Sabtu, 07 November 2009

32. Reunion

Irham, Kyna dan Jun sedang berada di rumah sakit untuk menjenguk kapten Aryo di malam itu. Kapten Aryo masih terbaring lemah dan perlu beberapa hari lagi untuk pulih. Kyna membawa bingkisan buah dan meletakkannya di meja samping tempat tidur kapten Aryo.

"kapten bagaimana keadaannya? sudah membaik?" tanya Irham
"sudah lumayan ham, terima kasih kalian menyempatkan untuk menjenguk ke sini," ucap Kapten Aryo
"kapten harus cepat sembuh agar bisa beraksi lagi...saya sudah membawakan buah untuk kapten, dimakan ya," ucap Kyna

"tentu saja, terima kasih ya..." ucap kapten Aryo sambil tersenyum


"wah.... jadi ini kapten Aryo yang sering aku liat di TV itu? aku fans berat kapten! aksi-aksi kapten sangat hebat! aku sering melihat kapten di televisi," ucap Jun

"ya inilah saya, Aryo... seorang polisi yang sering kamu lihat di tv itu..." ucap Kapten Aryo
"kapten harus tetap berjuang! geng-geng brandal itu harus segera dibasmi kapten!" ucap Jun

"tentu saja...setelah sembuh beberapa hari lagi, saya pasti langsung bertugas kembali... saya akan langsung bergabung dengan tim S.E.F untuk bertugas

"S.E.F? apa itu kapten?" tanya Jun

"Special Elite Force," ucap Kyna
"spec....spec.. apa?" ucap Jun

"special elite force Juuun..." ucap Kyna

"spec....spec...selis....apa sih kagak ngerti..." ucap Jun bodoh

"itu polisi khusus untuk membasmi teror Jun, kapten Aryo anggotanya," ucap Kyna
"ooh...begitu...susah banget namanya, spec...spec... selis.... apa sih!" ucap Jun

Kyna hanya tersenyum melihat tingkah laku Jun yang bodoh


"kapten, saya tidak melihat perwira Edo... dimana dia kapten?" ucap Irham
"dia sedang bertugas untuk mengamankan sebuah bank di kota... sebuah geng menyerang bank itu untuk merampok uangnya," ucap Kapten Aryo
"ooh begitu..." ucap Irham


Di sebuah bank yang terletak di pusat kota. Perwira Edo dan rekan polisinya sedang berjibaku dengan the ghost dan Alvo

"tembak! tembak! jangan ada yang berhenti!" ucap perwira Edo

Semua polisi yang berada di depan bank itu menembak Leonard yang berjalan dengan santai itu, semua tembakan berhasil mengenainya namun Leonard tetap berdiri tangguh dan tak terjatuh

"gila! dia bukan manusia! tembakkan kita semua sudah mengenainya! tapi dia tidak bergeming sedikit pun!" ucap anggota polisi

Leonard terdiam dan Gavin berjalan mendekatinya

"dah biar gw yg urus selanjutnya," ucap Gavin

Semua polisi itu dimantrai oleh Gavin, mereka seperti kerasukan iblis dan tidak terkendali, mereka menembaki temannya sendiri seperti sudah dikendalikan oleh Gavin

"saya tidak bisa melawan! apa ini!"

Semua polisi itu mati ditembak oleh teman-temannya sendiri yang telah dipengaruhi oleh Gavin.

"lo ga tau sih betapa mengerikannya the ghost! kita ini bukan manusia!" ucap Gavin tersenyum licik


Sementara itu di dalam bank, Alvo dan Zen sedang berusaha membuka pintu brankas bank yang besar itu. Mereka menggunakan mantranya untuk menjebol pintu brankas yang besar itu

"cepat! kekuatan kita hanya bisa bertahan selama 20 menit! kalo lebih dari itu kita bisa dikutuk! cepat vo!" ucap Zen

"berisik! gw tau Zen! lo bantuin gw dong buka brankas ini! susah nih!" ucap Alvo

Tak lama, Alvo dan Zen pun berhasil membuka pintu brankas itu, mereka masuk ke dalam dan segera memasukkan uang yang tersimpan di dalam brankas ruang penyimpanan uang itu ke koper yang mereka bawa


Setelah beberapa menit, Alvo dan Zen berhasil memasukkan uang-uang itu ke koper yang mereka bawa, mereka pun pergi dari tempat itu, namun perwira Edo berada tepat di depan mereka untuk mencegat mereka

"mau kemana kalian! cepat serahkan uang-uang itu!" ucap perwira Edo sambil mengarahkan pistolnya ke Zen dan Alvo

"yah, cecunguk beginian pake muncul lagi...lo urus Zen...terserah mau lo apain ke," ucap Alvo
"ok vo...tenang aja..." ucap Zen

Zen memantrai perwira Edo dan membuatnya tidak bisa bergerak sedikit pun, ia seperti menjadi patung. Zen mendekati perwira Edo

"ini binatang peliharaan gw, dia sangat berbahaya, dia bisa masuk ke tubuh lo terus makan semua organ tubuh lo...sebaiknya lo berdoa agar dia gak masuk ke tubuh lo...sepertinya dia suka sama lo..." ucap Zen

Zen menaruh seekor serangga berbentuk sangat menyeramkan yang cukup besar di tangan perwira Edo, Zen dan Alvo lalu meninggalkan perwira Edo sendirian

Serangga itu berjalan dan berusaha masuk ke tubuh perwira Edo, perwira Edo yang tidak bisa apa-apa karena sudah dimantrai oleh Zen itu sangat ketakutan, ia tidak tahu harus berbuat apa


