap pintu lift itu segera terbuka agar ia bisa langsung menuju mobilnya untuk kabur dari hotel. Kapten Aryo melihat seperti ada seorang yang mencurigakan bersembunyi di balik tembok. Ia mendekati tembok itu dan tiba-tiba Arthur muncul dari balik tembok dan menembaknya dengan telak. Kapten Aryo tertembak di bagian dada dan langsung terjatuh. Para tim S.E.F yang lain langsung menembakkan senjata mereka ke arah Arthur. Arthur langsung bersembunyi di balik tembok. Ia melihat lift sudah sampai di lantai empat. Pintu lift itu pun terbuka dan Arthur langsung masuk ke dalam.

Semua anggota S.E.F itu mengejar Arthur namun pintu lift sudah tertutup. Kapten Aryo yang tertembak itu berdiri kembali dan langsung mengajak rekan-rekannya untuk mengejar Arthur dengan menuruni tangga darurat. Kapten Aryo selamat dari tembakkan itu karena memakai rompi anti peluru.

"lapor! target turun melalui lift bagian utara hotel! segera cegat di semua lantai terutama di bagian basement!" ucap Kapten Aryo



Para anggota S.E.F yang berada di lantai lain itu pun langsung menuju lift bagian utara hotel dan bersiap untuk menangkap Arthur. Di dalam lift Arthur terlihat panik dan memutuskan untuk langsung turun ke basement bagian paling bawah.

"brengsek! gw harus turun di lantai mana!" ucap Arthur kesal

Para tim S.E.F sudah menunggu Arthur di pintu lift utara lantai 1, 2, dan 3. Namun, bagian basement paling bawah masih belum terjaga. Beberapa anggota S.E.F yang menjaga pintu lift itu sedang menuju ke tempat itu dengan sangat cepat. Mereka seakan berlomba dengan Arthur.



Suara lift itu berbunyi dan Arthur turun di lantai basement paling bawah. Ia terlihat begitu waspada dan memeriksa keadaan sekitar. Ia memegang senjata di tangan kanannya sambil membawa koper. Ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya yang terletak satu lantai di atas lantai ini. Anggota S.E.F yang terlambat itu melihat Arthur dan langsung memperingatkan Arthur untuk tidak bergerak.

Arthur langsung berlari membawa kopernya dengan sangat cepat dan para anggota S.E.F itu menembak Arthur. Ketika Arthur berlari, para anggota S.E.F dan Kapten Aryo berdatangan dari berbagai sudut lantai basement. Kapten Aryo langsung menembak Arthur dengan senjatanya. Arthur langsung bersembunyi di balik tembok dan membuka koper yang ia bawa.

Ternyata isi koper itu adalah senjata pelontar bom yang sangat berbahaya dan mematikan. Arthur mengisi senjata itu dengan pelurunya dan langsung menembak kumpulan anggota S.E.F. Tembakkan Arthur mengenai sebuah mobil yang parkir di lantai basement itu dan langsung meledak dengan ledakan yang cukup besar. Beberapa anggota S.E.F itu pun terluka. Adu tembakan pun terjadi dengan sangat sengit. Arthur yang terus menembakkan senjatanya telah banyak meledakkan mobil-mobil yang parkir di lantai basement itu. Para anggota S.E.F dan kapten Aryo pun terlihat kewalahan.

Namun, tiba-tiba suasana menjadi hening. Arthur tidak menembakkan senjatanya lagi. Ia telah kehabisan peluru

"bangsat! pelurunya abis! mati gw di sini!" ucap Arthur

"Arthur! menyerahlah! anda sudah kami kepung! jika anda tidak melawan! kami tidak akan melakukan kekerasan! menyerahlah! anda tidak akan bisa lari!" ucap Kapten Aryo

"diem! diem lo! gw gak mau mati membusuk di tahanan sel! lebih baik gw mati!" ucap Arthur
"sudahlah! perjalanan anda hanya sampai disini! anda sudah banyak meresahkan masyarakat! lebih baik anda menyerah! serahkan diri anda! itu akan menjadi lebih baik!" ucap Kapten Aryo

"diam! gw gak bakal segoblok itu nyerahin diri gw!"

Arthur langsung berlari keluar dari tembok dan menuju mobilnya. Ia berlari dengan sangat cepat. Anggota S.E.F itu menembak Arthur yang berlari itu. Arthur terkena tembakkan di tangannya dan merintih kesakitan, namun ia berhasil kabur. Para anggota S.E.F itu mengejarnya.

Setelah berada di lantai basement tempat menaruh mobilnya, Arthur mempercepat langkahnya untuk pergi menuju mobilnya. Ia melihat dari sisi lain anggota S.E.F berlari mendekatinya. Arthur sangat kaget dan menghentikan langkahnya. Ia melihat kepenjuru arah dan sangat ketakutan ketika ia sadar bahwa para pasukan S.E.F sedang menuju kearahnya dari berbagai penjuru. Arthur langsung mengambil keputusan cepat. Ia melihat seorang perempuan yang ingin pulang siang itu dengan mobilnya. Ia langsung mendekati perempuan itu dan langsung menyandera perempuan muda itu. Para pasukan S.E.F pun tidak bisa berbuat apa-apa ketika Arthur mengancam akan membunuh perempuan itu apabila para pasukan S.E.F mendekat

"jangan mendekat atau perempuan ini mati! jatuhkan senjata kalian!" ucap Arthur

"jangan! jangan melakukan tindakan bodoh! anda pasti sudah sadar walau bagaimanapun anda sudah kalah!" ucap Kapten Aryo
"siapa bilang gw kalah! gw ini gak bakal kalah! gw ini Arthur! gw gak bisa kalah!"

"lebih baik anda berpikir jernih dan tidak melakukan tindakan ceroboh seperti ini! lebih baik anda menyerah sekarang!"

"diam! jatuhkan senjata kalian! atau gw bunuh dia!"

Arthur menarik pelatuk pistolnya dan bersiap untuk menembak.

"gw itung sampe hitungan ketiga! kalo kalian gak mau nurutin apa kata gw! cewe ini bakal mati!" ucap Arthur

Para anggota S.E.F itu saling berpandangan dan terpojok. Mereka harus memikirkan taktik agar tidak kalah posisi dengan Arthur. Namun bagi mereka, nyawa orang sipil adalah yang terpenting

"ok! kami akan menjatuhkan senjata! tapi jangan bunuh perempuan itu!" ucap Kapten Aryo

Para tim S.E.F itu pun menaruh senjata mereka di lantai. Arthur langsung mendorong perempuan yang ia sandera dan masuk ke dalam mobil. Ia langsung kabur dari tempat itu. Semua anggota S.E.F menembaknya. Kapten Aryo langsung berlari mengejarnya. Ia keluar dari basement hotel.

"sial! saya harus cepat mengejar Arthur!" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo melihat seseorang menggunakan motor sport hitam menuju ke arahnya. Ia langsung menghentikan motor itu dan menunjukkan identitas polisinya. Pengendara motor itu pun langsung turun dan memberikan motornya. Kapten Aryo melepas helm khusus kepolisiannya dan memakai helm motor itu. Kapten Aryo langsung mengendarai motor itu dengan sangat cepat untuk mengejar mobil Arthur. Semua polisi dan tim S.E.F lain mengejarnya. Helikopter polisi pun terlihat terus mengejar mobil Arthur dan memantau pergerakan arah mobil Arthur dari bagian atas. Seorang petugas polisi di helikopter itu berbicara melalui radionya

"semua unit! target menuju jalan tol kota! segera bergerak ke arah sana!"

Para anggota polisi yang menggunakan mobil itu bergerak cepat menuju tol kota untuk mengejar Arthur. Sementara itu kapten Aryo terus mengejar Arthur dengan motornya. Ia terlihat sangat cepat mengendarai motor itu. Ia terus menyusul mobil-mobil yang ada di depannya.

"saya harus membuat ini setimpal! kematian orang tua saya harus terbalas!" gumam Kapten Aryo

Motor Kapten Aryo terus melaju dengan cepat dan berhasil sampai tepat di belakang mobil Arthur. Kapten Aryo mengambil pistolnya dan langsung menembak mobil Arthur dari bagian belakang. Kaca mobil Arthur pun pecah.

"bangsat! gak ada nyerahnya tuh polisi brengsek!" ucap Arthur keras

Arthur terus mengendarai mobilnya dengan sangat cepat dan masuk ke pintu tol. Ia memilih pintu tol yang tidak ada antrian mobil dan langsung menerobos pintu tol itu. Kapten Aryo terus mengejarnya. Petugas pintu tol itu melihat Arthur dan Kapten Aryo yang menerobos pintu tol itu.

"dasar orang jaman sekarang! main terobos-terobos ae!" ucap petugas pintu tol itu


Arthur terus memacu mobilnya dengan cepat. Ia menembak Kapten Aryo yang berada tidak jauh di sebelahnya. Namun karena sambil menyetir mobil dan tidak konsentrasi, tembakkan itu tidak satu pun yang berhasil mengenai Kapten Aryo. Kapten Aryo membidik ban mobil Arthur dan menembaknya. Ban mobil itu pecah dan membuat mobil Arthur tidak terkendali. Mobil Arthur menabrak mobil depan dan terguling berkali-kali dan melintang di tengah jalan. Kondisi mobil itu rusak berat. Semua mobil di jalanan tol itu pun menghentikan mobilnya. Kapten Aryo menghentikan motornya dan turun mendekati Arthur. Ia melepas helmnya.

Arthur yang terluka parah dan terlihat sekarat itu keluar dari mobil dengan lemas. Ia sudah dalam kondisi kritis.

"kenapa............akhirnya kaya gini, gw.........gak mungkin kalah............" ucap Arthur

Kapten Aryo mendekati Arthur

"sudah berakhir perjalanan seorang kriminal keji seperti anda! berakhir hari ini!" ucap Kapten Aryo

"kenapa lo pengen banget nangkep gw hah? masih banyak penjahat lain kan," ucap Arthur lemas

"anda adalah buronan utama kami selain Cesar, Bimo dan Karin! Alan sudah tertangkap! dan berikutnya adalah anda! penjahat kejam seperti anda memang akan selalu berakhir seperti ini!" ucap Kapten Aryo

"tapi......sebelum lo nangkep gw......."

Arthur tiba-tiba mengambil senjatanya dan ingin menembak Kapten Aryo. Namun, berulang kali ia mencoba ternyata tidak bisa. Peluru di pistol Arthur telah habis.

"ah.....breng....sek...." ucap Arthur lemas


Para polisi dan tim S.E.F telah sampai di jalanan tol itu. Mereka melihat kapten Aryo berdiri tepat di hadapan Arthur yang berlutut itu. Semua polisi itu hanya terdiam menyaksikan. Para pengemudi mobil itu pun keluar dari mobilnya sambil melihat siapa orang yang ingin ditangkap polisi itu. Mereka juga ingin melihat langsung proses penangkapan ini yang jarang mereka lihat secara langsung.

"saya jadi ingat kejadian sore itu ketika seorang dead hunter membunuh orang tua saya," ucap Kapten Aryo
"apa maksut lo?" ucap Arthur

"orang dead hunter itu bilang dia membalaskan kematian adiknya yang tewas karena dibunuh oleh ayah saya,"
"Danis? lo......Kapten rendra?" ucap Arthur

Arthur memperhatikan wajah Kapten Aryo yang mirip dengan ayahnya Kapten Rendra

"kenapa wajah lo mirip kapten Rendra! siapa lo!" ucap Arthur
"gw anak dari kapten Rendra yang kalian bunuh," ucap Kapten Aryo

Arthur hanya tertawa

"ternyata gw berakhir di tangan anaknya Rendra itu, ternyata bener kata Robin, si Rendra itu punya anak, tapi sore itu dia gak nemuin lo.........terus........sekarang lo mau balas dendam dan bunuh gw?" ucap Arthur

Kapten Aryo membidikkan senjatanya ke arah Arthur. Matanya sangat fokus dan menggambarkan kebencian yang kental. Arthur hanya tersenyum santai. Ia sudah pasrah. Namun Kapten Aryo tidak menembakkan pistolnya. Ia masih memiliki jiwa yang besar dan pemaaf

"saya bukan pembunuh, saya lebih senang melihat anda membusuk di penjara," ucap Kapten Aryo

Kapten Aryo berjalan meninggalkan Arthur. Kapten Aryo mengira Arthur sudah kehabisan peluru dan sudah kalah, namun Arthur mengeluarkan senjata cadangannya yang disembunyikan di bagian belakang celananya. Ia membidikkan senjatanya ke arah Kapten Aryo dan akan menembaknya. Sebelum Arthur sempat menembak, semua polisi dan anggota S.E.F itu menembaknya dari berbagai penjuru. Arthur tertembak dengan telak dan langsung tewas seketika. Berakhirlah kehidupan dan pejalanan seorang animus bertopeng merah yang serakah itu

Kapten Aryo hanya melihat Arthur yang telah tewas itu. Ia terdiam dan bersedih. Ia sebenarnya tidak ingin Arthur mati. Kapten Aryo adalah orang yang sangat berjiwa besar dan ikhlas dengan apapun yang terjadi dengan orang tuanya. Ia bukan orang pendendam seperti Bimo. Ia tahu dendam tidak akan memberi jalan keluar, namun sebaliknya dendam akan membawa dirinya ke lembah hitam yang lebih menyakitkan

Sore itu matahari membentuk warna jingga yang terlihat indah. Jalanan tol itu dipenuhi suara sirine mobil polisi yang telah berhasil melumpuhkan buronan besar Arthur. Para orang media mulai berdatangan untuk melihat kematian Arthur sang pemimpin Ace itu. Mereka tidak pernah melihat wajah asli Arthur karena Arthur selalu memakai topeng dan menyamar.

