Jumat, 30 Oktober 2009

30. Cesar's Confession

Pagi yang mendung itu, the flame sedang dirundung duka. Mereka sedang berkabung karena kematian sahabat mereka, Sergi dan Vena. Di pemakaman casablanca, Nay, Alan, dan Bonad orang-orang flame yang masih tersisa itu sedang menatap tempat peristirahatan terakhir kedua teman mereka yang berjejer berdampingan. Alan menaruh bunga melati yang ia bawa di atas kuburan Vena.

"gw gak nyangka kita kehilangan sahabat kita lagi," ucap Alan
"mereka mati dibunuh Bimo, kita harus balas kematian mereka," ucap Nay
"gw setuju, kita gak bisa diem terus, 3 sahabat kita udah mati karena Bimo, kita gak bisa diem aja,"ucap Bonad

"apa kita masih the flame yang tangguh itu? kita bukan the flame lagi nad... the flame udah mati," ucap Alan
"the flame belum mati lan, kitalah the flame! teman-teman kita ingin kita hidup dan terus membuat the flame kuat!" ucap Nay
"tapi kita cuma 3 orang... gimana caranya kita bisa mengalahkan Bimo? dia itu geng ace... ace itu kuat," ucap Alan

Nay dan Bonad hanya terdiam, mereka tidak tahu harus bicara apa. Mereka pun mengakui bahwa ace itu kuat. The flame yang tangguh itu seperti sudah kehilangan kobaran apinya, satu per satu kayu yang membakar kobaran api sang the flame telah tiada, api dari sang the flame pun semakin padam

Alvin datang menghampiri Alan, Nay dan Bonad. Alvin langsung memeluk batu nisan Sergi dan menaruh sebuah hiasan bunga di atas tempat pemakaman Sergi

"gi! kenapa lo ninggalin gw! kita ini sahabat! kenapa lo pergi gi!" ucap Alvin bersandiwara
"udah vin, percuma, Sergi udah mati," ucap Alan

"tapi lan! Sergi udah kaya adik gw sendiri! siapa yang tega bunuh dia! bakal gw balas orang itu!" ucap Alvin
"Bimo vin, dia yang bunuh Sergi sama Vena, kita bakal balas mereka, gw gak mau diem aja," ucap Nay

Alvin hanya terdiam lalu berjalan menghampiri Alan, Nay dan Bonad

"kita harus berhati-hati, Bimo terus mengincar kita, mengincar korban berikutnya untuk dibunuh seperti Sergi, cepat atau lambat kita pasti mati" ucap Alvin sambil menepuk pundak Nay

Alvin berjalan menjauh dan meninggalkan Alan, Nay dan Bonad. Ia memakai kacamata hitamnya dan tersenyum licik. Ia tersenyum puas

Nay, Alan dan Bonad melihat Alvin yang jalan menjauhi mereka

"kayanya ada yang aneh sama Alvin," ucap Nay
"iya... kenapa ya dia?" ucap Bonad
"dia bukan Alvin yang dulu kita kenal, dari awal kita kenal dulu juga dia udah paling beda, dia emang misterius" ucap Alan

Angin berhembus kencang pagi itu, pohon-pohon rindang bergoyang cukup kencang, daun-daunnya yang kering gugur berjatuhan dan berserakan di tanah. Alan memandangi kuburan Sergi, ia teringat masa lalunya



"kenalin nama gw Sergi, Sergi Andrian, lo siapa?" ucap Sergi kecil
"gw Alan, salam kenal," ucap Alan kecil
"itu adik lo ya? kalian kembar ya?" ucap Sergi kecil
"iya, kenalin gw Nay, adik kembar Alan," ucap Nay kecil
"wah, baru hari pertama masuk sekolah, udah nemu temen-temen yang asik nih," ucap Sergi kecil

Hari itu adalah hari pertama masuk SMP bagi Sergi, Alan, dan Nay. Mereka belajar di kelas yang sama. Mereka pun menjadi teman akrab dan saling bersahabat.

Suatu hari Nay dan Alan sedang jalan di belakang sekolah untuk pulang ke rumahnya. Alvin dan Bonad mendekati mereka

"bagi duit," ucap Alvin kecil
"gak ada... gw ga punya duit," ucap Nay kecil
"boong, cepet bagi duit... eh lo juga... bagi duit cepet!" ucap Alvin kecil

"apa maksut lo! mampus aja lo! gw gada duit!" ucap Alan mendorong Alvin
"nad hajar mereka! kurang ajar mereka sama gw!" ucap Alvin kecil

"ok bos!" ucap Bonad kecil

Bonad mengancam Alan dan Nay, mereka ketakutan melihat Bonad yang badannya sangat besar itu

"ampun ampun, nih gw kasih duit gw, makan tuh," ucap Alan
"nih gw kasih duit gw, cuma segitu doang" ucap Nay