Seorang polisi yang melihat perwira Edo langsung mengambil dan membuang serangga itu. Lalu polisi itu pun menembak serangga itu hingga mati. Hampir saja serangga itu masuk ke tubuh perwira Edo. Mantra dari Zen pun telah hilang

"gila hampir aja....untung anda sempat mengambil serangga itu..." ucap perwira Edo
"hati-hati do! mereka ini bukan orang sembarangan! mereka menyebut dirinya the ghost! mereka punya kemampuan mistis yang mengerikan..." ucap anggota polisi itu
"ayo kita kejar mereka!" ucap perwira Edo


Ketika perwira Edo keluar dari bank, semua polisi sudah bergeletakan di tanah karena ulah the ghost itu. Para the ghost itu berdiri menghadap ke perwira Edo, mereka telah melumpuhkan polisi-polisi itu

"sampai bertemu lagi nanti," ucap Leonard

Para the ghost itu pun masuk ke dalam mobil van hitam yang menjemputnya. Mereka telah berhasil mencuri uang di bank itu

"sial! mereka lolos!" ucap perwira Edo
"do teman-teman kita...... mereka semua kalah oleh the ghost itu..." ucap anggota polisi itu
"tenang mereka semua masih belum tewas..." ucap perwira Edo

Suara sirine mobil ambulans datang untuk memberikan pertolongan kepada polisi-polisi yang terluka itu. Malam itu the ghost berhasil menjalankan misinya untuk mencuri uang di bank



Sementara itu di markas the Flame

Bonad terlihat sangat ketakutan ketika Bimo mengancamnya dengan menembakkan pistolnya ke atas di malam itu. Bonad mengira Bimo akan langsung membunuhnya.

"kenapa? lo takut mati?" ucap Bimo
"iya...gw takut.... tolong jangan bunuh gw.... gw mohon mo....ampun....gw tau gw salah.....gw tau dulu lo selalu kita kerjain....." ucap Bonad
"gw tau gw dulu anak cupu nad....gw tau gw gak berguna, lemah, bodoh dan cengeng...kalian...kalian! Elf! selalu ganggu gw! kenapa hah!! lo ga tau betapa sakitnya gw pada saat itu! masa kecil gw kelam karena kalian selalu ganggu hidup gw! tapi.......... disitulah gw sadar bahwa gw gak boleh selalu menjadi orang lemah, gw harus melawan....." ucap Bimo



Bimo kecil sedang berjalan sendirian di koridor sekolahnya, sore itu semua anak murid pulang ke rumahnya karena sekolah telah usai. Bimo kecil pun ingin seperti teman-temannya untuk pulang ke rumahnya. Para geng Elf menghampiri Bimo yang sedang berjalan sendiri di koridor sekolah

"eh cengeng, mau kemana? mau pulang ya?" ucap Alvin kecil
"iya....ada apa ya?" ucap Bimo kecil
"gak ada apa-apa ko....hmm.... lo punya duit gak? bagi dong...." ucap Alan kecil
"gak ada.....gw gak punya uang...." ucap Bimo kecil
"jangan bohong deh...." ucap Bonad kecil
"betul, gw gak bohong...." ucap Bimo kecil

Bimo pun langsung mencoba untuk lari dari Elf yang ingin merampas uangnya itu, namun Alvin menahannya

"eh....mau kemana si? mau coba kabur?" ucap Alvin sambil menahan tas Bimo
"jangan ganggu gw...gw gak punya uang..." ucap Bimo kecil
"ah! bohong lo!" ucap Alan kecil

Bonad, Alan dan Nay memeriksa tas Bimo dan mengambil uang jajan Bimo dan handphonenya

"jangan....jangan ambil itu! gw mohon! nanti gw bisa dimarahin sama ayah gw!" ucap Bimo yang mencoba merebut handphone miliknya yang dipegang Alan

"halah bacot!" ucap Alan sambil mendorong Bimo hingga jatuh

Bimo terjatuh ke lantai dan langsung menangis

"dasar cengeng, bisanya cuma nangis," ucap Alan kecil
"eh...kita kunciin aja di ruang lab... biar mampus..." ucap Bonad kecil
"wah ide bagus tuh...." ucap Alan kecil

Bimo pun ditarik paksa ke ruang lab oleh Alan, Alvin dan Bonad. Ruang lab itu dikunci dari luar oleh mereka dan Bimo dikurung di dalam. Alan, Alvin dan Bonad pergi meninggalkan Bimo dengan membawa uang dan handphone Bimo.

"keluarin gw! gw gak mau disini sendirian! gelap! keluarin gw!" Bimo berteriak di sore itu
Malam itu Bimo sangat ketakutan karena sendirian berada di lab biologi sekolah.