Para orang media memenuhi jalanan tol itu untuk memberitakan langsung kematian Arthur sang animus. Para polisi menghalangi para orang media itu agar mereka tidak mendekat ke TKP. Jalanan tol itu pun sangat macet. Para polisi mengatur jalanan untuk kembali menjadi lancar. Beberapa polisi lain mengangkat mayat Arthur yang penuh darah itu. Mereka memasukkan mayat Arthur ke mobil ambulan. Mobil Ambulan itu pun pergi meninggalkan TKP. Perjalanan Arthur berakhir hari itu, kekejaman dan keserakahannya tidak akan ada lagi. Seberapa pun hebatnya Arthur, ia tetap saja bisa terkalahkan. Selamat jalan Arthur

Sabtu, 28 November 2009

34. Ace vs Dead Hunter Day 2- Night of Tragedy

Malam itu di markas persembunyian Dead Hunter, Sagil bersama Cesar sedang menyusun rencana untuk mengalahkan Ace

"jumlah wilayah yang kita kuasai sekarang tinggal 4 Sar, dan wilayah yang dikuasai Ace ada 11 wilayah, kondisi kita semakin buruk sar, jumlah anggota kita sudah berkurang cukup banyak, dengan situasi seperti ini kita bisa kalah," ucap Sagil

"jadi kita harus bagaimana? Alan juga udah tewas, wilayah kita semakin sedikit, gw bingung gil," ucap Cesar

"gw punya rencana bagus sar," ucap Sagil
"rencana apa?"

"malam ini kita serang wilayah Ace! kita lakukan serangan di malam hari supaya Ace kaget dan tidak siap!" ucap Sagil
"jadi maksut lo kita manfaatin kelengahan Ace di malam hari?"
"betul sar! di malam hari mereka pasti tidak begitu siaga kan! paling nggak kita bisa rebut beberapa wilayahnya," ucap Sagil

"gw setuju sama lo! cepet siapin anak-anak! kita beraksi malam ini!" ucap Cesar
"ok sar!"


Malam itu para dead hunter akan melakukan serangan mendadak ke wilayah kekuasaan Ace. Semua dead hunter itu menggunakan mobilnya untuk menyerang Ace malam itu. Lampu-lampu kendaraan dead hunter menerangi gelapnya malam itu. Cesar dan Sagil ada di satu mobil dan mereka menuju wilayah 2 milik Ace

Di dalam mobil

"semua senjata udah dibawa gil?" ucap Cesar
"udah gw bawa semua, tenang aja sar," ucap Sagil
"bagus! malam ini kita hancurkan Ace!" ucap Cesar

Semua mobil dead hunter itu pun melaju kendaraannya lebih cepat



Sementara itu di wilayah 2 milik Ace, para anggota Ace itu sedang mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan mereka merebut sejumlah wilayah milik dead hunter. Arthur berada di tengah-tengah mereka. Ia berdiri di panggung besar yang terletak di bagian depan ruangan

"selamat malam teman-teman semua!" ucap Arthur keras

Semua anggota Flame itu pun menyambut salam dari ketua mereka itu

"malam ini! malam yang sudah kita tunggu-tunggu! kita telah berhasil merebut banyak wilayah dead hunter! sebentar lagi kita bisa mengalahkan dead hunter! setelah dead hunter mati, kitalah penguasa semua wilayah! kitalah geng terkuat! kita, Ace akan terus ada dan tak akan pernah mati! hidup Ace!

Semua anggota Ace yang berjumlah cukup banyak itu bersorak keras mendukung sang ketua mereka, Arthur

"ok! teman-teman! sebagai rasa terima kasih gw! kalian boleh menikmati semua yang ada disini! gw udah siapin semua ini untuk kalian! pendukung setia Ace! ambil semua yang kalian mau! ini untuk kalian!" ucap Arthur keras

Semua anggota Ace itu pun langsung mengambil sejumlah botol bir yang tersedia di meja, ada yang memesan makanan di bar, ada yang menari-nari bersama teman-temannya dan pasangannya. Suasana di markas Ace itu begitu meriah, semua anggota Ace sangat bergembira malam itu. Mereka tidak pernah tahu bahwa musuh terbesar mereka, Dead Hunter akan menyerang wilayah itu sebentar lagi

Arthur berjalan mendekati Bimo dan Karin yang sedang bermain poker bersama teman-teman anggota Ace

"boleh gw gabung?" ucap Arthur
"kemana aja Arth? santai lah disini sama kita, lo main ya? kita lagi main poker nih," ucap Bimo
"boleh, kalo soal poker gw jagonya mo, ya nggak rin? gw jago kan?" ucap Arthur
"biasa aja, gw lebih jago Arth, gw udah menang 4 kali tadi," ucap Karin

"ok kita liat aja," ucap Arthur

Bimo pun membagi kartu itu, semua pemain mendapatkan kartunya masing-masing

"bener kan apa gw bilang, gw emang hoki! menang dah gw nih!" ucap Arthur
"jangan seneng dulu Arth...nih gw tambah uang taruhan gw!" ucap Bimo
"ok gw ikut," ucap Karin
"gw nggak," ucap pemain lain
"gw ikut,"

Permainan pun berlangsung cukup lama dan pada akhirnya Arthur memenangkan permainan itu

"bener kan gw menang, gw jago kalo maen poker, lo semua gak ada apa-apanya," ucap Arthur
"sial, duit gw abis," ucap Bimo
"lagian semua ditaruhin," ucap Karin
"gw kira si Arthur gak punya kartu bagus, soalnya kartu gw udah lumayan bagus tadi," ucap Bimo


Di bagian lain, The ghost dan Alvo sedang minum-minum bersama, mereka berada di pojokan ruangan yang agak gelap

"cih ribut gini suasananya, gw paling nggak suka, buat telinga gw sakit!" ucap Leonard
"namanya juga pesta, gimana sih lo! santai dikit lah!" ucap Alvo
"gw males nih lama-lama disini, gw mau balik," ucap Red
"ngapain lo balik? gak asik amat," ucap Gavin
"gw benci pesta," ucap Red

Red pun berjalan pergi

"gw juga balik ke markas," ucap Zen

Zen pun mengikuti Red yang pergi itu

"yah, tinggal bertiga gini," ucap Gavin
"lebih baik kita ritual aja di markas, ayo cabut," ucap Leonard
"ok deh kalo gitu," ucap Gavin

Leonard dan Gavin pun pergi meninggalkan tempat itu

Alvo bingung melihat teman-temannya pergi meninggalkannya, ia menghabiskan air minumnya dan langsung berjalan menuju Arthur

"setan tuh orang-orang! gak santai banget sih! tiba-tiba pulang gitu," gumam Alvo

Arthur yang sedang ngobrol dengan orang-orang Ace menoleh ke arah Alvo

"ada apa vo?" ucap Arthur
"gw mau balik,"
"cepet banget! santai dulu lah disini, makanan belum abis tuh, makan lagi lah, atau lo bisa maen tuh sama anak-anak," ucap Arthur
"nggak deh Arth, gw mau ritual sama anak-anak ghost, emang resek banget tuh orang-orang, gak bisa santai dikit aja," ucap Alvo

"gapapa si, tapi sebenernya gw agak keberatan kalo lo balik," ucap Arthur
"emang kenapa?"
"gw takut aja kalo nanti tiba-tiba dead hunter nyerang,"

Alvo dan Arthur terdiam sejenak lalu mereka tertawa terbahak-bahak

"tai lo Arth! masih aja malem-malem gini dead hunter nyerang kita? dah tidur kali tuh orang-orang, dah jam 1 pagi gini! masa dia mikirin perang mulu! gimana si lo ah," ucap Alvo

"emang bener sih, pagi-pagi siapa yang mau nyerang kita? orang ronda?" ucap Arthur

Alvo dan Arthur kembali tertawa terbahak-bahak

"gila lo emang Arth, dah ah gw balik, sampe ketemu besok Arth!" ucap Alvo
"ok vo!" ucap Arthur



Di sisi lain, Kapten Ivan sedang mabuk bersama para wanita PSK yang duduk tepat di sebelahnya.

"sayang, ayo minum lagi, abis ini kita main ya," ucap Kapten Ivan mabuk
"aduh kapten, udah kebanyakan minum ah, ayo kita langsung main aja," ucap wanita PSK
"hehehe.....kamu manis deh.......kita main berdua apa rame-rame?" ucap Kapten Ivan
"maunya?"

Kapten Ivan meminum minuman kerasnya

"hmm........bedua aja ya, lebih murah kan? hehehehe" ucap Kapten Ivan
"dasar tua-tua pelit," ucap wanita PSK itu pelan
"ayo sayang," ucap Kapten Ivan

Kapten Ivan dan wanita PSK itu pun pergi ke sebuah kamar


Tidak jauh dari tempat Kapten Ivan berada, Arthur sedang bermain lempar pisau dengan teman-teman anggota Acenya. Para anggora Ace itu berkumpul untuk melihat Arthur bermain. Sasaran lempar permainan itu adalah boneka yang cukup besar dan bertuliskan "dead hunter" di tubuhnya. Ada juga yang bertuliskan "The Flame" dan "S.E.F"

Arthur mengambil ancang-ancang untuk melempar pisau yang ada ditangannya. Ia menarik nafasnya dan langsung melempar pisau itu dengan kuat. Pisau itu menancap di kepala boneka yang bertuliskan "S.E.F"

"untuk Felix dan Theo," ucap Arthur

Bimo menghampiri Arthur

"gw minta pisau itu," ucap Bimo
"satu cukup?" ucap Arthur
"tiga," ucap Bimo

Arthur memberikan tiga pisau kepada Bimo, lalu Bimo melempar satu per satu ketiga pisau itu ke boneka yang bertuliskan "The Flame"

"itu untuk nyokap gw, bokap gw dan adik gw Eva!" ucap Bimo

"lo benci banget ya sama Flame mo?" ucap Arthur
"gw benci banget,"
"sekarang anggota Flame udah mati semua, lo seneng gak? lo puas mo?" ucap Arthur

"gw gak tahu apa arti perasaan ini, gw ngerasa kosong Arth, apa gw lakuin tindakan yang bener Arth? apa semestinya gw harus balas dendam? kalo lo jadi gw, lo bakal ngapain Arth? apa harus gw maafin bajingan kaya mereka? kenapa hidup gw begitu buruk, gw pengen seperti anak-anak lain yang hidupnya bahagia Arth," ucap Bimo

"lo ga bahagia hidup sebagai Ace mo?" ucap Arthur
"gw gak tahu Arth,"

Bimo lalu pergi meninggalkan Arthur, Arthur hanya terdiam



Di mobil dead hunter

"sebentar lagi kita sampe di wilayah 2 gil! anak-anak lain udah pada siap kan?" ucap Cesar
"udah, semua anak-anak di mobil belakang udah pada siap sar!" ucap Sagil
"bagus! cepat lo bersiap! sebentar lagi kita sampai!"
"ok!" ucap Sagil

Sagil mengambil pistolnya dan mengisinya dengan peluru. Para dead hunter yang menyerang wilayah 2 Ace itu berjumlah sekitar 20 orang dengan menggunakan 4 mobil. Mereka lalu berhenti di depan wilayah 2 Ace itu. Cesar dan para anggota dead hunter turun dari mobilnya. Mereka mendekati markas Ace itu dan mengintip dari balik jendela

"kayaknya rame banget di dalem," ucap Cesar
"iya, lagi ada pesta," ucap Sagil
"ok gimana rencananya gil?" ucap Cesar

"gini.....mereka gak tahu kita nyerang kan, terus mereka sedang berada di satu wilayah, mereka sedang berkumpul, itu mempermudah kita, jadi beberapa diantara kita ada yang matiin listrik gedung ini biar mereka semua kaget, terus kita masuk diem-diem dan kita langsung serang Ace! gw bakal ngurus si Karin, dia bakal gw sandera! kalo Karin dah kita sandera, Bimo dan Arthur gak bakal berkutik! kalo Bimo dan Arthur gak berkutik......................"