"nah gitu dong," ucap Bonad

Alvin tersenyum puas melihat uang yang cukup banyak itu, ia bersama Bonad pergi meninggalkan Nay dan Alan

"uang kita abis bang," ucap Nay kecil
"sial tuh orang! siapa si dia! kerempeng jelek gitu aja berani malak-malak! anak kelas berapa sih tuh!" ucap Alan kecil
"ga tau tuh, beraninya bawa bodyguard, beraninya bawa si Bonad," ucap Nay kecil
"iya, beraninya bawa Bonad, siapa yang ga takut coba sama Bonad?" ucap Alan kecil

Kedua saudara kembar itu pun pulang ke rumahnya sore itu


Beberapa minggu setelahnya, sekolah Alan dan Nay sedang mengadakan class meeting yang diadakan setiap akhir semester. Siang itu lapangan basket sekolah dipenuhi oleh para murid-murid yang sedang menyaksikan pertandingan "three on three" basket

Sergi, Alan, dan Nay berdiri di tengah lapangan, mereka memakai baju basket dan terlihat fokus untuk memenangkan pertandingan

Di sisi lain, Alvin, Bonad dan Ben yang merupakan lawan mereka, terlihat serius. Mereka pun tidak mau kalah

"gi, dia yang minggu kemaren malak gw," ucap Alan sambil menunjuk Alvin kecil
"oh dia, tengil banget gayanya... pokoknya kita harus menang lan! kita beri pelajaran mereka!" ucap Sergi kecil
"gw setuju gi! lo siapkan Nay?" ucap Alan kecil
"pasti!" ucap Nay kecil


"nad, pokonya lo hajar aja! jangan tanggung-tanggung, pokonya kita harus menang dengan cara apapun!" ucap Alvin kecil
"ok bos, tapi nanti siang bayarin makan yang banyak ya?" ucap Bonad kecil
"iya, bawel ah," ucap Alvin kecil
"gw jaga yang tinggi itu," ucap Ben sambil menunjuk ke arah Sergi
"ok," ucap Alvin kecil


Pertandingan basket itu pun dimulai, kedua tim itu tidak ada yang mau kalah. Mereka saling bergantian mencetak angka dan saling susul menyusul. Bonad yang berbadan besar itu selalu membuat Sergi dan timnya kewalahan.

Pertandingan sudah cukup lama berlangsung. Skor di papan menunjukkan angka yang tipis, 20-21 untuk kemenangan tim Alvin. Waktu permainan pun sudah hampir habis, tim Alvin sudah siap untuk menikmati kemenangan mereka

"gimana nih gi! waktu udah mau abis! kita bakal kalah!" ucap Alan
"jangan nyerah! masih ada waktu! kita pasti menang! Nay oper bolanya ke gw! lan lo ambil posisi di depan!" ucap Sergi

Alan berlari ke depan melewati Bonad, Nay mengoper bola ke Sergi. Sergi langsung berlari mendribble bola basketnya ke arah depan dan dijaga oleh Ben

"gak bakal bisa lewat lo," ucap Ben

Sergi dengan cekatan dan keahliannya melewati Ben. Ia berlari dan mendapatkan ruang untuk mencetak angka, Sergi bersiap untuk melempar bola basket itu ke ring, namun Alvin berhasil memblock-nya. Bola pun jatuh dan tak dikuasai oleh siapa pun.

"Nay ambil bolanya!" ucap Sergi kecil
"Ben ambil bolanya!" ucap Alvin kecil

Nay berlari dan berhasil mengambil bola itu, ia berlari menuju ring basket, seketika Bonad muncul tepat di depannya

"mau kemana lo!" ucap Bonad kecil

"Nay! oper gw! oper gw! gw kosong!" ucap Alan kecil

Nay mengoper bola itu ke Alan yang tak terjaga, Alan langsung menembakkan bola basket itu ke ring. Bola basket itu terus berputar dan akhirnya memantul keluar dari ring, semua penonton pun bersorak kecewa.

Sergi berlari dan langsung mengambil bola itu dan melakukan "slam dunk" keras yang membuat angka berubah menjadi 22-21 untuk kemenangan tim Sergi. Semua penonton bersorak, peluit tanda permainan berakhir pun berbunyi kencang. Tim Sergi berhasil menang di detik-detik terakhir

Sergi, Alan dan Nay bersorak, mereka sangat senang sore itu, mereka telah berhasil menang dan menjadi juara.

