Rabu, 28 Oktober 2009

29. The past of the police captain

Para petugas medis mengangkat mayat-mayat para anggota pasukan S.E.F yang telah mati di stasiun kereta kota tua. Kapten Aryo yang tidak sadarkan diri itu sedang dalam masa kritis.

"beri ruang! beri nafas! Kapten Aryo pasti selamat!" ucap perwira Edo yang sedang memberikan pertolongan pertama kepada Kapten Aryo

Jantung kapten Aryo masih belum berdegup, ia masih tidak sadarkan diri dan dalam masa kritis

"kapten... saya mohon... jangan mati di sini... "



"aryo.... aryo........"

Aryo yang masih remaja itu melihat ibunya sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya

"Aryo, ayo sarapan... setelah itu kamu pergi ke sekolah ya nak!" ucap ibu Aryo
"iya mah, aku mau belajar yang rajin biar jadi polisi kaya ayah," ucap Aryo
"bagus itu! mamah selalu mendukung kamu yo! sekolahlah yang benar biar jadi seperti ayahmu seorang kapten polisi!" ucap Ibu Aryo

Aryo remaja hanya tersenyum sambil melahap sepotong roti isi pagi itu

Aryo adalah anak yang pintar dan rajin di sekolahnya. Ia selalu mendapat ranking dan juara kelas di SMA nya. Cita-citanya ingin menjadi seperti bapaknya, seorang kapten polisi. Ia selalu membanggakan ayahnya itu. Namun, Aryo remaja bukanlah orang yang berani dan tegar seperti ayahnya yang seorang polisi itu. Aryo adalah orang yang pengecut. Ayahnya sering meragukannya untuk bisa jadi polisi karena watak Aryo yang pengecut itu

Di sekolah

"yo lo tau ga kelompok pembunuh bayaran Dead hunter?!!" ucap teman Aryo
"dead hunter? apa itu?" ucap Aryo
"itu adalah kelompok pembunuh bayaran yang sangat kejam, sudah banyak korban mereka yang dibunuh dengan cara yang sadis. Mereka selalu meninggalkan tanda DH di setiap korban yang dibunuhnya, kemarin mereka membunuh sebuah keluarga kaya di daerah Jakarta Pusat, kamu gak nonton berita?," ucap teman Aryo

"tidak, aku sibuk belajar," ucap Aryo
"dasar kuper lo! nonton dong berita! belajar mulu si lo kerjaannya!" ucap Ivan

Ivan ini adalah Kapten Ivan remaja. Ia adalah teman SMA Kapten Aryo. Dari semenjak SMA sampai dewasa, tingkah laku Ivan tidak pernah berubah

"mungkin nanti saya sempatkan untuk menonton berita," ucap Aryo
"gitu dong! belajar mulu! kaya buku ntar itu muka lo bisa-bisa," ucap Ivan meledek

Aryo hanya diam saja


Sore itu, bel sekolah berbunyi tanda untuk pulang bagi seluruh murid SMA itu

"yah hujan lagi... bagaimana aku bisa pulang..." ucap Aryo

Seorang gadis perempuan cantik menghampirinya dan menawarkannya untuk pulang bersamanya dengan payung yang dibawanya

"bareng saya saja yo," ucap Dewi
"dewi?" ucap Aryo kaget

Aryo sudah menyukai Dewi sejak pertama kali kenal dulu. Dewi pun demikian, namun mereka tidak ada yang berani untuk mengungkapkan perasaan mereka itu

"di luar hujan, ayo bareng saya... saya membawa payung," ucap Dewi
"baik, ayo kalo gitu," ucap Aryo kaku


Aryo dan Dewi pun pulang bersama di bawah guyuran hujan sore itu, jalanan yang becek dan air deras yang turun dari langit membuat jalanan sekitar sepi

"rumah kamu dimana?" tanya Aryo
"rumahku dekat rumahmu... aku sering liat kamu yo," ucap Dewi
"ooh begitu, ternyata rumah kita dekat ya," ucap Aryo
"iya.... yo..."
"ada apa?"
"sebentar lagi kita lulus SMA, mau lanjut kemana?" ucap Dewi
"aku mau masuk akademi polisi, aku mau menjadi seorang polisi seperti ayah," ucap Aryo
"hebat ya," ucap Dewi
"kalo kamu mau meneruskan kemana?"

"aku mau kuliah di bandung," ucap Dewi
"ooh begitu, semoga cita-cita kita terwujud ya,"

Seorang perampok datang menghampiri Aryo dan Dewi yang yang sedang jalan di jalanan sepi itu

"serahkan uang kalian!! atau saya tusuk!!" ucap perampok itu
"jangan! jangan ambil tas saya!" ucap Dewi

Aryo berusaha untuk melawan perampok itu, ia mencoba menolong Dewi untuk mempertahankan tasnya agar tidak diambil perampok itu

"anak kecil bisa apa!"