"kalo mereka gak berkutik kenapa?" ucap anggota dead hunter

"Ace mati,"


"rencana yang bagus gil! jadi semua harus ada di posisi masing-masing, lo dari belakang, gw dari depan, dan Sagil dari samping langsung deketin si Karin, semua ini harus dilakukan pada saat lampu mati," ucap Arthur
"ok ayo semua bergerak!" ucap Sagil


Para dead hunter itu pun berpencar, salah satu diantara mereka mematikan listrik yang terdapat di bagian belakang gedung, dan sisa dead hunter yang lain bergerak untuk mengepung gedung itu dari semua sisi


Di dalam gedung

Arthur berjalan naik ke atas panggung

"ok! temen-temen dengerin gw dulu! acara ini udah mau abis! tapi sebelum itu gw mau kasih tau rencana kita besok untuk menyerang Ace! ada yang mau kasih ide?!" ucap Arthur

"menurut gw besok kita abisin aja semua markas dead hunter! biar langsung mati tuh dead hunter! ya ga temen-temen!" ucap anggota Ace

Suasana menjadi ribut seketika

"diam! diam!..............gw setuju sama lo, tapi gak segampang itu nyerang dead hunter! kita harus cari Cesar dan bunuh dia! kalo dia udah mati, dead hunter menjadi milik kita!

"gw setuju sama lo Arth! kita harus bunuh Cesar! besok kita bunuh Cesar!" ucap Bimo yang tiba-tiba naik keatas panggung

Semua anggota Ace bersorak tanda setuju dengan perkataan Bimo

"ok temen-temen, seperti yang Bimo bilang, jadi rencana kita besok adalah membunuh Cesar!

Tiba-tiba lampu padam

Suasana ruangan pun menjadi ribut dan semua orang Ace bingung karena kejadian ini. Semua ruangan itu menjadi gelap

"wah kenapa nih?"
"ada apa nih?"
"siapa yang matiin lampu"

"tenang! tenang! ini cuma kesalahan teknis! bentar gw panggil dulu orang buat nyalain lampunya," ucap Arthur


"gak perlu Arth!"

"suara siapa itu? kayaknya gak asing sama gw," ucap Arthur

"kita udah lama kenal Arth, masa lo gak kenal sama gw?"

"siapa? siapa lo?!"

"lo bener mau tau gw Arth? lo bakal nyesel Arth kalo tau gw!"

"siapa lo bangsat! cepet kasih tau nama lo!"

"Cesar!"

Semua anggota Ace kaget bukan main ketika Cesar menyebutkan namanya, ruangan itu sangat gelap dan sangat sulit untuk melihat benda apapun.

"jangan bercanda lo! lo kira gw gampang ditipu! Cesar gak bakal kesini goblok!" ucap Arthur


Lampu pun kembali menyala

"siapa bilang gw gak bakal kesini Arth?" ucap Cesar

Arthur sangat kaget ketika melihat Cesar berada tidak jauh di depannya. Sagil yang berada di samping Cesar telah menyandra Karin yang terus memberontak. Semua dead hunter yang lain pun mengarahkan senjata mereka ke orang-orang Ace dari semua sisi gedung. Ace telah terpojok malam itu. Arthur dan Bimo pun tidak bisa apa-apa karena Karin disandera oleh Sagil

"lepasin Karin!" ucap Bimo
"gak bakal gw lepasin mo!" ucap Sagil
"terus mau lo apa kalo gitu?" ucap Bimo

"gw mau Ace menyerah ke Dead Hunter!" ucap Cesar
"gak bakal gw nyerah sama lo sar!" ucap Arthur

"ooh.......gitu??! lo mau adek lo mati mo?" ucap Cesar

"jangan! jangan bunuh adek gw! gw bakal nurutin semua kata lo!" ucap Bimo
"apasi lo mo! udah bunuh aja! gw gak mau nyerah ke dead hunter! bunuh aja si Karin," ucap Arthur
"apa maksut lo Arth? kenapa lo kaya gini? Karin itu adek gw! adek temen lo!" ucap Bimo

"gw gak peduli! yang gw peduli cuma Ace! Ace gak boleh kalah! gw gak boleh kalah! gw harus menang! gw gak peduli sama nyawa lo atau Karin!" ucap Arthur

"ternyata lo kaya gini Arth?! lo gak setia kawan Arth?! dulu gw pernah nolong lo! lo utang nyawa sama gw!" ucap Bimo

"Bacot!"

Arthur memukul Bimo hingga membuat Bimo terjatuh ke lantai

"Arth?! lo....." ucap Bimo
"utang? utang apa?! lo udah gw jadiin animus pun udah lebih dari untung kan! jadi gw utang apa sama lo! lo yang harus berterima kasih sama gw! jangan macem-macem sama gw!" ucap Arthur


Cesar hanya tertawa melihat perpecahan dalam diri Ace

"Arthur...........Arthur.........,dari dulu emang lo gak pernah berubah, lo terlalu haus akan kekuasaan dan berkhianat dengan temen lo sendiri untuk mencapai itu, lo itu salah Arth," ucap Cesar

"udah jangan banyak omong! bunuh aja tuh si Karin abis itu cabut dari sini! gw gak bakal mau nyerah sama dead hunter!" ucap Arthur

"ok! gw minta sekali lagi, lo mau nyerah Arth? mo?" ucap Cesar

"gw mau! gw mohon jangan bunuh Karin!" ucap Bimo
"nggak, sampai kapan pun," ucap Arthur

"hmm.........kalo gitu jawabannya kalian ga mau nyerah, sori mo........"

Sagil, Cesar dan teman-temannya menembak para anggota Ace yang berada di ruangan itu. Suara tembakan yang berdesing memenuhi ruangan malam itu. Darah dari orang-orang Ace itu memenuhi seluruh ruangan itu. Tembok dan lantai ruangan itu dipenuhi darah merah yang pekat. Peluru-peluru kosong banyak bergeletakan di lantai.


"liat....semua anggota Ace udah mati, gw sengaja gak bunuh Karin dulu, gw cuma mau ngasih tau kalo gw ini serius, gw nggak segan-segan bunuh Karin kalo lo tetep gak mau nyerah Arth," ucap Cesar

"Arth gw mohon nyerah, gw mohon Arth.....gw gak mau Karin mati Arth," ucap Bimo
"berisik! gak bakal gw nyerah! bunuh aja si Karin! gw gak peduli!" ucap Arthur

"kasian banget lo mo, semestinya dari dulu lo gak gabung sama Ace, lo udah salah ambil keputusan mo," ucap Cesar

"Arth! kenapa lo jadi gini! gw kira kita sahabat Arth! kita ini teman Arth! kita semestinya saling melindungi! bukan saling mengkhianati seperti ini!" ucap Karin yang disandera oleh Sagil itu

"kalian emang temen gw.....gw emang peduli sama kalian, tapi gw lebih peduli sama kekuasaan gw dan Ace! yang penting gw gak kalah! gw gak bakal nyerah sama Cesar!" ucap Arthur

"egois lo Arth! gw gak nyangka ternyata lo kaya gini!" ucap Karin

Arthur hanya tersenyum dengan licik

"jadi gimana sar? lo bingung kan? lo bunuh aja tuh si Karin, gw gak bakal mau nyerah sama lo sar!" ucap Arthur

"lo yakin Arth? lebih baik lo nyerah aja! kalo lo nyerah Karin gak bakal mati! gimana? ini kesempatan yang terakhir, kalo jawaban lo tetep ga mau nyerah, Karin mati!" ucap Cesar

"gw gak mau nyerah," ucap Arthur
"ok, udah jelas kalo gitu, bunuh Karin gil!"
"jangan!!! jangan bunuh Karin!" Bimo berteriak


DAR!

Kapten Ivan terlihat menembakkan pistolnya. Sagil merintih kesakitan karena tertembak di bagian punggung oleh Kapten Ivan itu. Cesar kaget melihat Kapten Ivan menembak Sagil. Sagil terjatuh dan Karin langsung berlari mendekati Bimo. Para Anggota Dead hunter langsung menembak Arthur, Bimo dan Karin yang berlari keluar gedung. Kapten Ivan pun tertembak oleh para geng dead hunter itu dan langsung tewas. Cesar mendekati Sagil dan melihat Sagil sudah tak bernyawa lagi. Cesar pun berlari untuk mengejar Arthur yang kabur itu

"jangan lari lo Arth!" ucap Cesar berteriak

Cesar menembak Arthur dari jauh, Arthur berlari dengan cepat dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Arthur kabur malam itu tanpa kedua sahabatnya Bimo dan Karin


Sementara itu Bimo dan Karin sedang kabur dari pengejaran para dead hunter itu. Mereka terus masuk ke dalam hutan gelap itu untuk berlari dari kejaran dead hunter. Para dead hunter yang berjumlah sekitar 15 orang terus mencari Bimo dan Karin yang bersembunyi itu.

"mana lagi nih si Bimo sama Karin?!" ucap anggota dead hunter
"di sini juga ga ada" ucap dead hunter yang lain
"percuma kalo gelap gini nyarinya, kita balik aja,"
"ok kalo gitu!"

Para anggota dead hunter itu pun kembali ke markas Ace. Bimo dan Karin terlihat kelelahan dan sedang bersembunyi di balik pohon besar yang terdapat di hutan itu.

"kayanya udah aman," ucap Bimo
"iya....untung mereka gak tahu kalo kita di sini," ucap Karin
"gw gak ngerti sama Arthur, ternyata dia gak seperti apa yang gw kira selama ini," ucap Bimo
"jangan sampe kita berhubungan sama dia lagi, gw udah benci sama dia, dia cuma mikirin diri sendiri! gak pernah mikirin sahabatnya!" ucap Karin
"dia itu emang terlalu haus akan kekuasaan, demi kekuasaan Ace dia rela ngelakuin apa pun," ucap Bimo
"ya udah lah, kita balik ke rumah kakek aja," ucap Karin
"ok! kita cari tempat penginapan dulu, besok pagi baru kita ke rumah kakek" ucap Bimo

Bimo dan Karin pun berjalan pergi dari hutan itu


Para dead hunter dan Cesar pun pergi dari markas Ace itu setelah membakar gedung markas Ace itu. Cesar dan dead hunter telah kehilangan Sagil malam itu. Ace pun mengalami perpecahan setelah pengkhianatan Arthur dengan kedua temannya Bimo dan Karin. Para animus itu pun memilih jalannya sendiri-sendiri mulai malam itu.



Satu jam setelah kejadian tragis di markas Ace

Arthur menyetir mobilnya malam itu dengan sangat cepat. Ia menuju rumah kakek Bimo dan Karin. Tak lama ia pun sampai di rumah kakek Bimo dan menghentikan mobilnya tepat di depan rumah kakek Bimo. Arthur keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah. Arthur mengetuk pintu rumah itu. Tak lama kakek Bimo pun membukakan pintu itu

"Arth...sudah pulang? sudah selesai pestanya? segeralah tidur, sudah jam 3 pagi......Bimo sama Karin mana?" ucap kakek Bimo
"Bimo sama Karin sebentar lagi datang, mereka tidak pulang bareng saya," ucap Arthur
"oh begitu, yasudah istirahatlah Arth,"

Arthur berjalan masuk ke rumah dan menuju ruang bawah tanah untuk mengambil senjata-senjatanya dan perlengkapan lain milik Ace. Arthur memasukkan semua senjata dan amunisinya ke dalam tas ransel besar yang ia bawa. Ia juga mengambil semua barang-barang miliknya dan segera pergi dari ruang bawah tanah itu. Kakek Bimo menghampirinya

"Arth kenapa semua barang-barang kamu bawa? kamu mau pindah dari rumah ini?" ucap Kakek Bimo
"iya kek, saya dan Bimo sudah bukan teman lagi," ucap Arthur
"apa maksutmu Arth?"
"Bimo mengkhianati saya, tadi pada saat pesta, dead hunter menyerang, saya terpojok tadi, tapi Bimo dan Karin mengacuhkan saya sehingga saya hampir terbunuh, saya muak dengan mereka, saya ingin pergi dari sini," ucap Arthur berbohong

"Bimo tidak seperti itu, kakek yakin dia tidak akan berkhianat Arth,"
"sudah lah kek, Bimo itu tidak seperti yang kakek kira," ucap Arthur
"jadi kamu mau pergi Arth?"
"iya kek, tapi sebelum itu berikan saya pelukan terakhir kek, mungkin kita tidak akan bertemu lagi," ucap Arthur

Kakek pun memeluk Arthur dengan erat. Arthur yang licik itu langsung menembak kakek Bimo dengan pistolnya pada saat memeluknya. Kakek Bimo kaget bukan main dan melihat Arthur sejenak

"ke.......kenapa Arth?" ucap kakek Bimo
"maafkan saya kek," ucap Arthur dengan wajah dingin

Kakek Bimo pun terjatuh dan langsung meninggal. Arthur berjalan keluar rumah dan langsung pergi meninggalkan rumah itu. Malam yang diawali dengan kebahagiaan dari anggota Ace yang berpesta itu berakhir dengan penuh tragedi ketika para animus itu pecah dan menjadi bermusuhan. Ace yang kuat itu telah terpecah menjadi dua kubu, yaitu kubu Arthur dan kubu Bimo, Karin. Pengkhianatan Arthur yang licik dan haus akan kekuasaan itulah pemicu dari perpecahan Ace ini. Arthur tersenyum licik sambil mengendarai mobilnya. Perlahan mobil Arthur hilang dibalik gelapnya hutan.