"gokil lo gi! jago banget lo! kita menang gi! menang!" ucap Alan kecil sangat senang
"gw ga tau deh, semuanya cepet banget, tiba-tiba udah masuk aja tuh bola," ucap Sergi kecil sangat gembira
"yang penting kita menang!" ucap Nay penuh semangat

Alan, Nay dan Sergi sangat gembira kala itu, mereka terus bersorak dan berteriak, semua penonton pun bersorak gembira dan bertepuk tangan

"menang! kita menang!" ucap Alan, Nay dan Sergi

Alvin, Bonad, dan Ben keluar dari lapangan dengan lesu. Mereka sangat kecewa karena kalah di detik-detik terakhir

"brengsek! hoki! lo sih nad!" ucap Alvin kecil
"yah gimana dong bos kalah... tapi abis ini makan kan?" ucap Bonad
"makah tuh anduk!" ucap Alvin kecil melempar handuknya ke Bonad

Bonad dan Ben hanya terdiam melihat Alvin yang pergi meninggalkannya itu


Sergi mengangkat piala atas kemenangannya. Alan dan Nay yang berada di sampingnya terlihat sangat gembira. Semua murid bertepuk tangan untuk mengapresiasi semangat mereka. Seorang gadis kecil berambut panjang yang berdiri diantara para murid itu tersenyum. Ia terpesona karena Sergi yang keren itu. Dia adalah Vena

"siapa sih cowo ini? keren banget..." gumam Vena sambil tersenyum melihat Sergi

"hidup 3 stars! hidup 3 stars! tidak ada kalah! kemenangan selalu menunggu kita! hidup 3 stars!

Para murid sekelas Sergi, Alan dan Nay menyoraki kemenangan tim basket kelasnya itu yang menamai tim mereka dengan nama 3 stars. Sore itu 3 stars adalah bintang sekolah dan setelah itu 3 stars menjadi tim "three on three" yang terkenal tangguh di sekolah


"tidak ada kalah, kemenangan selalu menunggu kita, lo inget itu kan Nay?" ucap Alan pelan
"three stars," ucap Nay

Alan dan Nay tersenyum sambil melihat tempat peristirahatan Sergi yang terakhir.

"selamat jalan gi,.....semoga lo tenang di sana...."



Di tempat persembunyian para animus

"rencana kita ngerampok bank gimana mo?" ucap Alvin
"beres! nanti malam kita ngerampok bank," ucap Bimo
"biar si zen sama Alvo aja yang masuk ke bank, mereka bisa gak kedeteksi kamera," ucap Arthur

"gak kedeteksi kamera gimana Arth?" ucap Alvin
"lo tau kan mereka punya ilmu hitam," ucap Arthur

Alvo dan the ghost mendekati Bimo, Arthur dan Alvin

"udah serahin aja sama gw mo, gw sama Alvo bakal masuk dan keluar dari Bank dengan cepat, lo semua tinggal tunggu duitnya aja," ucap Zen
"iya, santai lah, gw sama Zen bukan orang biasa, serahin aja sama kita, santai," ucap Alvo

"lo yakin bisa?" ucap Bimo
"santai mo, urusan kaya gini mah kecil," ucap Alvo
"ok kalo gitu, lo hati-hati lah," ucap Bimo

"yauda ya, gw harus ritual sama Zen, gw cabut dulu ya... mau ritual sama Zen," ucap Alvo

Alvo dan Zen pun pergi untuk melakukan ritual


"mo, 3 orang the flame udah mati... korban selanjutnya siapa?" ucap Alvin

Bimo terdiam sambil berpikir," siapa ya? menurut lo siapa Arth?" ucap Bimo
"gw cape bunuh satu-satu, kelamaan, lama-lama kita bisa ketangkep polisi, Theo sama Felix udah mati... bisa-bisa kita nanti yang mati," ucap Arthur

"jadi apa maksut lo?" ucap Alvin
"kita serang aja markas flame, kita bunuh sisa dari Flame di sana," ucap Arthur
"jadi mau langsung aja ya... gw tau ko markas mereka, jadi kapan kita bakal kesana?" ucap Alvin
"nanti malam,"ucap Arthur sambil menancapkan pisau di meja



Nay sedang berdiam dan termenung sendiri di markas the flame, ia memikirkan teman-temannya yang telah mati satu per satu karena ulah animus itu. Ia pun takut bernasib sama seperti mereka

"gw gak mau mati... pokoknya gw ga mau mati... Bimo bakal gw bunuh... tapi... apa gw bisa..." ucap Nay

"Nay!"

tiba-tiba terdengar suara memanggil Nay

"siapa itu?" ucap Nay sambil menengok ke sampingnya

Seseorang muncul dari balik pohon pinus yang banyak terdapat di depan markas flame itu. Orang itu memakai mantel coklat dan topi. Wajah orang itu ditutupi perban putih yang cukup banyak. Ia juga memakai kacamata hitam

"siapa? siapa lo?!" ucap Nay
"lo lupa gw? lo lupa ketua lo?"