Perampok itu menusukkan pisaunya ke Aryo namun ia menghindar dan pisau itu tertusuk ke perut Dewi yang tepat berada di belakang Aryo. Dewi terjatuh ke tanah yang basah itu, darah mengalir dari perutnya. Perampok itu lari sambil membawa tas Dewi

Aryo sangat ketakutan sore itu. Di bawah guyuran hujan ia melihat mayat Dewi yang banyak mengeluarkan darah itu. Badan Aryo gemetar, baru kali ini ia melihat orang dibunuh seperti itu. Aryo berlari meninggalkan Dewi yang tewas itu. Aryo sangat takut sore itu, ia bingung harus melakukan apa. Aryo berlari di bawah guyuran hujan sore itu dengan perasaan sesal yang mendalam

"apa ini yang semestinya aku lakukan! apa ini yang disebut tanggung jawab! ayah selalu mengajarkan untuk berbuat baik! tapi apa yang aku lakukan! aku tidak bisa pergi begitu saja! tapi aku terlalu takut! aku takut! kenapa aku selemah ini! kenapa aku begitu pengecut! maafkan aku wi" batin Aryo berteriak


Sesampainya di rumah, Aryo sangat kelelahan bukan main, ia basah kuyup dan badannya gemetaran. Ia baru saja melihat orang yang dibunuh. Aryo masuk ke rumahnya. Rumahnya sangat gelap

"mah! Aryo pulang!" ucap Aryo agak keras

tidak ada sambutan ibunya seperti biasanya

Aryo berjalan ke dapur dan kaget ketika melihat seseorang sedang mengacungkan pistol ke ayah dan ibunya

"lo gak usah sok disini! lo udah bunuh adek gw! dan hampir bunuh Arthur! lo tau apa akibatnya?" ucap seorang Dead hunter

"kalian para pembunuh bayaran memang pantas mendapatkan itu! jangan meremehkan aparat hukum! dead hunter akan segera kami ringkus! kematian adikmu itu adalah langkah awal untuk memusnahkan dead hunter yang kejam!" ucap ayah Aryo

"apa lo bilang? jangan kira dead hunter bakal mudah kalah! lo gak liat situasi sekarang? gw yang pegang senjata dan lo yang bakal mati! satu peluru bisa tembus ke kepala lo!" ucap anggota Dead hunter
"saya tidak takut! saya berani mati demi kebenaran! saya mati pun tidak akan berpengaruh! teman-teman saya akan menangkap kalian! kalian semua akan mati!"

DAR! DAR!

dua tembakan itu menewaskan ayah dan ibu Aryo seketika. Aryo remaja ketakutan bukan main, ia bersembunyi di bawah meja dan meneteskan air mata. Ia menangis

Anggota Dead hunter itu meninggalkan jejak DH di pakaian orang tua Aryo. Simbol DH itu dituliskannya dengan menggunakan darah orang tua Aryo yang sudah mati itu

"dead hunter gak akan pernah mati, sampai kapanpun! masih ada penerus yang sangat potensial yang akan meneruskan keganasan kami! dia adalah adik Arthur,"

Pembunuh yang berasal dari Dead hunter itu pun pergi meninggalkan orang tua Aryo yang sudah tewas itu

Aryo keluar dari kolong meja dan menghampiri orang tuanya yang sudah tewas, di malam itu ia berjanji untuk melawan kejahatan dan menjadi penegak keadilan. Di malam itu ia mengukir janji di hatinya untuk menjadi orang yang pemberani dan tidak pengecut. Ia akan meneruskan apa yang ayahnya lakukan, melawan kejahatan.



"ayah, ibu....... aku masih hidup..." ucap Kapten Aryo
"kapten! kapten bisa mendengar suara saya?!" ucap perwira Edo

Kapten Aryo sadar setelah pingsan cukup lama, ia terbaring di tempat tidur rumah sakit

"dimana saya do?" ucap Kapten Aryo
"kapten ada di rumah sakit, hampir saja kapten tewas, terlambat sedikit, kapten sudah mati," ucap perwira Edo
"apa yang terjadi? seingat saya, ada empat pria berjubah hitam menyerang di stasiun itu," ucap Kapten Aryo
"ya kapten, mereka adalah The ghost, kapten sempat sekarat tadi karena ulah mereka, namun sepertinya ini keajaiban tuhan, sehingga kapten masih hidup," ucap perwira Edo

"saya harus hidup do, saya masih belum memenuhi janji saya kepada orang tua saya," ucap Kapten Aryo
"janji apa kapten?" ucap perwira Edo
"janji untuk menumpas para penjahat, saya berjanji akan menuntaskan para animus ini," ucap Kapten Aryo

"saya tidak ingin ayah saya yang sudah meninggal itu kecewa dengan saya, saya harus mencari penerus dead hunter yang bernama Arthur itu,"

4 komentar:

  1. Di chapter terakhir katanya tewas... ah informasi palsu buat efek dramatis ne.

    BalasHapus
  2. hahahaha iya. wkwkwkwk, biar bikin deg2an aja, klo kapten aryo mati, tar si edo gimana??? kehilangan rekan homo dia... wkwkwkwkwkwkw

    zep

    BalasHapus
  3. Lah, itu di chapter terakhir dia baru dapet temen homo baru -_-

    BalasHapus
  4. wkwkkwkw, si aldi ya? iya siiih, hmm....wkwkwk

    zep

    BalasHapus