Rabu, 25 November 2009

**My new novel after "petualangan Irham"

Gw udah punya ide untuk bikin novel baru selain petualangan irham. Petualangan Irham bakal ada lanjutannya, tapi setelah edisi 1 ini tamat gw bakal bikin novel baru yang beda dari novel petualangan irham ini. Gw mau buat novel tentang perjalanan seorang legenda sepak bola dari dia kecil sampe jadi legenda sepak bola yang terkenal di dunia.

Karakter utamanya ya legenda sepak bola ini, dia ceritanya dari Indonesia gitu, dari kecil hobi maen bola terus ikut klub bola, sampai jadi profesional, terus masuk ke timnas, terus berhasil bawa timnas indonesia ke piala dunia, gitu-gitu lah, mungkin mirip-mirip captain tsubasa kali ya, haha, tapi ini lebih ada dramatisasi nya, ada pesan moral, perjuangan hidup, gitulah. Intinya tentang legenda sepak bola yang tadinya orang biasa aja, terus jadi orang terkenal banget sekelas Pele atau maradona gitu. Ya jelas ini emang fiksi, tapi yang jelas gak bakal ada kata-kata kasar kaya di petualangan irham, hmm....mungkin di novel ini gw pake bahasa inggris biar nyaingin novel harpot gitu, ya kali, bisa mampus gw kalo pake bahasa inggris, bahasa indo aja susah, haha,


ditunggu ya novelnya! dijamin lebih mantap dari petualangan irham! see ya!

Jumat, 20 November 2009

33. Ace vs Dead Hunter Day 1- The coup of the two gangster

Seminggu setelah kejadian pembunuhan di markas Flame. Beberapa anak geng sedang mencoret-coret tembok dengan pilox mereka

"dibagian sini dah beres! tulisannya gimana? artistik abis kan?"
"hmm.....bagus sih.............yang lain juga udah beres, ayo cabut ke markas, kita ketemu sama bos Arthur,"
"ok! dengan begini kita berhasil nguasain daerah sini! daerah lain harus kita ambil dari tangan dead hunter!"

Para anak geng bawahan Ace itu pergi meninggalkan tembok yang bertuliskan "Ace's territory"

Tanda tulisan itu menunjukkan daerah kekuasaan dari sebuah geng. Dengan membuat tulisan itu, Ace telah mengambil alih wilayah itu dari tangan dead hunter. Ace dan dead hunter terus saling berusaha untuk memperluas wilayah mereka dengan saling berebut wilayah kekuasaan satu sama lain



Siang itu di suatu tempat yang sepi. Sekumpulan geng sedang menjaga daerah mereka. Mereka ini adalah geng bawahan Ace.

"Arthur bilang kita harus jaga daerah ini, jangan sampe dead hunter itu ngambil daerah ini! sekarang kita sedang berperang melawan mereka! satu-satunya jalan untuk menang adalah kita harus menguasai banyak daerah untuk dijadikan basecamp kita! siapa pun yang berjaket abu-abu bertuliskan dead hunter, bunuh!"
"itu liat di depan....mobil itu......"

Semua anggota geng bawahan Ace itu melihat sekumpulan dead hunter dengan motor dan mobil nya mendekati mereka. Dua mobil dan tiga motor dead hunter telah menyerang wilayah kekuasaan Ace. Pasukan dead hunter yang menyerang berjumlah 10 orang

"cepat! cepat! siapkan senjata! serang mereka!"


Semua anggota Ace itu menembak para dead hunter itu. Beberapa dead hunter yang menggunakan motor langsung jatuh karena tertembak. Para dead hunter yang menggunakan mobil itu melaju lebih cepat ke arah para anggota Ace berdiri. Mereka menghentikan mobilnya lalu keluar dari mobil. Mereka menembakkan pistolnya ke arah anggota Ace itu.

"bangsat! bunuh semua! bunuh Ace! tembak!"

Semua anggota dead hunter itu bersembunyi di belakang mobil mereka dan menembakkan pistolnya ke arah anggota Ace. Duel senjata pun tak terelakkan. Satu per satu anggota Ace jatuh terkena tembakkan dead hunter.

Tak lama duel tembak menembak itu pun usai. Satu orang yang tersisa dari Ace bersembunyi di belakang bak sampah yang besar. Ia ketakutan. Para dead hunter yang tersisa 5 orang mendekati anggota Ace itu.

"dimana Arthur bersembunyi?" ucap anggota dead hunter itu
"gw gak tahu,"
"jangan bohong! kalo lo ngasih tau, lo gak bakal mati hari ini!"
"gw bener-bener gak tahu, lagipula kalo gw tahu, gw gak bakal ngasih tau sama lo dead hunter anjing!"

DAR DAR DAR!!!

Semua anggota dead hunter menembak orang Ace itu tanpa ampun. Ia pun tewas seketika

"cih! Ace murahan! geng murahan! ketua lo itu pengkhianat!" ucap anggota dead hunter itu
"dengan begini, wilayah ini milik kita...... eh cepet kasih tanda di tembok itu!"
"ok!"

Seorang anggota dead hunter itu menandai tembok itu menggunakan piloxnya, ia menuliskan "DH" di tembok itu yang menunjukkan lambang daerah kekuasaan dead hunter

"eh lo cepet hubungin markas, bawa beberapa orang kesini untuk jaga wilayah ini, jangan sampe direbut sama Ace!"
"ok sip!" ucap anggota dead hunter itu



Di markas Dead hunter

"sar! gw punya kabar baik dan kabar buruk! kabar baiknya, sejauh ini 1 dari 10 wilayah Ace udah kita kuasain, selanjutnya kita akan menuju wilayah Ace di daerah pinggiran kota!" ucap anggota dead hunter itu

"terus kabar buruknya?" ucap Cesar

"kabar buruknya, 1 wilayah kita telah berhasil dikuasai oleh Ace!"
"gawat! kalo gitu wilayah kita tinggal ada 5 termasuk wilayah dead hunter yang baru kita kuasai! kita memang kalah jumlah wilayah dibanding Ace! kalo gitu kalian semua cepat kuasai wilayah Ace yang lain! jangan sampai kalah cepat dengan Ace!" ucap Cesar

"ok! gw berangkat dulu!" ucap anggota itu

Tiba-tiba

"Sar! gawat! wilayah 3 kita diserang Ace! disana ada geng tangguh dari bawahan Ace! para dead hunter kewalahan disana!" ucap anggota dead hunter dengan panik

"apa?! kalo gitu cepat kirim bantuan kesana! kita harus menjaga wilayah itu!

"ok!" ucap anggota geng dead hunter itu



Sementara itu di wilayah 3 milik dead hunter para geng Ace dan dead hunter sedang saling tembak menembak satu sama lain. Suara tembakan begitu ramai memenuhi gudang kosong itu.
Alan yang berada disana, sedang bersembunyi di balik tembok. Ia terlihat kelelahan, nafasnya tersengal-sengal dan wajahnya berkeringat. Ia melihat keadaan di sekitar. Ia memastikan tidak ada anggota Ace

"gila, pasukan Ace banyak banget! kalo gini terus gw bisa mati nih! tenang.........tenang lan......gw gak boleh mati sebelum bunuh Karin, pasti gw tepatin janji gw Nay." gumam Alan

Alan berjalan pelan sambil melihat situasi sekitar, ia memegang pistolnya erat-erat

"temen-temen gw mana lagi nih......udah pada tewas kali ya....." gumam Alan


"liat itu dead hunter! tembak!"

Para anggota Ace yang melihat Alan dari bagian atas gudang itu langsung menembak Alan dengan pistolnya. Alan yang kaget pun langsung bersembunyi di balik tembok

"woy dead hunter! mending lo nyerah aja! lo tinggal sendiri disini!" ucap anggota Ace itu
"nggak bakal gw nyerah! lo kira lo semua bisa bunuh gw hah! gw ini Alan! gw ini kuat!" ucap Alan

"ya terserah deh kalo gitu! berarti lo mati disini!"

"bacot lo semua!"

Alan menembak para anggota Ace itu satu per satu. Semua anggota Ace itu berhasil tertembak dan terjatuh ke bawah. Anggota Ace yang lain menembak balik Alan yang bersembunyi di balik tembok itu. Alan hanya bisa bersembunyi di balik tembok, lalu ia melihat anggota Ace berdatangan melalui pintu depan gudang untuk memberikan bantuan

"sial! tambah banyak lagi! gw harus kabur! Nay! gw gak mau mati disini Nay! gw gak mau mati sekarang!"

Alan langsung berlari meninggalkan gudang itu. Semua anggota Ace melihatnya dan langsung mengejarnya. Alan yang berlari itu ditembak oleh para anggota Ace. Alan semakin cepat berlari, ia langsung masuk ke mobilnya. Di dalam mobil ia berusaha menyalakan mobil itu, namun mobil itu tidak bisa menyala

"brengsek! cepet nyala! gw bisa mati disini!" ucap Alan

Seorang anggota Ace itu mengisyaratkan temannya untuk mengambil sebuah senjata bazoka (pelontar bom). Ia berniat untuk menghancurkan Alan bersama mobilnya dengan senjata mengerikan itu.

"nih....mampusin tuh orang dead hunter yang menyedihkan," ucap anggota Ace

Anggota Ace itu membidik mobil Alan dengan senjata bazoka-nya. Lalu ia langsung menembak mobil Alan dengan senjata itu. Alan berhasil menghidupkan mobilnya, ia langsung menjalankan mobilnya dengan cepat. Sebuah roket lontar dari bazoka itu dengan cepat menuju mobil Alan dan mengenai bagian belakang mobil Alan itu. Mobil Alan terbakar dan tak terkendali. Lalu mobil itu masuk ke dalam jurang.

"mampus lo dead hunter menyedihkan!"

Semua anggota Ace itu tertawa puas melihat Alan jatuh kedalam jurang. Lalu mereka masuk ke dalam gudang itu. Wilayah 3 milik dead hunter telah diambil alih oleh Ace



Tak lama, bala bantuan dead hunter untuk melindungi wilayah 3 itu pun datang. Namun, mereka sudah terlambat. Mereka masuk ke dalam gudang itu, mereka melihat mayat-mayat dead hunter yang sudah ditumpuk menjadi satu.

"a-apa-apaan ini?" ucap salah satu anggota dead hunter

Para anggota Ace keluar dari persembunyiannya dan langsung membidikkan senjata mereka ke dead hunter yang baru tiba itu. Para dead hunter yang kalah jumlah itu pun langsung mengangkat tangan mereka dan membuang senjata mereka tanda menyerah. Lalu para anggota Ace itu menembak semua anggota dead hunter itu tanpa ampun. Semua anggota dead hunter itu pun tewas.



Di stasiun kereta kota

Jam di stasiun kereta itu menunjukkan pukul 2 siang. Stasiun itu cukup ramai dengan orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka terlihat ingin cepat sampai di tempat tujuan mereka. Para penjual-penjual makanan dan minuman pun menawarkan makanannya ke penumpang kereta, namun ada diantara mereka yang berhasil menjual barang dagangan mereka dan ada juga yang tidak berhasil. Mereka yang tidak berhasil akan terus berusaha untuk bisa menjual dagangan mereka untuk bisa membeli sesuap nasi saja. Seorang anak kecil penjual koran sibuk menjual korannya. Ia terus berteriak untuk mendapat perhatian dari para penumpang. Seseorang bermantel coklat dan bertopi hitam mendekati anak penjual koran itu.