Kesokan harinya

Semua murid tertawa melihat Bimo yang tidur di dalam lab biologi itu. Hari itu sudah pagi, namun Bimo yang terkurung di dalam lab itu masih tidur dan terlihat memprihatinkan

Bimo terbangun melihat teman-temannya menertawakannya

"woy cengeng! ngapain lo disini?" ucap salah satu temannya
"sudah pagi ya? maaf...gw harus pulang," ucap Bimo
"dasar aneh lo emang!" ucap temannya yang lain

Bimo pun berdiri dan ingin pergi meninggalkan lab itu, Bimo yang terlihat berantakan itu terus dicemooh teman-temannya

"Bimo! sedang apa kamu disini?! kamu mau mencuri peralatan lab ya!?" ucap guru biologi Bimo
"tidak pak... Alvin, Bonad dan Alan yang mengurung saya kemarin sore," ucap Bimo



Bimo, Alvin, Bonad dan Alan berdiri di ruang BP sekolah pagi itu

"Alvin...benar apa yang Bimo bilang kalo kalian yang mengunci Bimo kemarin di ruang Biologi sekolah?" ucap bapak kepala sekolah
"bukan pak, bukan kami...kami gak tahu soal itu...orang kami pulang cepat kemarin... ya kan nad, lan?" ucap Alvin kecil
"iya bener," ucap Bonad dan Alan kecil

"mereka berbohong pak! mereka mengambil handphone saya dan uang saya! lalu mengunci saya di ruang lab biologi kemarin sore!" ucap Bimo kecil
"gak pak! bohong! Bimo bohong pak!"
"bener pak! mereka yang mengunci saya! mereka mengambil uang dan handphone saya!

Seketika suasana menjadi ramai

"diam!" ucap bapak kepala sekolah
"tunggu disini!" ucap bapak kepala sekolah melanjutkan

Bapak kepala sekolah itu pergi ke belakang ruangan beserta guru BP dan guru biologi

"pak gimana ini? Alvin, Alan dan Bonad itu pemberi sumbangan terbesar untuk sekolah ini, orang tua mereka itu orang penting untuk sekolah ini...orang tua mereka juga berpesan kepada saya agar anak-anak mereka dijaga dan jangan sampai terkena masalah sekolah, saya takut kalo nanti Alan, Bonad dan Alvin dihukum... saya bisa dipecat dari sekolah ini..." ucap bapak kepala sekolah
"ya saya juga berpikir seperti itu... saya juga takut...nanti bisa-bisa saya tidak digaji..." ucap guru biologi
"iya betul, tapi saya yakin Bimo itu memang tidak salah... Alan, Bonad dan Alvin itu memang terkenal nakal....tapi karena orang tuanya yang pejabat kaya itu dan orang penting di sini.... kita tidak bisa berbuat apa-apa kan..." ucap guru BP

"jadi gimana pak?" ucap guru biologi




Siang itu Bimo dihukum dan berdiri di tengah lapangan sambil berdiri satu kaki dan tangannya memegang telinga. Semua itu karena keputusan guru dan kepala sekolahnya yang sangat tidak adil dan hanya mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan keadilan dan kejujuran hukum. Bimo adalah korban dari birokrasi sekolah yang bobrok yang hanya mementingkan kepentingan golongan orang-orang penting.

Alan, Alvin dan Bonad berjalan keluar dari ruang BP dengan tersenyum sambil melihat Bimo yang dihukum itu.

"enaknya jadi orang kaya...," ucap Alvin
"kalo sampe kita yang dihukum, sekolah ini bisa ditutup..." ucap Bonad
"iya dong, orang tua kita kan termasuk salah satu pendiri sekolah ini," ucap Alan

Bimo melihat Alvin, Bonad, dan Alan berjalan sambil tersenyum licik kepadanya, mereka seperti mengejek Bimo

"kenapa jadi aku yang dihukum begini? padahal mereka yang salah...., dasar anak-anak orang kaya, orang tua mereka orang penting sih di sekolah ini, jadi selalu aku yang dihukum, sedangkan mereka kebal hukuman...," gumam Bimo

Hari itu Bimo dihukum seharian penuh di bawah sinar matahari yang panas itu. Bimo terlihat sangat kelelahan



Hari terus berlalu, Bimo anak cupu yang dijuluki si cengeng itu terus diganggu oleh geng Elf hampir setiap hari. Bimo kecil pun menjadi sangat tertekan dan menjadi anak yang sangat aneh di sekolah. Semua teman-temannya menjauhinya dan tidak ada yang mau berteman dengannya.


Suatu hari di Sekolah Bimo sedang diadakan ujian akhir semester. Bimo bersama teman-temannya sedang sangat serius di kelas untuk menjawab soal-soal ujian yang sulit itu. Semua murid di kelas terlihat sangat berkonsentrasi untuk menjawab soal-soal matematika yang sulit itu. Bimo yang duduk di pojok kanan belakang itu terlihat bisa menjawab soal-soal itu. Bimo memang telah mempersiapkan dirinya dengan baik untuk ujian matematika ini. Bonad dan Alvin yang duduk disamping Bimo terus mengganggunya agar ia memberikan jawabannya.

"woy mo...nomor 2 apaan? cepet! gw hajar nih!" ucap Alvin sambil berbisik-bisik

Bimo melihat Alvin lalu ia terdiam dan melanjutkan mengerjakan soalnya

"woy! gw dikacangin lagi! nomor 2 apaan?! awas loh kagak ngasih tau! liat lo ntar!" ucap Alvin
"tau lo! cepet kasih tau!" ucap Bonad

Bimo hanya tersenyum kecil seperti meledek lalu ia bilang

"dasar anak-anak bego lo! belajar dong!" ucap Bimo
"sialan lo! belagu amat!" ucap Alvin


Alvin dan Bonad yang terlihat sangat tidak tenang itu membuat gurunya curiga. Lalu guru itu menghampiri Alvin dan Bonad yang sedang berusaha mengambil kertas jawaban Bimo

"Alvin! Bonad! apa-apaan kalian!" ucap guru itu

"maaf......pak.... ga ada apa-apa ko pak...." ucap Alvin takut

"kalian ini nakal sekali! kerjaan kalian mencotek terus! orang tua kalian memang orang penting disini! tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya! keluar kalian! nilai ulangan kalian nol!"