"berapa koran baru itu?" ucap Sagil
"2000 saja," ucap anak itu
"ini uangnya, kamu sebaiknya cepat pergi dari sini, akan ada pembunuhan sebentar lagi," ucap Sagil

Anak penjual koran itu langsung pergi meninggalkan Sagil dengan perasaan takut. Sagil lalu duduk di bangku sambil membaca koran. Seseorang disebelahnya berbicara kepadanya

"kita harus terus waspada gil, sebentar lagi orang-orang Ace itu turun di stasiun ini, mereka mau menyerang wilayah 2 kita," ucap anggota dead hunter yang menyamar itu

"gw selalu waspada, gw tahu mereka bakal dateng 5 menit lagi, ini sudah jam 2, semestinya kereta mereka datang jam segini, tapi lo tau kan kereta itu selalu terlambat, jadi tunggu lah 5 menit lagi," ucap Sagil

"sip lah, begitu mereka keluar dari kereta, kita tembak mereka,"
"jangan lupa pake topeng lo," ucap Sagil

"gil! gw dapet kabar wilayah 3 udah diambil alih sama orang-orang Ace! Alan juga tewas katanya disana! si Alan gak bisa dihubungi katanya!" ucap anggota dead hunter itu
"brengsek! jadi wilayah kita semakin berkurang! kalo gini terus jumlah anggota kita bakal abis! kalo gitu pokoknya yang di stasiun kereta ini harus kita abisin semua! jangan sampe ada yg lolos!" ucap Sagil



Sebuah kereta untuk kedatangan jam 2 siang terlihat dari jauh menuju stasiun untuk menurunkan penumpangnya. Jam menunjukkan pukul jam 14.06. Sagil melihat jamnya

"cih telat 6 menit," ucap Sagil
"telat segitu mah biasa kan gil?"
"kalo telat terus dibiarin gitu dan jadi kebiasaan, mau jadi apa?"
"yah udah budaya namanya juga gil" ucap anggota dead hunter yang lain
"budaya kok telat," ucap Sagil tersenyum sinis

Sagil dan keempat teman dead hunternya duduk dibangku stasiun itu. Kereta yang baru datang itu berhenti untuk menurunkan penumpangnya. Para penumpang di dalam kereta itu pun keluar dari kereta satu per satu. Jumlah penumpang kereta itu tidak terlalu banyak. Sagil dan keempat temannya itu terus memperhatikan para penumpang yang turun dari kereta itu

"jaket hijau tua," ucap Sagil
"begitu melihat, langsung bunuh," ucap anggota dead hunter itu


Sekumpulan orang berjumlah 10 orang memakai jaket berwarna hijau tua turun dari kereta. Mereka terlihat misterius. Mereka adalah anggota Ace. Sagil dan teman-temannya berdiri dan langsung mendekati para anggota Ace itu. Sagil memakai topengnya, lalu ia mengeluarkan senjata kedap suaranya dari mantel yang ia pakai. Sagil dan teman-temannya langsung menembak para anggota Ace itu. Para anggota Ace itu pun kaget bukan main, beberapa diantara mereka langsung tewas seketika. Para penumpang kereta dan orang sekitar langsung berteriak dan ketakutan ketika terjadi pembunuhan di stasiun itu.

Anggota dead hunter yang tersisa 3 orang itu pun melarikan diri. Mereka berlari sangat cepat. Sagil dan teman-temannya mengejar mereka. Mereka saling kejar mengejar satu sama lain. Para anggota Ace yang ketakutan itu berlari dengan sangat cepat menuju kereta yang akan pergi meninggalkan stasiun itu. Mereka terus berlari dan akhirnya berhasil masuk ke dalam kereta itu. Sagil dan teman-temannya yang berada di belakang terus berlari dan masuk ke dalam kereta itu. Mereka mencari anggota Ace yang berpura-pura jadi penumpang itu. Karena jumlah penumpang kereta yang cukup ramai. Sagil kesulitan mencari 3 orang Ace itu

"sial! dimana mereka?!" ucap Sagil
"rame gini penumpangnya, jadi susah," ucap anggota dead hunter
"lo cari ke gerbong paling depan, gw disini, lo ke gerbong satunya dan lo berdua sisanya, cepet! kalo ketemu langsung bunuh," ucap Sagil


Sagil pun berpencar dengan temannya, ia sudah melepas topengnya dan menyembunyikan senjatanya di balik mantelnya. Seorang nenek memanggil Sagil

"nak, kenapa kamu terlihat cemas seperti itu? duduklah disebelah nenek sini,"
"oh tidak apa-apa nek, terima kasih atas tempat duduknya," ucap Sagil
"sopan sekali kamu ini nak,"
"terima kasih nek, sebenarnya tidak juga," ucap Sagil
"nak, kenapa wajahmu ditutupi perban seperti itu?"
"bekas luka bakar nek,"
"oh begitu, berhati-hatilah nak, jaga dirimu, kasian orang tuamu nanti kalo terjadi apa-apa denganmu,"

"orang tua saya sudah meninggal nek," ucap Sagil
"oh.....maafkan nenek ya.......nenek tidak tahu,"
"tidak apa-apa"
"nek lihat anak itu....." ucap Sagil

Nenek itu melihat seorang anak laki-laki yang bahagia dan sedang bergembira bersama orang tuanya. Orang tuanya sedang memanjakannya. Anak itu pun tertawa dengan riang.

"ada apa dengan anak itu?"
"aku iri dengan anak itu......aku ingin seperti dia.....tanpa beban dan selalu bahagia. Orang tuanya pun sangat menyayanginya," ucap Sagil
"orang tuamu pun selalu menyayangimu disana nak, mereka selalu tersenyum kepadamu,"
"saya rasa ayah tidak sayang saya nek,"
"tidak ada orang tua yang tidak sayang dengan anaknya," ucap nenek itu

Tiba-tiba nenek itu tertembak dan langsung tewas. Sagil sangat kaget dan melihat arah tembakan itu. Ia melihat anggota Ace duduk tidak terlalu jauh darinya. Orang Ace itu tadinya ingin menembak Sagil, namun karena kereta yang tidak stabil, orang Ace itu sulit untuk membidik dengan tepat dan membuat tembakan itu mengenai seorang nenek yang duduk tepat di sebelah Sagil. Sagil langsung berlari mengejar anggota Ace yang kabur itu. Semua penumpang panik dan berteriak. Mereka semua menjadi tidak terkendali. Kereta itu pun berhenti mendadak karena keadaan darurat.

Anggota Ace itu langsung berlari keluar dari kereta. Ia terus berlari dan bersembunyi di sebuah gang yang sepi. Ia terlihat sangat kelelahan. Sagil terus mengikuti anggota Ace itu dan langsung meletakkan pistolnya di kepala anggota Ace itu. Anggota Ace itu kaget bukan main ketika melihat pistol Sagil tepat di samping kepalanya.

"mau kemana lagi lo?" ucap Sagil
"terus kenapa? emang lo kira gw takut mati? tembak aja" ucap anggota Ace itu
"ada kata terakhir?"

"kata terakhir gw...........mati aja lo semua anggota dead hunter bangsat! lo gak bakal bisa ngalahin Ace! Ace lah yang paling terkuat! dead hunter itu akan mati!!"

Sagil langsung menembakkan pistolnya. Anggota Ace itu pun terjatuh dan tewas. Ia lalu memeriksa mayat orang ace itu. Sagil mengambil pistol milik orang Ace itu, lalu temannya menghubunginya

"halo dimana lo gil?"
"gw di gang deket halte bus yang ada bapak-bapak tua sendirian,"
"lo tunggu disitu, bentar lagi kita kesana,"
"ok,"


Tidak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan halte bus itu, Sagil langsung berlari menuju halte bus itu. Seorang bapak tua yang duduk sendirian di halte bus itu melihat Sagil dengan sangat aneh, ia melihat banyak darah di mantel Sagil. Sagil melihat bapak-bapak itu

"pak, cepat panggil polisi, ada seseorang yang terbunuh di gang depan itu," ucap Sagil

Sagil pun masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan tempat itu

Seorang bapak tua itu pun bingung dengan perkataan Sagil, lalu ia berjalan ke gang itu karena penasaran. Bapak itu pun kaget ketika melihat mayat laki-laki tergeletak dengan darah yang banyak mengalir dari kepalanya. Lalu bapak itu langsung menghubungi polisi sore itu



Waktu terus berlalu, matahari pun mulai menghilang dan langit pun perlahan menjadi gelap. Senja itu, di sebuah sungai yang airnya mengalir tenang, seorang laki-laki sedang terluka parah. Ia baru sadar setelah cukup lama pingsan. Ia terlihat sangat lemah

"aku masih hidup?" gumam Alan

Alan berdiri dan berjalan sempoyongan, ia tidak tahu ada dimana. Ia berjalan menuju jalan raya untuk mencari tumpangan. Alan masih hidup setelah jatuh ke jurang itu. Ia terluka cukup parah.



Di tempat persembunyian Ace

"hari pertama perang lawan dead hunter udah banyak korban Arth," ucap Bimo
"iya, anggota kita lumayan banyak yang mati, tapi tenang aja mo....pasukan Ace tuh banyak, dead hunter itu gak ada apa-apanya," ucap Arthur
"tapi kita juga gak boleh ngeremehin mereka kan," ucap Karin

"gw gak pernah ngeremehin mereka, tapi emang kita tuh jauh lebih kuat dibanding mereka," ucap Arthur
"kenapa lo begitu yakin Arth?" ucap Karin

"gw yakin banget, kemaren kita kan baru nyuri uang bank, jadi kita bisa beli banyak senjata, terus anggota kita juga jadi nambah, gw yakin bisa menang lawan Cesar," ucap Arthur

Arthur berjalan sambil mengambil pisau yang menancap di meja. Ia melihat foto kakaknya Cesar yang terdapat di tembok kayu itu.

"apapun yang terjadi, gw gak akan kalah dari kakak gw Cesar, gw harus menang! kalo perlu biar gw sendiri yang bunuh dia!

Arthur melempar pisau itu ke foto Cesar dengan kencang. Pisau itu tepat mengenai foto itu dan menancap cukup dalam. Arthur tertawa dengan sangat jahat malam itu. Ia tertawa dengan nada yang sangat menyeramkan.

Setelah tertawa dengan sangat jahat, ia dengan lantang berbicara, "the war is just begin!!!"

Sabtu, 07 November 2009

32. Reunion

Irham, Kyna dan Jun sedang berada di rumah sakit untuk menjenguk kapten Aryo di malam itu. Kapten Aryo masih terbaring lemah dan perlu beberapa hari lagi untuk pulih. Kyna membawa bingkisan buah dan meletakkannya di meja samping tempat tidur kapten Aryo.

"kapten bagaimana keadaannya? sudah membaik?" tanya Irham
"sudah lumayan ham, terima kasih kalian menyempatkan untuk menjenguk ke sini," ucap Kapten Aryo
"kapten harus cepat sembuh agar bisa beraksi lagi...saya sudah membawakan buah untuk kapten, dimakan ya," ucap Kyna

"tentu saja, terima kasih ya..." ucap kapten Aryo sambil tersenyum


"wah.... jadi ini kapten Aryo yang sering aku liat di TV itu? aku fans berat kapten! aksi-aksi kapten sangat hebat! aku sering melihat kapten di televisi," ucap Jun

"ya inilah saya, Aryo... seorang polisi yang sering kamu lihat di tv itu..." ucap Kapten Aryo
"kapten harus tetap berjuang! geng-geng brandal itu harus segera dibasmi kapten!" ucap Jun

"tentu saja...setelah sembuh beberapa hari lagi, saya pasti langsung bertugas kembali... saya akan langsung bergabung dengan tim S.E.F untuk bertugas

"S.E.F? apa itu kapten?" tanya Jun

"Special Elite Force," ucap Kyna
"spec....spec.. apa?" ucap Jun

"special elite force Juuun..." ucap Kyna

"spec....spec...selis....apa sih kagak ngerti..." ucap Jun bodoh

"itu polisi khusus untuk membasmi teror Jun, kapten Aryo anggotanya," ucap Kyna
"ooh...begitu...susah banget namanya, spec...spec... selis.... apa sih!" ucap Jun

Kyna hanya tersenyum melihat tingkah laku Jun yang bodoh


"kapten, saya tidak melihat perwira Edo... dimana dia kapten?" ucap Irham
"dia sedang bertugas untuk mengamankan sebuah bank di kota... sebuah geng menyerang bank itu untuk merampok uangnya," ucap Kapten Aryo
"ooh begitu..." ucap Irham


Di sebuah bank yang terletak di pusat kota. Perwira Edo dan rekan polisinya sedang berjibaku dengan the ghost dan Alvo

"tembak! tembak! jangan ada yang berhenti!" ucap perwira Edo

Semua polisi yang berada di depan bank itu menembak Leonard yang berjalan dengan santai itu, semua tembakan berhasil mengenainya namun Leonard tetap berdiri tangguh dan tak terjatuh

"gila! dia bukan manusia! tembakkan kita semua sudah mengenainya! tapi dia tidak bergeming sedikit pun!" ucap anggota polisi

Leonard terdiam dan Gavin berjalan mendekatinya

"dah biar gw yg urus selanjutnya," ucap Gavin

Semua polisi itu dimantrai oleh Gavin, mereka seperti kerasukan iblis dan tidak terkendali, mereka menembaki temannya sendiri seperti sudah dikendalikan oleh Gavin

"saya tidak bisa melawan! apa ini!"

Semua polisi itu mati ditembak oleh teman-temannya sendiri yang telah dipengaruhi oleh Gavin.