Guru itu merobek kertas jawaban Alvin dan Bonad. Ia terlihat sangat menyeramkan

Bonad dan Alvin pergi meninggalkan kelas itu. Mereka terlihat kesal

Di luar kelas

"resek banget tuh guru baru! dia gak takut sama kita kaya guru-guru lain...awas aja tuh dia!" ucap Alvin
"tau! marah-marah mulu....yaudah lah santai aja....gimana kalo kita ke kantin...makan...." ucap Bonad
"boleh deh...laper gw juga..." ucap Alvin kecil


Sesampainya di kantin, Bonad dan Alvin langsung membeli sepiring nasi dengan lauk lengkap ditambah minuman dingin yang enak. Lalu mereka melihat Sergi, Ben dan Vena sedang duduk di kantin itu. Mereka pun bergabung

"woy ko pada di kantin?" ucap Alvin kecil
"gw udah selese ujiannya, gampang itu mah," ucap Sergi kecil
"hah serius lo? susah banget gitu! kagak ada yang ngerti gw..." ucap Alvin sambil menyantap makanannya
"ah lo mah kagak pernah belajar sih...belajar dong vin....payah lo..." ucap Sergi
"lo mang belajar gi? rajin amat lo!" ucap Alvin
"Sergi gitu...dia kan rajin gak kaya lo vin...." ucap Vena meledek

"ah elo Ven caper mulu sama Sergi...kayanya...... ada apa-apanya nih...." ucap Ben
"apaan sih lo Ben? gw nggak caper kok..." ucap Vena

"eh.... tapi ngomong-ngomong Alan sama Nay mana?" ucap Bonad sambil menyantap makanannya
"paling belom keluar...mereka mah jangan diharap dah cepet keluar kalo lagi ujian....orang gak pernah belajar gitu," ucap Sergi sambil tertawa kecil
"iya sih...gak mungkin mereka belajar... apa lagi Nay...... kerjaannya main game mulu sama kaya gw," ucap Bonad

"eh....tapi nad...kok lo cepet banget keluarnya? lo bisa ujiannya? jago lo nad!" ucap Sergi
"gw sama Alvin diusir dari kelas....." ucap Bonad
"ko bisa vin kenapa?" ucap Vena

"si cengeng itu gara-garanya, pelit banget dia tadi ngasih tau jawabannya....jadinya gw sama Bonad kena... tar pulang kita hajar aja tuh si Bimo..." ucap Alvin



Sore itu Bimo berjalan sendirian untuk pulang ke rumahnya. Di ujung jalan, geng Elf telah menunggu untuk menghajarnya.

"tuh dia si cengeng...siap-siap semua...begitu dia dateng langsung kita kerjain..." ucap Alvin
"sip lah, mampus loh cengeng!" ucap Alan

Bimo yang berjalan sendirian itu kaget ketika melihat geng Elf mencegatnya di ujung jalan yang sepi itu. Bimo dihajar habis oleh para geng Elf, ia terluka parah dan tak sadarkan diri sore itu.




"kalian semua....kalian semua itu biadab....kalian semua gak pantes hidup....apa yang udah kalian lakuin ke gw dan Eva gak pernah bakal bisa gw maafin............lo gak tau nad apa yang gw rasain.....apa yang sebenernya lo dan temen-temen bangsat lo pikirin hah!!!" ucap Bimo keras

Bonad hanya terdiam sambil ketakutan

"lo tau nad.....sebenernya gw gak pernah mau membunuh......sebenernya gw orang yang baik......tapi lo dan temen lo yang brengsek itu yang udah buat gw pilih jalan ini.........malam itu kalian coba bunuh gw sama Karin kan!" ucap Bimo

"lo bener mo.......sebenernya kita semua udah memperkosa Eva dulu.......gw gak pernah nyangka semuanya bakal kaya gini.......waktu itu... kita semua sadar lo dan Karin lapor ke polisi karena ulah kita itu.......jadi......... kita memutuskan untuk membunuh lo di malam itu.......tapi sayangnya kita gagal......dan gw gak nyangka setelah itu lo sama Karin jadi animus.......kita semua gak nyangka kalo kalian bergabung dengan Ace yang kuat itu.......kita semua gak nyangka kalo kalian mau balas dendam......." ucap Bonad

"Alvin.......lo tau dari Alvin kan kalo gw ini animus bertopeng putih...... gw emang udah rencanain semua ini.......Alvin itu mata-mata gw untuk The Flame..........gw suruh dia ngasih tau kalo gw ini sekarang udah jadi animus.......gw suruh dia ngasih tau ke kalian kalo gw ini masih ada........biar kalian semua tau kalo gw masih terus mengejar kalian......dendam gw gak bakal hilang sampai gw berhasil ngancurin Flame!" ucap Bimo

"Alvin? kenapa? pengkhianat anjing!!!! bangsat lo vin!!! semestinya gw tau!!! semestinya gw tau dari dulu kalo lo emang bangsat!!!!" ucap Bonad keras

"berisik......kalo lo teriak lagi gw tembak kepala lo.....si Alvin lagi jaga di luar......kalo lo kesel sama dia ya ngomong lah sama dia! jangan teriak-teriak!" ucap Bimo

"ternyata dia itu.........brengsek....gw gak nyangka ternyata lo itu pengkhianat vin" ucap Bonad

"iya dulu Alvin mohon sama gw pas gw mau bunuh dia.......dia ketakutan banget waktu itu, sampe dia memutuskan untuk berkhianat sama kalian......dia itu emang licik.....tapi gw pun gak suka sama orang licik kaya gitu......gw cuma manfaatin dia aja.....kalo udah gak perlu.....gw bakal bunuh dia," ucap Bimo




Siang itu The Flame sedang berdiskusi serius. Mereka mendengar Eva mati membakar dirinya sendiri karena stres setelah diperkosa oleh para anggota Flame yang bejat itu.