"lo ga tau sih betapa mengerikannya the ghost! kita ini bukan manusia!" ucap Gavin tersenyum licik


Sementara itu di dalam bank, Alvo dan Zen sedang berusaha membuka pintu brankas bank yang besar itu. Mereka menggunakan mantranya untuk menjebol pintu brankas yang besar itu

"cepat! kekuatan kita hanya bisa bertahan selama 20 menit! kalo lebih dari itu kita bisa dikutuk! cepat vo!" ucap Zen

"berisik! gw tau Zen! lo bantuin gw dong buka brankas ini! susah nih!" ucap Alvo

Tak lama, Alvo dan Zen pun berhasil membuka pintu brankas itu, mereka masuk ke dalam dan segera memasukkan uang yang tersimpan di dalam brankas ruang penyimpanan uang itu ke koper yang mereka bawa


Setelah beberapa menit, Alvo dan Zen berhasil memasukkan uang-uang itu ke koper yang mereka bawa, mereka pun pergi dari tempat itu, namun perwira Edo berada tepat di depan mereka untuk mencegat mereka

"mau kemana kalian! cepat serahkan uang-uang itu!" ucap perwira Edo sambil mengarahkan pistolnya ke Zen dan Alvo

"yah, cecunguk beginian pake muncul lagi...lo urus Zen...terserah mau lo apain ke," ucap Alvo
"ok vo...tenang aja..." ucap Zen

Zen memantrai perwira Edo dan membuatnya tidak bisa bergerak sedikit pun, ia seperti menjadi patung. Zen mendekati perwira Edo

"ini binatang peliharaan gw, dia sangat berbahaya, dia bisa masuk ke tubuh lo terus makan semua organ tubuh lo...sebaiknya lo berdoa agar dia gak masuk ke tubuh lo...sepertinya dia suka sama lo..." ucap Zen

Zen menaruh seekor serangga berbentuk sangat menyeramkan yang cukup besar di tangan perwira Edo, Zen dan Alvo lalu meninggalkan perwira Edo sendirian

Serangga itu berjalan dan berusaha masuk ke tubuh perwira Edo, perwira Edo yang tidak bisa apa-apa karena sudah dimantrai oleh Zen itu sangat ketakutan, ia tidak tahu harus berbuat apa


Seorang polisi yang melihat perwira Edo langsung mengambil dan membuang serangga itu. Lalu polisi itu pun menembak serangga itu hingga mati. Hampir saja serangga itu masuk ke tubuh perwira Edo. Mantra dari Zen pun telah hilang

"gila hampir aja....untung anda sempat mengambil serangga itu..." ucap perwira Edo
"hati-hati do! mereka ini bukan orang sembarangan! mereka menyebut dirinya the ghost! mereka punya kemampuan mistis yang mengerikan..." ucap anggota polisi itu
"ayo kita kejar mereka!" ucap perwira Edo


Ketika perwira Edo keluar dari bank, semua polisi sudah bergeletakan di tanah karena ulah the ghost itu. Para the ghost itu berdiri menghadap ke perwira Edo, mereka telah melumpuhkan polisi-polisi itu

"sampai bertemu lagi nanti," ucap Leonard

Para the ghost itu pun masuk ke dalam mobil van hitam yang menjemputnya. Mereka telah berhasil mencuri uang di bank itu

"sial! mereka lolos!" ucap perwira Edo
"do teman-teman kita...... mereka semua kalah oleh the ghost itu..." ucap anggota polisi itu
"tenang mereka semua masih belum tewas..." ucap perwira Edo

Suara sirine mobil ambulans datang untuk memberikan pertolongan kepada polisi-polisi yang terluka itu. Malam itu the ghost berhasil menjalankan misinya untuk mencuri uang di bank



Sementara itu di markas the Flame

Bonad terlihat sangat ketakutan ketika Bimo mengancamnya dengan menembakkan pistolnya ke atas di malam itu. Bonad mengira Bimo akan langsung membunuhnya.

"kenapa? lo takut mati?" ucap Bimo
"iya...gw takut.... tolong jangan bunuh gw.... gw mohon mo....ampun....gw tau gw salah.....gw tau dulu lo selalu kita kerjain....." ucap Bonad
"gw tau gw dulu anak cupu nad....gw tau gw gak berguna, lemah, bodoh dan cengeng...kalian...kalian! Elf! selalu ganggu gw! kenapa hah!! lo ga tau betapa sakitnya gw pada saat itu! masa kecil gw kelam karena kalian selalu ganggu hidup gw! tapi.......... disitulah gw sadar bahwa gw gak boleh selalu menjadi orang lemah, gw harus melawan....." ucap Bimo



Bimo kecil sedang berjalan sendirian di koridor sekolahnya, sore itu semua anak murid pulang ke rumahnya karena sekolah telah usai. Bimo kecil pun ingin seperti teman-temannya untuk pulang ke rumahnya. Para geng Elf menghampiri Bimo yang sedang berjalan sendiri di koridor sekolah

"eh cengeng, mau kemana? mau pulang ya?" ucap Alvin kecil
"iya....ada apa ya?" ucap Bimo kecil
"gak ada apa-apa ko....hmm.... lo punya duit gak? bagi dong...." ucap Alan kecil
"gak ada.....gw gak punya uang...." ucap Bimo kecil
"jangan bohong deh...." ucap Bonad kecil
"betul, gw gak bohong...." ucap Bimo kecil

Bimo pun langsung mencoba untuk lari dari Elf yang ingin merampas uangnya itu, namun Alvin menahannya

"eh....mau kemana si? mau coba kabur?" ucap Alvin sambil menahan tas Bimo
"jangan ganggu gw...gw gak punya uang..." ucap Bimo kecil
"ah! bohong lo!" ucap Alan kecil

Bonad, Alan dan Nay memeriksa tas Bimo dan mengambil uang jajan Bimo dan handphonenya

"jangan....jangan ambil itu! gw mohon! nanti gw bisa dimarahin sama ayah gw!" ucap Bimo yang mencoba merebut handphone miliknya yang dipegang Alan

"halah bacot!" ucap Alan sambil mendorong Bimo hingga jatuh

Bimo terjatuh ke lantai dan langsung menangis

"dasar cengeng, bisanya cuma nangis," ucap Alan kecil
"eh...kita kunciin aja di ruang lab... biar mampus..." ucap Bonad kecil
"wah ide bagus tuh...." ucap Alan kecil

Bimo pun ditarik paksa ke ruang lab oleh Alan, Alvin dan Bonad. Ruang lab itu dikunci dari luar oleh mereka dan Bimo dikurung di dalam. Alan, Alvin dan Bonad pergi meninggalkan Bimo dengan membawa uang dan handphone Bimo.

"keluarin gw! gw gak mau disini sendirian! gelap! keluarin gw!" Bimo berteriak di sore itu
Malam itu Bimo sangat ketakutan karena sendirian berada di lab biologi sekolah.


Kesokan harinya

Semua murid tertawa melihat Bimo yang tidur di dalam lab biologi itu. Hari itu sudah pagi, namun Bimo yang terkurung di dalam lab itu masih tidur dan terlihat memprihatinkan

Bimo terbangun melihat teman-temannya menertawakannya

"woy cengeng! ngapain lo disini?" ucap salah satu temannya
"sudah pagi ya? maaf...gw harus pulang," ucap Bimo
"dasar aneh lo emang!" ucap temannya yang lain

Bimo pun berdiri dan ingin pergi meninggalkan lab itu, Bimo yang terlihat berantakan itu terus dicemooh teman-temannya

"Bimo! sedang apa kamu disini?! kamu mau mencuri peralatan lab ya!?" ucap guru biologi Bimo
"tidak pak... Alvin, Bonad dan Alan yang mengurung saya kemarin sore," ucap Bimo



Bimo, Alvin, Bonad dan Alan berdiri di ruang BP sekolah pagi itu

"Alvin...benar apa yang Bimo bilang kalo kalian yang mengunci Bimo kemarin di ruang Biologi sekolah?" ucap bapak kepala sekolah
"bukan pak, bukan kami...kami gak tahu soal itu...orang kami pulang cepat kemarin... ya kan nad, lan?" ucap Alvin kecil
"iya bener," ucap Bonad dan Alan kecil

"mereka berbohong pak! mereka mengambil handphone saya dan uang saya! lalu mengunci saya di ruang lab biologi kemarin sore!" ucap Bimo kecil
"gak pak! bohong! Bimo bohong pak!"
"bener pak! mereka yang mengunci saya! mereka mengambil uang dan handphone saya!

Seketika suasana menjadi ramai

"diam!" ucap bapak kepala sekolah
"tunggu disini!" ucap bapak kepala sekolah melanjutkan

Bapak kepala sekolah itu pergi ke belakang ruangan beserta guru BP dan guru biologi

"pak gimana ini? Alvin, Alan dan Bonad itu pemberi sumbangan terbesar untuk sekolah ini, orang tua mereka itu orang penting untuk sekolah ini...orang tua mereka juga berpesan kepada saya agar anak-anak mereka dijaga dan jangan sampai terkena masalah sekolah, saya takut kalo nanti Alan, Bonad dan Alvin dihukum... saya bisa dipecat dari sekolah ini..." ucap bapak kepala sekolah
"ya saya juga berpikir seperti itu... saya juga takut...nanti bisa-bisa saya tidak digaji..." ucap guru biologi
"iya betul, tapi saya yakin Bimo itu memang tidak salah... Alan, Bonad dan Alvin itu memang terkenal nakal....tapi karena orang tuanya yang pejabat kaya itu dan orang penting di sini.... kita tidak bisa berbuat apa-apa kan..." ucap guru BP

"jadi gimana pak?" ucap guru biologi




Siang itu Bimo dihukum dan berdiri di tengah lapangan sambil berdiri satu kaki dan tangannya memegang telinga. Semua itu karena keputusan guru dan kepala sekolahnya yang sangat tidak adil dan hanya mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan keadilan dan kejujuran hukum. Bimo adalah korban dari birokrasi sekolah yang bobrok yang hanya mementingkan kepentingan golongan orang-orang penting.

Alan, Alvin dan Bonad berjalan keluar dari ruang BP dengan tersenyum sambil melihat Bimo yang dihukum itu.

"enaknya jadi orang kaya...," ucap Alvin
"kalo sampe kita yang dihukum, sekolah ini bisa ditutup..." ucap Bonad
"iya dong, orang tua kita kan termasuk salah satu pendiri sekolah ini," ucap Alan

Bimo melihat Alvin, Bonad, dan Alan berjalan sambil tersenyum licik kepadanya, mereka seperti mengejek Bimo

"kenapa jadi aku yang dihukum begini? padahal mereka yang salah...., dasar anak-anak orang kaya, orang tua mereka orang penting sih di sekolah ini, jadi selalu aku yang dihukum, sedangkan mereka kebal hukuman...," gumam Bimo

Hari itu Bimo dihukum seharian penuh di bawah sinar matahari yang panas itu. Bimo terlihat sangat kelelahan



Hari terus berlalu, Bimo anak cupu yang dijuluki si cengeng itu terus diganggu oleh geng Elf hampir setiap hari. Bimo kecil pun menjadi sangat tertekan dan menjadi anak yang sangat aneh di sekolah. Semua teman-temannya menjauhinya dan tidak ada yang mau berteman dengannya.


Suatu hari di Sekolah Bimo sedang diadakan ujian akhir semester. Bimo bersama teman-temannya sedang sangat serius di kelas untuk menjawab soal-soal ujian yang sulit itu. Semua murid di kelas terlihat sangat berkonsentrasi untuk menjawab soal-soal matematika yang sulit itu. Bimo yang duduk di pojok kanan belakang itu terlihat bisa menjawab soal-soal itu. Bimo memang telah mempersiapkan dirinya dengan baik untuk ujian matematika ini. Bonad dan Alvin yang duduk disamping Bimo terus mengganggunya agar ia memberikan jawabannya.

"woy mo...nomor 2 apaan? cepet! gw hajar nih!" ucap Alvin sambil berbisik-bisik

Bimo melihat Alvin lalu ia terdiam dan melanjutkan mengerjakan soalnya

"woy! gw dikacangin lagi! nomor 2 apaan?! awas loh kagak ngasih tau! liat lo ntar!" ucap Alvin
"tau lo! cepet kasih tau!" ucap Bonad

Bimo hanya tersenyum kecil seperti meledek lalu ia bilang

"dasar anak-anak bego lo! belajar dong!" ucap Bimo
"sialan lo! belagu amat!" ucap Alvin


Alvin dan Bonad yang terlihat sangat tidak tenang itu membuat gurunya curiga. Lalu guru itu menghampiri Alvin dan Bonad yang sedang berusaha mengambil kertas jawaban Bimo

"Alvin! Bonad! apa-apaan kalian!" ucap guru itu

"maaf......pak.... ga ada apa-apa ko pak...." ucap Alvin takut

"kalian ini nakal sekali! kerjaan kalian mencotek terus! orang tua kalian memang orang penting disini! tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya! keluar kalian! nilai ulangan kalian nol!"