"gw denger-denger si Eva bunuh diri...dia ngebakar dirinya sendiri....lo baca koran lokal pagi ini gak? ada tuh beritanya, nih liat!" ucap Alvin sambil melempar koran ke meja

Sergi mengambil koran itu lalu membaca berita itu yang terdapat di pojokan koran

"seorang gadis muda tewas membakar dirinya sendiri di rumahnya....korban bernama Eva Serlina murid SMA Cemara.....masih tidak jelas kenapa korban bunuh diri.......kakak korban terlihat sangat terpukul malam itu ketika diwawancara........." ucap Sergi

"bener kan? gila! gw gak nyangka sampe kaya gini! gimana nih!!" ucap Alan
"ah terus emang kenapa kalo Eva bunuh diri? yang penting mah kita udah puas kan waktu itu...." ucap Sagil
"lo gak takut? kalo Bimo lapor polisi gimana?" ucap Alan
"gak lah....santai aja....." ucap Sagil

"tapi...." ucap Sergi
"tapi apaan gi?" ucap Nay

"gw mohon kalian semua jangan bocorin tentang perkosaan itu ke Vena....gw gak mau dia tahu hal ini....gw sayang banget sama dia....kalo dia tahu hal ini, dia bisa marah dan mungkin putusin gw," ucap Sergi

Bonad, Nay, Alan, Alvin, Ben dan Sagil terlihat setuju dengan Sergi. Mereka tidak akan membocorkan masalah ini kepada Vena

"tenang aja sama kita gi," ucap Nay


Waktu terus berjalan sampai kejadian dimana Sergi dan Flame menabrak Vania Serlina malam itu. Ketika itu Bimo menjadi semakin murka dengan Flame. Ia lalu melaporkan Flame ke kantor polisi. Para polisi itu pun langsung bertindak untuk menangkap Flame dan mereka berhasil menangkap Sagil malam itu. Sagil di bawa ke kantor polisi dan dipenjarakan untuk diinterogasi. Namun tidak lama Sagil bebas dari penjara, semua itu karena Sergi meminta ayahnya yang seorang Komjen Polisi untuk membebaskan Sagil tanpa syarat. Mengetahui Bimo lah yang melaporkan mereka ke polisi. Malam itu, The Flame mendatangi rumah Bimo. Di rumahnya Bimo hanya bersama Karin, ayah mereka baru saja meninggal beberapa hari lalu.



Di rumah Bimo

"kak, kita mau apa sekarang? ayah pun sudah meninggal...." ucap Karin
"kita sudah tidak punya penghasilan untuk hidup.......ayah satu-satunya yang membiayai kita pun sudah meninggal.....kita harus pergi ke rumah kakek rin," ucap Bimo
"besok pagi kita berangkat ya kak..." ucap Karin
"iya...kita jual saja rumah ini....bagaimana menurutmu? lumayan kan untuk tambahan uang," ucap Bimo
"entahlah....terlalu banyak kenangan di rumah ini....." ucap Karin

Bimo mengambil bingkai foto keluarganya yang terletak di atas meja. Ia melihat foto itu sambil mengenang semua keluarga yang telah pergi meninggalkannya itu


Bunyi pecahan kaca terdengar dari bagian belakang dan samping rumah Bimo. The Flame melempar botol yang berisi minyak dengan kobaran api menyala ke dalam rumah Bimo. Api-api dari botol itu membakar rumah Bimo dengan cepat

"api!! ada api kak? ada apa ini?!" ucap Karin panik
"cepet keluar rin!" ucap Bimo

Bimo mengintip dari balik jendela, ia melihat The Flame berada di depan rumahnya.

"rin lo sembunyi di belakang! biar gw yang hadapin Flame ini!" ucap Bimo
"tapi kak....The Flame itu kejam...aku takut kakak nanti...."
"diam! kamu tunggu saja di belakang rumah! kamu sembunyi! jangan sampe Flame menemukan kamu! cepat!" ucap Bimo

Karin pun pergi keluar rumah lewat pintu belakang untuk bersembunyi di belakang rumahnya. Sementar itu Bimo berjalan keluar rumahnya. Ia membuka pintu rumah itu.

Di luar rumah, Bimo melihat para anggota laki-laki Flame berdiri tepat di depan mereka. Semua anggota The Flame itu terlihat penuh amarah dengan Bimo, mereka membawa tongkat besi dan alat pemukul lainnya untuk menghajar Bimo

"woy bangsat! lo ngelaporin kita ke polisi hah!!?" ucap Alan

"ya gw yang laporin lo semua ke polisi! lo semua emang pantas di penjara!!" ucap Bimo
"jadi lo gitu anaknya.....lo gak tau ya kalo Flame itu bukan orang-orang sembarangan..." ucap Sagil
"bagi gw orang-orang Flame itu semua pengecut! gak berani tanggung jawab! lo semua itu orang-orang biadab!

Semua anggota Flame menghajar Bimo habis-habisan malam itu ditengah kobaran api yang membakar rumah Bimo. Satu per satu alat pemukul the Flame menghujani tubuh Bimo, ia pun tak berdaya dan hanya bisa pasrah saja. Karin yang melihat dari jauh, tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa melihat kakaknya dihajar oleh Flame. Bimo tidak sadarkan diri, ia terlihat sekarat. Darah mengalir dari kepala Bimo, wajah Bimo pun penuh darah, Bimo terbaring di tanah dan sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi.