Guru itu merobek kertas jawaban Alvin dan Bonad. Ia terlihat sangat menyeramkan

Bonad dan Alvin pergi meninggalkan kelas itu. Mereka terlihat kesal

Di luar kelas

"resek banget tuh guru baru! dia gak takut sama kita kaya guru-guru lain...awas aja tuh dia!" ucap Alvin
"tau! marah-marah mulu....yaudah lah santai aja....gimana kalo kita ke kantin...makan...." ucap Bonad
"boleh deh...laper gw juga..." ucap Alvin kecil


Sesampainya di kantin, Bonad dan Alvin langsung membeli sepiring nasi dengan lauk lengkap ditambah minuman dingin yang enak. Lalu mereka melihat Sergi, Ben dan Vena sedang duduk di kantin itu. Mereka pun bergabung

"woy ko pada di kantin?" ucap Alvin kecil
"gw udah selese ujiannya, gampang itu mah," ucap Sergi kecil
"hah serius lo? susah banget gitu! kagak ada yang ngerti gw..." ucap Alvin sambil menyantap makanannya
"ah lo mah kagak pernah belajar sih...belajar dong vin....payah lo..." ucap Sergi
"lo mang belajar gi? rajin amat lo!" ucap Alvin
"Sergi gitu...dia kan rajin gak kaya lo vin...." ucap Vena meledek

"ah elo Ven caper mulu sama Sergi...kayanya...... ada apa-apanya nih...." ucap Ben
"apaan sih lo Ben? gw nggak caper kok..." ucap Vena

"eh.... tapi ngomong-ngomong Alan sama Nay mana?" ucap Bonad sambil menyantap makanannya
"paling belom keluar...mereka mah jangan diharap dah cepet keluar kalo lagi ujian....orang gak pernah belajar gitu," ucap Sergi sambil tertawa kecil
"iya sih...gak mungkin mereka belajar... apa lagi Nay...... kerjaannya main game mulu sama kaya gw," ucap Bonad

"eh....tapi nad...kok lo cepet banget keluarnya? lo bisa ujiannya? jago lo nad!" ucap Sergi
"gw sama Alvin diusir dari kelas....." ucap Bonad
"ko bisa vin kenapa?" ucap Vena

"si cengeng itu gara-garanya, pelit banget dia tadi ngasih tau jawabannya....jadinya gw sama Bonad kena... tar pulang kita hajar aja tuh si Bimo..." ucap Alvin



Sore itu Bimo berjalan sendirian untuk pulang ke rumahnya. Di ujung jalan, geng Elf telah menunggu untuk menghajarnya.

"tuh dia si cengeng...siap-siap semua...begitu dia dateng langsung kita kerjain..." ucap Alvin
"sip lah, mampus loh cengeng!" ucap Alan

Bimo yang berjalan sendirian itu kaget ketika melihat geng Elf mencegatnya di ujung jalan yang sepi itu. Bimo dihajar habis oleh para geng Elf, ia terluka parah dan tak sadarkan diri sore itu.




"kalian semua....kalian semua itu biadab....kalian semua gak pantes hidup....apa yang udah kalian lakuin ke gw dan Eva gak pernah bakal bisa gw maafin............lo gak tau nad apa yang gw rasain.....apa yang sebenernya lo dan temen-temen bangsat lo pikirin hah!!!" ucap Bimo keras

Bonad hanya terdiam sambil ketakutan

"lo tau nad.....sebenernya gw gak pernah mau membunuh......sebenernya gw orang yang baik......tapi lo dan temen lo yang brengsek itu yang udah buat gw pilih jalan ini.........malam itu kalian coba bunuh gw sama Karin kan!" ucap Bimo

"lo bener mo.......sebenernya kita semua udah memperkosa Eva dulu.......gw gak pernah nyangka semuanya bakal kaya gini.......waktu itu... kita semua sadar lo dan Karin lapor ke polisi karena ulah kita itu.......jadi......... kita memutuskan untuk membunuh lo di malam itu.......tapi sayangnya kita gagal......dan gw gak nyangka setelah itu lo sama Karin jadi animus.......kita semua gak nyangka kalo kalian bergabung dengan Ace yang kuat itu.......kita semua gak nyangka kalo kalian mau balas dendam......." ucap Bonad

"Alvin.......lo tau dari Alvin kan kalo gw ini animus bertopeng putih...... gw emang udah rencanain semua ini.......Alvin itu mata-mata gw untuk The Flame..........gw suruh dia ngasih tau kalo gw ini sekarang udah jadi animus.......gw suruh dia ngasih tau ke kalian kalo gw ini masih ada........biar kalian semua tau kalo gw masih terus mengejar kalian......dendam gw gak bakal hilang sampai gw berhasil ngancurin Flame!" ucap Bimo

"Alvin? kenapa? pengkhianat anjing!!!! bangsat lo vin!!! semestinya gw tau!!! semestinya gw tau dari dulu kalo lo emang bangsat!!!!" ucap Bonad keras

"berisik......kalo lo teriak lagi gw tembak kepala lo.....si Alvin lagi jaga di luar......kalo lo kesel sama dia ya ngomong lah sama dia! jangan teriak-teriak!" ucap Bimo

"ternyata dia itu.........brengsek....gw gak nyangka ternyata lo itu pengkhianat vin" ucap Bonad

"iya dulu Alvin mohon sama gw pas gw mau bunuh dia.......dia ketakutan banget waktu itu, sampe dia memutuskan untuk berkhianat sama kalian......dia itu emang licik.....tapi gw pun gak suka sama orang licik kaya gitu......gw cuma manfaatin dia aja.....kalo udah gak perlu.....gw bakal bunuh dia," ucap Bimo




Siang itu The Flame sedang berdiskusi serius. Mereka mendengar Eva mati membakar dirinya sendiri karena stres setelah diperkosa oleh para anggota Flame yang bejat itu.

"gw denger-denger si Eva bunuh diri...dia ngebakar dirinya sendiri....lo baca koran lokal pagi ini gak? ada tuh beritanya, nih liat!" ucap Alvin sambil melempar koran ke meja

Sergi mengambil koran itu lalu membaca berita itu yang terdapat di pojokan koran

"seorang gadis muda tewas membakar dirinya sendiri di rumahnya....korban bernama Eva Serlina murid SMA Cemara.....masih tidak jelas kenapa korban bunuh diri.......kakak korban terlihat sangat terpukul malam itu ketika diwawancara........." ucap Sergi

"bener kan? gila! gw gak nyangka sampe kaya gini! gimana nih!!" ucap Alan
"ah terus emang kenapa kalo Eva bunuh diri? yang penting mah kita udah puas kan waktu itu...." ucap Sagil
"lo gak takut? kalo Bimo lapor polisi gimana?" ucap Alan
"gak lah....santai aja....." ucap Sagil

"tapi...." ucap Sergi
"tapi apaan gi?" ucap Nay

"gw mohon kalian semua jangan bocorin tentang perkosaan itu ke Vena....gw gak mau dia tahu hal ini....gw sayang banget sama dia....kalo dia tahu hal ini, dia bisa marah dan mungkin putusin gw," ucap Sergi

Bonad, Nay, Alan, Alvin, Ben dan Sagil terlihat setuju dengan Sergi. Mereka tidak akan membocorkan masalah ini kepada Vena

"tenang aja sama kita gi," ucap Nay


Waktu terus berjalan sampai kejadian dimana Sergi dan Flame menabrak Vania Serlina malam itu. Ketika itu Bimo menjadi semakin murka dengan Flame. Ia lalu melaporkan Flame ke kantor polisi. Para polisi itu pun langsung bertindak untuk menangkap Flame dan mereka berhasil menangkap Sagil malam itu. Sagil di bawa ke kantor polisi dan dipenjarakan untuk diinterogasi. Namun tidak lama Sagil bebas dari penjara, semua itu karena Sergi meminta ayahnya yang seorang Komjen Polisi untuk membebaskan Sagil tanpa syarat. Mengetahui Bimo lah yang melaporkan mereka ke polisi. Malam itu, The Flame mendatangi rumah Bimo. Di rumahnya Bimo hanya bersama Karin, ayah mereka baru saja meninggal beberapa hari lalu.



Di rumah Bimo

"kak, kita mau apa sekarang? ayah pun sudah meninggal...." ucap Karin
"kita sudah tidak punya penghasilan untuk hidup.......ayah satu-satunya yang membiayai kita pun sudah meninggal.....kita harus pergi ke rumah kakek rin," ucap Bimo
"besok pagi kita berangkat ya kak..." ucap Karin
"iya...kita jual saja rumah ini....bagaimana menurutmu? lumayan kan untuk tambahan uang," ucap Bimo
"entahlah....terlalu banyak kenangan di rumah ini....." ucap Karin

Bimo mengambil bingkai foto keluarganya yang terletak di atas meja. Ia melihat foto itu sambil mengenang semua keluarga yang telah pergi meninggalkannya itu


Bunyi pecahan kaca terdengar dari bagian belakang dan samping rumah Bimo. The Flame melempar botol yang berisi minyak dengan kobaran api menyala ke dalam rumah Bimo. Api-api dari botol itu membakar rumah Bimo dengan cepat

"api!! ada api kak? ada apa ini?!" ucap Karin panik
"cepet keluar rin!" ucap Bimo

Bimo mengintip dari balik jendela, ia melihat The Flame berada di depan rumahnya.

"rin lo sembunyi di belakang! biar gw yang hadapin Flame ini!" ucap Bimo
"tapi kak....The Flame itu kejam...aku takut kakak nanti...."
"diam! kamu tunggu saja di belakang rumah! kamu sembunyi! jangan sampe Flame menemukan kamu! cepat!" ucap Bimo

Karin pun pergi keluar rumah lewat pintu belakang untuk bersembunyi di belakang rumahnya. Sementar itu Bimo berjalan keluar rumahnya. Ia membuka pintu rumah itu.

Di luar rumah, Bimo melihat para anggota laki-laki Flame berdiri tepat di depan mereka. Semua anggota The Flame itu terlihat penuh amarah dengan Bimo, mereka membawa tongkat besi dan alat pemukul lainnya untuk menghajar Bimo

"woy bangsat! lo ngelaporin kita ke polisi hah!!?" ucap Alan

"ya gw yang laporin lo semua ke polisi! lo semua emang pantas di penjara!!" ucap Bimo
"jadi lo gitu anaknya.....lo gak tau ya kalo Flame itu bukan orang-orang sembarangan..." ucap Sagil
"bagi gw orang-orang Flame itu semua pengecut! gak berani tanggung jawab! lo semua itu orang-orang biadab!

Semua anggota Flame menghajar Bimo habis-habisan malam itu ditengah kobaran api yang membakar rumah Bimo. Satu per satu alat pemukul the Flame menghujani tubuh Bimo, ia pun tak berdaya dan hanya bisa pasrah saja. Karin yang melihat dari jauh, tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa melihat kakaknya dihajar oleh Flame. Bimo tidak sadarkan diri, ia terlihat sekarat. Darah mengalir dari kepala Bimo, wajah Bimo pun penuh darah, Bimo terbaring di tanah dan sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi.

"mampus lo! sampe lo buat ulah lagi sama kita! lo bakal kita abisin!" ucap Alan
"mati lo sekarang! liat noh muka lo udah berantakan gitu! makanya jangan macem-macem sama Flame!" ucap Nay

Bimo tak berkata sedikit pun. Ia sudah sekarat.

"mati kayanya si Bimo gil," ucap Bonad
"biarinlah! mampus! ayo cabut!" ucap Sagil

The Flame pun pergi meninggalkan Bimo yang sekarat itu

Karin menghampiri kakaknya yang terbaring di tanah dan tidak sadarkan diri itu. Ia tahu kalau Bimo tidak segera ditolong, Bimo akan mati.

"tuhan....apa aku juga akan kehilangan kakakku?" gumam Karin sedih

"rin"

"kakak? aku harus membawa kakak ke rumah sakit segera! aku harus mencari pertolongan!"
"rin......jangan..........kakak sudah tidak kuat.........kakak pasti mati........." ucap Bimo
"gak! kakak harus hidup! jangan tinggalin Karin kak!"
"rin.......bagaimana rasanya mati ya? Eva, ayah dan ibu sudah merasakannya............ternyata rasanya sekarat itu seperti ini ya............aku senang rin............senang......" ucap Bimo tersenyum

"aku senang sebentar lagi aku bertemu mereka..........ayah.......ibu........dan Eva," ucap Bimo
"kakak bertahan kak! kakak pasti selamat!"

Bimo tersenyum malam itu, matanya menutup rapat

Bimo melihat orangtuanya dan Eva berdiri tepat di depannya.

"mo....."

"mamah? Eva? ayah?"
"belum saatnya kamu mati nak....masih ada kewajiban yang harus kamu penuhi...kamu masih belum siap nak."
"kenapa mah?"
"kamu masih belum siap untuk mati....didirimu masih ada dendam yang sangat mendalam....kamu harus menghilangkan itu......ikhlaslah nak...."
"tapi aku mau mati! aku mau bersama kalian! bawalah aku bersama kalian!
"tidak bisa nak...kamu masih belum siap......siapkanlah dirimu dengan baik......lalu temui kami disini nanti"

"aku akan mempersiapkan diriku dengan baik mah..... aku selalu sayang kalian......



Di mobil Arthur

"apa jantungnya masih berdegup?" ucap Arthur
"masih....terimakasih telah menolong kami......kalo gak ada lo mungkin kakak gw udah mati," ucap Karin
"gw tadi liat ada api besar.....terus gw penasaran.......pas gw liat.....kakak lo lagi dihajar sama orang-orang geng itu....." ucap Arthur
"mereka itu Flame......mereka itu biadab," ucap Karin
"Flame? geng SMA itu? lumayan kuat sih emang....gw denger-denger ada si Sagil di situ kan...." ucap Arthur
"gw gak peduli! yang cuma gw pikirin sekarang cuma nyawa kakak gw!"
"ok lo tenang aja! sebentar lagi kita sampe di rumah sakit!"


Malam itulah awal pertemuan Bimo dan Karin dengan Arthur


Cerita ini adalah awal dari cerita tentang Alvin si pengkhianat itu. Alvin yang licik ini sebenarnya adalah korban pertama Bimo dulu. Setelah Bimo dan Karin menjadi Animus atas ajakan Arthur, mereka memutuskan untuk membalaskan dendam keluarganya terhadap Flame dan keluarga Irham. Sebagai langkah pertama, Bimo memutuskan untuk membunuh Alvin

Malam itu Ace bersama anggotanya yang banyak itu berhasil menculik Alvin dan membawanya ke markas Ace untuk diinterogasi lalu dibunuh. Alvin diikat di bangku dengan tali yang melilit tubuh dan tangannya, mukanya memar karena dipukuli Arthur. Alvin terlihat kacau dan hanya bisa pasrah.

"vin....lo tau kan gw udah dendam banget sama Flame......lo tau gak caranya supaya dendam itu bisa terbalas?" ucap Bimo sambil memegang pistol ditangannya
"gw ga tahu mo......gw mohon ampun mo.......emang gw salah apa? gw mohon ampun mo......" ucap Alvin

"lucu........lo gak tau lo salah apa? lo itu gila apa goblok? emang lo gak tahu siapa yang ganggu gw dulu waktu SMP? lo tahukan siapa yang dijulukin "si cengeng" itu? terus kalo kematian Eva.....iya kematian adek gw yang cantik itu.....lo tahukan kenapa? terus nyokap gw sampe stress karena kematian Eva ........dia kehilangan karirnya.....karir yang sudah sangat bagus. Akhirnya dia juga mati setelah lo sama temen lo yang brengsek itu nabrak dia malam itu......seenggaknya lo tanggung jawab dikitlah sama mayat nyokap gw.....tapi lo gak.......paling nggak lo minta maaf sama gw lah.......tapi lo nggak vin.....lo sama temen-temen lo itu gak ngelakuin itu! lo semua udah buat hidup gw berantakan! gw pun hampir kalian bunuh! jadi.......gw pengen tanya sama lo......lo pernah bunuh orang gak? soalnya bentar lagi gw mau bunuh orang nih...." ucap Bimo

"plis mo....plis jangan bunuh gw.....gw tahu gw salah.....gw orang biadab......tapi........gw itu sepupu lo mo! gw itu cuma diperalat sama Sergi dan teman-temannya.....mereka itu yang merencanakan pemerkosaan Eva....bukan gw.......gw juga gak ikut perkosa Eva mo.......malam itu gw cuma diem di rumah aja! sumpah mo! gw gak sejahat seperti yang lo kira! gw mohon mo.......kasih gw kesempatan.....gw bakal bayar semua kesalahan gw.....gw bakal bantu lo mo.......gw bakal bantu lo ngancurin Flame! biar gw yang jadi mata-mata lo di Flame! plis mo! kasih gw kesempatan!


Alvin menggunakan kelicikannya untuk selamat dari kematian yang sudah tepat ada di depannya. Ia terus berusaha untuk meyakini Bimo bahwa ia adalah pendukungnya. Bimo sekarang bukan Bimo yang dulu. Bimo sekarang adalah animus sang ketua Ace. Bimo memiliki perlindungan kuat dari Arthur dan para geng bawahannya. Sadar akan kekuatan Bimo yang melebihi Flame, Alvin memutuskan untuk menjadi kaki tangan Bimo dan berkhianat dengan geng nya sendiri yaitu Flame. Alvin berpikir tidak ada gunanya lagi ia menjadi anggota Flame, karena satu per satu anggota Flame akan mati dibunuh oleh Bimo


"lo mau jadi mata-mata? kenapa gw mesti percaya sama lo?" ucap Bimo
"gw gak bakal ngecewain lo mo! percaya sama gw! gw bakal bantu lo buat ngancurin Flame! gw bakal buktiin mo! gw sekarang ini pendukung lo mo!" ucap Alvin

"lepas talinya," ucap Bimo

Para anggota Ace itu melepas tali yang mengikat Alvin di kursi. Alvin terlihat lega dan gembira

"makasih mo! makasih! gw janji gak bakal ngecewain lo! gw pendukung lo yang setia! demi Ace gw janji mati!" ucap Alvin

"ok...sekarang lo mata-mata Ace....gw percaya sama lo....sampe lo ngecewain gw lagi....lo bakal gw bunuh.......sebagai mata-mata Ace tugas pertama lo ngawasin anggota Flame yang namanya Ben, lo laporin terus kegiatan dia....lo intai terus dia......gw perlu laporan lo tiap hari karena kamis minggu depan gw bakal bunuh dia.......," ucap Bimo

"ok mo! gw siap!" ucap Alvin

Alvin pun pergi meninggalkan markas Ace

"lo yakin mo percaya sama Alvin?" ucap Arthur
"gw sengaja manfaatin dia buat mata-mata di Flame, lumayan kan....." ucap Bimo
"tar kalo dia berkhianat sama kita gimana?"
"bunuh aja langsung, susah amat,"



"kurang lebih ceritanya kaya gitu nad.....Alvin itu udah berkhianat sama lo dan Flame.......dia juga yang udah kasih tau markas Flame......jadi gw tau dimana lo sembunyi. Dia itu berguna banget.........tapi malem ini pun dia bakal mati sama kaya lo.......semua Flame itu harus mati.......gak boleh ada yang masih hidup.........apapun yang udah dilakuin Alvin buat Ace, dia harus tetep gw bunuh! dia tetep anggota Flame dulu! sekarang...........lo yang mati duluan,"


Bimo mengarahkan pistolnya ke Bonad yang berlutut itu. Namun, Bonad hanya tersenyum

"jadi diumur 17 gw mati ya, yah padahal gw masih mau nikmatin hidup,"

Tiba-tiba

"mo! Nay sama Alan dan seseorang berjaket abu-abu ada di depan! mereka menuju kesini!" ucap Alvin panik

"ternyata belum saatnya gw mati," ucap Bonad sambil tersenyum


Nay, Alan dan Cesar telah sampai di markas Flame. Mereka berhadapan dengan Bimo, Karin, Alvin dan Arthur. Arthur sangat kaget ketika melihat Cesar. Ia tidak yakin betul bahwa itu adalah kakaknya. Arthur yakin bahwa ia telah membunuhnya dulu

"sebuah reuni yang luar biasa bukan Arth?" ucap Cesar
"Cesar? kenapa lo masih hidup?" ucap Arthur

"kenapa lo masih hidup......Cesar.......tai lo! mending lo mati aja deh Arth! lo pasti kaget ngeliat gw kan? lo kira gw udah mati ya, sayang Arth gw emang ditakdirkan untuk meneruskan dead hunter. Gw disini ada untuk bunuh lo! bunuh pengkhianat macem lo! semua yang lo pikirin cuma kekuasaan! sampe keluarga lo sendiri lo bunuh demi itu! dasar orang gila!" ucap Cesar

Arthur tertawa malam itu

"lucu......bener-bener lucu sar omongan lo itu.........lo kalo ngomong dipikir dulu lah.....kayanya lo mikir gampang banget bunuh gw? gw ini animus.....gw ini ketua geng terkuat, Ace"
"gak peduli gw......gw cukup kuat untuk ngalahin lo! gw ini dead hunter!" ucap Cesar
"jadi sekarang dead hunter udah semakin kuat ya? gw jadi pengen tau kekuatan dead hunter yang sekarang," ucap Arthur

"gak usah kelamaan! mati lo bangsat!"

Cesar menembak Arthur dengan pistolnya tiba-tiba. Tembakkan itu mengenai tangan Arthur. Bimo yang melihat Arthur tertembak langsung membunuh Bonad yang berlutut di depannya. Ia menembak Bonad berulang-ulang. Karin mengambil pistol kecil yang ia sembunyikan di pahanya. Ia menembak Nay. Nay tertembak di bagian dadanya dan langsung terjatuh. Alan sangat kaget melihat adiknya tertembak. Ia berteriak memanggil nama adiknya lalu menembak Karin dengan pistolnya. Karin langsung berlari bersama Arthur dan Alvin untuk pergi menuju mobil van untuk meninggalkan markas Flame itu.

Bimo melihat Cesar mengarahkan pistol kearahnya. Bimo tertembak di bagian pundak kirinya dan berhasil menembak Cesar di bagian pahanya. Setelah itu Cesar terjatuh dan Bimo pun lari untuk kabur dari markas itu. Alan mengejar Bimo yang kabur itu

Karin, Arthur,Bimo dan Alvin yang berlari menuju mobilnya itu ditembaki oleh Alan. Alan menembak sambil berteriak kencang. Ia sangat kesal dan frustasi karena adiknya Nay telah tewas. Tembakkan Alan itu tidak satu pun berhasil mengenai Karin, Arthur, Alvin dan Bimo. Mereka pun berhasil kabur dari markas itu


"setan! bangsat lo semua!................. Nay!!!! ............Nay!!!!"

Alan berteriak kencang malam itu. Saudara kembarnya telah mati dibunuh oleh Karin. Alan masuk ke dalam markas Flame. Ia melihat adiknya yang sekarat itu

"Nay..................tenang Nay......tenang............ayo kita ke rumah sakit.................lo pasti hidup......."
"lan...............sakit lan...........dada gw sakit.............panas.............peluru ini panas lan.........saakit............."
"bertahan Nay! lo kuat Nay!
"gak bisa lan............semuanya berputar......................gw ngerasa dingin...................gw gak bisa nafas lan...........................
"terus sekarang gw harus apa Nay?! gw harus apa?!"
"lan.....................sebelum gw mati...........................gw punya pesan untuk lo........................."
"apa Nay?!"

"lo selalu pake narkoba............................lo pake terlalu banyak lan...........................jangan pernah lo pake itu lagi.................................demi gw........................ok?"
"ok gw janji! gw janji gak bakal pake narkoba lagi!

Nay tersenyum

"lan...........................lo saudara kembar gw yang paling gw sayang...................................lo kakak gw yang paling gw hormati................................gw mohon balas kematian gw.............................jangan sampe lo mati sebelum bunuh Karin....................................."
"gw janji bakal bunuh Karin! gw janji!"

Nay tersenyum

"lan......................ini saatnya.......................gw udah gak kuat......................gw takut lan..........gw takut mati............................gw.................................

Nay menghembuskan nafas terakhirnya. Perkataannya tidak selesai malam itu. Alan berteriak memanggil Nay malam itu. Ia menangis melihat adiknya yang tewas itu.

"jangan takut Nay........lo adik gw kan......lo adik gw yang paling berani! gw bangga punya adik kaya lo....................."


Malam itu dua anggota Flame telah tewas. Bonad dan Nay telah tewas tertembak malam itu. Cesar yang terluka itu menghampiri Alan

"sabar lan, sebentar lagi lo bisa balas kematian adik lo,"
"gw harus balas dendam sar, harus....
"semua udah semakin jelas. Apa yang terjadi nanti sudah sangat jelas," ucap Cesar
"emang apa yang bakal terjadi nanti?" ucap Alan
"kita perang lawan Ace!"


Sementara itu di depan mobil van milik Arthur itu. Alvin kaget ketika Bimo, Arthur dan Karin mengarahkan pistol kepadanya

"ada apaan? ko lo semua mau nembak gw? becanda kan lo semua," ucap Alvin
"kita semua gak bercanda," ucap Bimo
"yauda dong, turunin pistolnya, gw takut nih....kita kan temen," ucap Alvin
"temen? siapa bilang vin?" ucap Bimo
"kita temen kan mo! gw kan mata-mata kalian! gw temen kalian kan!" ucap Alvin

"sori vin....sebenernya gw cuma mau manfaatin lo untuk jadi mata-mata, sekarang lo udah gak guna lagi....lo harus mati," ucap Bimo
"kenapa? kenapa lo khianatin gw?! plis mo! kita temen kan! jangan main-main ah mo!" ucap Alvin
"kita bukan temen, lo bukan temen gw....lo itu anggota Flame yang udah buat hidup gw berantakan! semua anggota Flame harus mati! termasuk lo!" ucap Bimo

Arthur, Bimo dan Karin menembak Alvin malam itu. Mereka menembak Alvin tanpa ampun sedikit pun. Alvin pun langsung tewas malam itu dengan kondisi yang mengenaskan

"dasar penjilat licik lo!" ucap Arthur

Mereka pun masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu

Di dalam mobil Animus

"Cesar itu kakak gw yang waktu itu gw ceritain. Ternyata dia masih hidup, gak nyangka gw," ucap Arthur
"terus sekarang Cesar mau lo apain?" ucap Bimo
"semua udah jelas! kita harus mempersiapkan anggota Ace! kita bakal perang!" ucap Arthur

"perang? lawan siapa Arth?" ucap Karin sambil menyetir

"kita perang lawan dead hunter!" ucap Arthur

Next episode: Ace vs Dead Hunter!!!!