"mampus lo! sampe lo buat ulah lagi sama kita! lo bakal kita abisin!" ucap Alan
"mati lo sekarang! liat noh muka lo udah berantakan gitu! makanya jangan macem-macem sama Flame!" ucap Nay

Bimo tak berkata sedikit pun. Ia sudah sekarat.

"mati kayanya si Bimo gil," ucap Bonad
"biarinlah! mampus! ayo cabut!" ucap Sagil

The Flame pun pergi meninggalkan Bimo yang sekarat itu

Karin menghampiri kakaknya yang terbaring di tanah dan tidak sadarkan diri itu. Ia tahu kalau Bimo tidak segera ditolong, Bimo akan mati.

"tuhan....apa aku juga akan kehilangan kakakku?" gumam Karin sedih

"rin"

"kakak? aku harus membawa kakak ke rumah sakit segera! aku harus mencari pertolongan!"
"rin......jangan..........kakak sudah tidak kuat.........kakak pasti mati........." ucap Bimo
"gak! kakak harus hidup! jangan tinggalin Karin kak!"
"rin.......bagaimana rasanya mati ya? Eva, ayah dan ibu sudah merasakannya............ternyata rasanya sekarat itu seperti ini ya............aku senang rin............senang......" ucap Bimo tersenyum

"aku senang sebentar lagi aku bertemu mereka..........ayah.......ibu........dan Eva," ucap Bimo
"kakak bertahan kak! kakak pasti selamat!"

Bimo tersenyum malam itu, matanya menutup rapat

Bimo melihat orangtuanya dan Eva berdiri tepat di depannya.

"mo....."

"mamah? Eva? ayah?"
"belum saatnya kamu mati nak....masih ada kewajiban yang harus kamu penuhi...kamu masih belum siap nak."
"kenapa mah?"
"kamu masih belum siap untuk mati....didirimu masih ada dendam yang sangat mendalam....kamu harus menghilangkan itu......ikhlaslah nak...."
"tapi aku mau mati! aku mau bersama kalian! bawalah aku bersama kalian!
"tidak bisa nak...kamu masih belum siap......siapkanlah dirimu dengan baik......lalu temui kami disini nanti"

"aku akan mempersiapkan diriku dengan baik mah..... aku selalu sayang kalian......



Di mobil Arthur

"apa jantungnya masih berdegup?" ucap Arthur
"masih....terimakasih telah menolong kami......kalo gak ada lo mungkin kakak gw udah mati," ucap Karin
"gw tadi liat ada api besar.....terus gw penasaran.......pas gw liat.....kakak lo lagi dihajar sama orang-orang geng itu....." ucap Arthur
"mereka itu Flame......mereka itu biadab," ucap Karin
"Flame? geng SMA itu? lumayan kuat sih emang....gw denger-denger ada si Sagil di situ kan...." ucap Arthur
"gw gak peduli! yang cuma gw pikirin sekarang cuma nyawa kakak gw!"
"ok lo tenang aja! sebentar lagi kita sampe di rumah sakit!"


Malam itulah awal pertemuan Bimo dan Karin dengan Arthur


Cerita ini adalah awal dari cerita tentang Alvin si pengkhianat itu. Alvin yang licik ini sebenarnya adalah korban pertama Bimo dulu. Setelah Bimo dan Karin menjadi Animus atas ajakan Arthur, mereka memutuskan untuk membalaskan dendam keluarganya terhadap Flame dan keluarga Irham. Sebagai langkah pertama, Bimo memutuskan untuk membunuh Alvin

Malam itu Ace bersama anggotanya yang banyak itu berhasil menculik Alvin dan membawanya ke markas Ace untuk diinterogasi lalu dibunuh. Alvin diikat di bangku dengan tali yang melilit tubuh dan tangannya, mukanya memar karena dipukuli Arthur. Alvin terlihat kacau dan hanya bisa pasrah.

"vin....lo tau kan gw udah dendam banget sama Flame......lo tau gak caranya supaya dendam itu bisa terbalas?" ucap Bimo sambil memegang pistol ditangannya
"gw ga tahu mo......gw mohon ampun mo.......emang gw salah apa? gw mohon ampun mo......" ucap Alvin

"lucu........lo gak tau lo salah apa? lo itu gila apa goblok? emang lo gak tahu siapa yang ganggu gw dulu waktu SMP? lo tahukan siapa yang dijulukin "si cengeng" itu? terus kalo kematian Eva.....iya kematian adek gw yang cantik itu.....lo tahukan kenapa? terus nyokap gw sampe stress karena kematian Eva ........dia kehilangan karirnya.....karir yang sudah sangat bagus. Akhirnya dia juga mati setelah lo sama temen lo yang brengsek itu nabrak dia malam itu......seenggaknya lo tanggung jawab dikitlah sama mayat nyokap gw.....tapi lo gak.......paling nggak lo minta maaf sama gw lah.......tapi lo nggak vin.....lo sama temen-temen lo itu gak ngelakuin itu! lo semua udah buat hidup gw berantakan! gw pun hampir kalian bunuh! jadi.......gw pengen tanya sama lo......lo pernah bunuh orang gak? soalnya bentar lagi gw mau bunuh orang nih...." ucap Bimo

"plis mo....plis jangan bunuh gw.....gw tahu gw salah.....gw orang biadab......tapi........gw itu sepupu lo mo! gw itu cuma diperalat sama Sergi dan teman-temannya.....mereka itu yang merencanakan pemerkosaan Eva....bukan gw.......gw juga gak ikut perkosa Eva mo.......malam itu gw cuma diem di rumah aja! sumpah mo! gw gak sejahat seperti yang lo kira! gw mohon mo.......kasih gw kesempatan.....gw bakal bayar semua kesalahan gw.....gw bakal bantu lo mo.......gw bakal bantu lo ngancurin Flame! biar gw yang jadi mata-mata lo di Flame! plis mo! kasih gw kesempatan!


Alvin menggunakan kelicikannya untuk selamat dari kematian yang sudah tepat ada di depannya. Ia terus berusaha untuk meyakini Bimo bahwa ia adalah pendukungnya. Bimo sekarang bukan Bimo yang dulu. Bimo sekarang adalah animus sang ketua Ace. Bimo memiliki perlindungan kuat dari Arthur dan para geng bawahannya. Sadar akan kekuatan Bimo yang melebihi Flame, Alvin memutuskan untuk menjadi kaki tangan Bimo dan berkhianat dengan geng nya sendiri yaitu Flame. Alvin berpikir tidak ada gunanya lagi ia menjadi anggota Flame, karena satu per satu anggota Flame akan mati dibunuh oleh Bimo


"lo mau jadi mata-mata? kenapa gw mesti percaya sama lo?" ucap Bimo
"gw gak bakal ngecewain lo mo! percaya sama gw! gw bakal bantu lo buat ngancurin Flame! gw bakal buktiin mo! gw sekarang ini pendukung lo mo!" ucap Alvin

"lepas talinya," ucap Bimo

Para anggota Ace itu melepas tali yang mengikat Alvin di kursi. Alvin terlihat lega dan gembira

"makasih mo! makasih! gw janji gak bakal ngecewain lo! gw pendukung lo yang setia! demi Ace gw janji mati!" ucap Alvin

"ok...sekarang lo mata-mata Ace....gw percaya sama lo....sampe lo ngecewain gw lagi....lo bakal gw bunuh.......sebagai mata-mata Ace tugas pertama lo ngawasin anggota Flame yang namanya Ben, lo laporin terus kegiatan dia....lo intai terus dia......gw perlu laporan lo tiap hari karena kamis minggu depan gw bakal bunuh dia.......," ucap Bimo

"ok mo! gw siap!" ucap Alvin

Alvin pun pergi meninggalkan markas Ace

"lo yakin mo percaya sama Alvin?" ucap Arthur
"gw sengaja manfaatin dia buat mata-mata di Flame, lumayan kan....." ucap Bimo
"tar kalo dia berkhianat sama kita gimana?"
"bunuh aja langsung, susah amat,"



"kurang lebih ceritanya kaya gitu nad.....Alvin itu udah berkhianat sama lo dan Flame.......dia juga yang udah kasih tau markas Flame......jadi gw tau dimana lo sembunyi. Dia itu berguna banget.........tapi malem ini pun dia bakal mati sama kaya lo.......semua Flame itu harus mati.......gak boleh ada yang masih hidup.........apapun yang udah dilakuin Alvin buat Ace, dia harus tetep gw bunuh! dia tetep anggota Flame dulu! sekarang...........lo yang mati duluan,"


Bimo mengarahkan pistolnya ke Bonad yang berlutut itu. Namun, Bonad hanya tersenyum

"jadi diumur 17 gw mati ya, yah padahal gw masih mau nikmatin hidup,"

Tiba-tiba

"mo! Nay sama Alan dan seseorang berjaket abu-abu ada di depan! mereka menuju kesini!" ucap Alvin panik

"ternyata belum saatnya gw mati," ucap Bonad sambil tersenyum


Nay, Alan dan Cesar telah sampai di markas Flame. Mereka berhadapan dengan Bimo, Karin, Alvin dan Arthur. Arthur sangat kaget ketika melihat Cesar. Ia tidak yakin betul bahwa itu adalah kakaknya. Arthur yakin bahwa ia telah membunuhnya dulu

"sebuah reuni yang luar biasa bukan Arth?" ucap Cesar
"Cesar? kenapa lo masih hidup?" ucap Arthur

"kenapa lo masih hidup......Cesar.......tai lo! mending lo mati aja deh Arth! lo pasti kaget ngeliat gw kan? lo kira gw udah mati ya, sayang Arth gw emang ditakdirkan untuk meneruskan dead hunter. Gw disini ada untuk bunuh lo! bunuh pengkhianat macem lo! semua yang lo pikirin cuma kekuasaan! sampe keluarga lo sendiri lo bunuh demi itu! dasar orang gila!" ucap Cesar

Arthur tertawa malam itu

"lucu......bener-bener lucu sar omongan lo itu.........lo kalo ngomong dipikir dulu lah.....kayanya lo mikir gampang banget bunuh gw? gw ini animus.....gw ini ketua geng terkuat, Ace"
"gak peduli gw......gw cukup kuat untuk ngalahin lo! gw ini dead hunter!" ucap Cesar
"jadi sekarang dead hunter udah semakin kuat ya? gw jadi pengen tau kekuatan dead hunter yang sekarang," ucap Arthur

"gak usah kelamaan! mati lo bangsat!"

Cesar menembak Arthur dengan pistolnya tiba-tiba. Tembakkan itu mengenai tangan Arthur. Bimo yang melihat Arthur tertembak langsung membunuh Bonad yang berlutut di depannya. Ia menembak Bonad berulang-ulang. Karin mengambil pistol kecil yang ia sembunyikan di pahanya. Ia menembak Nay. Nay tertembak di bagian dadanya dan langsung terjatuh. Alan sangat kaget melihat adiknya tertembak. Ia berteriak memanggil nama adiknya lalu menembak Karin dengan pistolnya. Karin langsung berlari bersama Arthur dan Alvin untuk pergi menuju mobil van untuk meninggalkan markas Flame itu.

Bimo melihat Cesar mengarahkan pistol kearahnya. Bimo tertembak di bagian pundak kirinya dan berhasil menembak Cesar di bagian pahanya. Setelah itu Cesar terjatuh dan Bimo pun lari untuk kabur dari markas itu. Alan mengejar Bimo yang kabur itu

Karin, Arthur,Bimo dan Alvin yang berlari menuju mobilnya itu ditembaki oleh Alan. Alan menembak sambil berteriak kencang. Ia sangat kesal dan frustasi karena adiknya Nay telah tewas. Tembakkan Alan itu tidak satu pun berhasil mengenai Karin, Arthur, Alvin dan Bimo. Mereka pun berhasil kabur dari markas itu


"setan! bangsat lo semua!................. Nay!!!! ............Nay!!!!"

Alan berteriak kencang malam itu. Saudara kembarnya telah mati dibunuh oleh Karin. Alan masuk ke dalam markas Flame. Ia melihat adiknya yang sekarat itu

"Nay..................tenang Nay......tenang............ayo kita ke rumah sakit.................lo pasti hidup......."
"lan...............sakit lan...........dada gw sakit.............panas.............peluru ini panas lan.........saakit............."
"bertahan Nay! lo kuat Nay!
"gak bisa lan............semuanya berputar......................gw ngerasa dingin...................gw gak bisa nafas lan...........................
"terus sekarang gw harus apa Nay?! gw harus apa?!"
"lan.....................sebelum gw mati...........................gw punya pesan untuk lo........................."
"apa Nay?!"

"lo selalu pake narkoba............................lo pake terlalu banyak lan...........................jangan pernah lo pake itu lagi.................................demi gw........................ok?"
"ok gw janji! gw janji gak bakal pake narkoba lagi!

Nay tersenyum

"lan...........................lo saudara kembar gw yang paling gw sayang...................................lo kakak gw yang paling gw hormati................................gw mohon balas kematian gw.............................jangan sampe lo mati sebelum bunuh Karin....................................."
"gw janji bakal bunuh Karin! gw janji!"

Nay tersenyum

"lan......................ini saatnya.......................gw udah gak kuat......................gw takut lan..........gw takut mati............................gw.................................

Nay menghembuskan nafas terakhirnya. Perkataannya tidak selesai malam itu. Alan berteriak memanggil Nay malam itu. Ia menangis melihat adiknya yang tewas itu.

"jangan takut Nay........lo adik gw kan......lo adik gw yang paling berani! gw bangga punya adik kaya lo....................."


Malam itu dua anggota Flame telah tewas. Bonad dan Nay telah tewas tertembak malam itu. Cesar yang terluka itu menghampiri Alan

"sabar lan, sebentar lagi lo bisa balas kematian adik lo,"
"gw harus balas dendam sar, harus....
"semua udah semakin jelas. Apa yang terjadi nanti sudah sangat jelas," ucap Cesar
"emang apa yang bakal terjadi nanti?" ucap Alan
"kita perang lawan Ace!"


Sementara itu di depan mobil van milik Arthur itu. Alvin kaget ketika Bimo, Arthur dan Karin mengarahkan pistol kepadanya

"ada apaan? ko lo semua mau nembak gw? becanda kan lo semua," ucap Alvin
"kita semua gak bercanda," ucap Bimo
"yauda dong, turunin pistolnya, gw takut nih....kita kan temen," ucap Alvin
"temen? siapa bilang vin?" ucap Bimo
"kita temen kan mo! gw kan mata-mata kalian! gw temen kalian kan!" ucap Alvin

"sori vin....sebenernya gw cuma mau manfaatin lo untuk jadi mata-mata, sekarang lo udah gak guna lagi....lo harus mati," ucap Bimo
"kenapa? kenapa lo khianatin gw?! plis mo! kita temen kan! jangan main-main ah mo!" ucap Alvin
"kita bukan temen, lo bukan temen gw....lo itu anggota Flame yang udah buat hidup gw berantakan! semua anggota Flame harus mati! termasuk lo!" ucap Bimo

Arthur, Bimo dan Karin menembak Alvin malam itu. Mereka menembak Alvin tanpa ampun sedikit pun. Alvin pun langsung tewas malam itu dengan kondisi yang mengenaskan

"dasar penjilat licik lo!" ucap Arthur

Mereka pun masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu

Di dalam mobil Animus

"Cesar itu kakak gw yang waktu itu gw ceritain. Ternyata dia masih hidup, gak nyangka gw," ucap Arthur
"terus sekarang Cesar mau lo apain?" ucap Bimo
"semua udah jelas! kita harus mempersiapkan anggota Ace! kita bakal perang!" ucap Arthur

"perang? lawan siapa Arth?" ucap Karin sambil menyetir

"kita perang lawan dead hunter!" ucap Arthur

Next episode: Ace vs Dead Hunter!!!!

2 komentar:

  1. Pertamax!!!

    Lanjut Gan!!

    Jok Lma2 penasaran nie!!
    Keren bgt critanya...

    BalasHapus
  2. ok sip! bsk kluar yang Ace vs Dead Hunter day 1

    BalasHapus