"ketua? apa maksut lo?" ucap Nay
"ketua flame,"
"sagil?" ucap Nay

"apa kabar Nay?" ucap Sagil
"lo kemana aja selama ini? bukanya lo mati di tempat markas anak 5 itu? di kebakaran besar itu?!" ucap Nay
"hampir... tapi gw selamat, seseorang nolong gw," ucap Sagil

"seseorang siapa? siapa yang nolong lo gil?" tanya Nay
"Nay... lebih baik lo ikut gw... gw udah tau semuanya... gw tau the flame diincar oleh animus dan si Arthur itu... gw juga tau teman-teman kita udah mati dibunuh sama animus itu..." ucap Sagil

"dari mana lo tau?" ucap Nay
"lebih baik lo ikut gw Nay, sebelum semuanya terlambat... lo butuh bantuan gw Nay, kita harus membalas kematian teman-teman kita... kita gak bisa diem aja..." ucap Sagil

"gw boleh ajak abang gw sama si Bonad?" ucap Nay
"boleh, cepet ajak mereka... gw gak punya waktu banyak..." ucap Sagil


Sagil memanggil Alan dan Bonad, mereka pun keluar rumah dan kaget ketika mengetahui orang berbalut perban dan bermantel coklat itu adalah ketua mereka yang sudah lama hilang, Sagil.

"gil!! lo masih hidup?! kemana aja selama ini?!" ucap Alan
"gw ada dan selalu memperhatikan kalian dan animus," ucap Sagil
"terus sekarang lo mau ajak kita kemana?" ucap Alan
"tenang aja... lo percaya aja sama gw...lo gak bakal nyesel kalo ikut gw..." ucap Sagil

"lo ikut kan Nay, nad?" ucap Alan
"jelas gw ikut... lo gimana nad?" ucap Nay
"gw gak..." ucap Bonad

"kenapa?" ucap Nay
"kalo gw ikut... siapa yang jaga markas? udah lo bedua aja yang pergi, biar gw yang jaga markas," ucap Bonad
"ok kalo gitu, hati-hati nad, gw cabut dulu sama Alan," ucap Nay

Bonad mengacungkan jempolnya,"ok!"

Sergi, Alan, dan Nay pergi dan menghilang dibalik rimbunnya pepohonan pinus



Sore itu di tempat persembunyian "nighteyes" dan "the ghost"

"dah jam 5 sore, ini waktunya kita ritual... semua keperluannya udah ada kan?" ucap Zen
"santai... udah ada ko... lo ga nyantai deh Zen," ucap Alvo

"bukan gitu... kalo sampe ada yang salah, nyawa kita taruhannya," ucap Zen
"santai lah, gak bakal..." ucap Alvo

"berisik lo vo... Zen bener... jangan sampe ada yang salah buat ritualnya... lo mau dikutuk hah?" ucap Leonard
"iye... santai aja knapa sih... udah ayo ritual...sebentar lagi jam 6 sore... kalo kita ga ritual sebelum jam segitu... kita bisa dikutuk..." ucap Alvo
"ok deh," ucap Zen

Zen membuka jubah hitam dan penutup wajahnya, ia bertelanjang dada. Di punggungnya terdapat simbol aneh. Simbol itu cukup besar dan terdapat tulisan "south" (selatan) di simbol itu. Zen berjalan dan masuk ke dalam kolam besar yang penuh darah itu. Ia pun berendam dan melakukan ritualnya.

Para the ghost yang lain dan Alvo pun melakukan hal yang sama. Semua anggota the ghost memiliki simbol yang sama di punggungnya dengan tulisan yang berbeda. Leonard adalah "North" , Gavin adalah "West" dan Red adalah "East". Simbol dan tulisan itu sangat misterius dan memiliki arti khusus


Di tempat persembunyian animus

"kek, ini Bimo bawakan teh hangat, diminum ya," ucap Bimo
"terima kasih nak... kamu baik sekali..." ucap Kakek Bimo
"istirahat yang cukup kek... kakek kan sudah tua," ucap Bimo
"iya nak... kakek dengar dari Arthur, kalian mau pergi lagi ya malam ini?" ucap kakek Bimo
"iya kek, Karin akan jaga kakek di rumah... saya, Arthur dan Alvin yang pergi," ucap Bimo

"hati-hati ya nak, jaga dirimu baik-baik... sebelum ayahmu meninggal dulu...ia berpesan agar kakek menjaga kalian, maka dari itu, jaga dirimu dan adikmu ya mo," ucap kakek Bimo
"iya kek," ucap Bimo


Arthur dan Alvin berjalan mendekati Bimo dan kakeknya di ruang tamu rumah.

"dah siap mo? ayo pergi," ucap Arthur
"udah, ayo cabut," ucap Bimo

"mo, nih senjata lo," ucap Alvin sambil memberikan pistol kepada Bimo

Arthur, Alvin dan Arthur pergi meninggalkan rumah itu. Mereka memakai jaket hitam dan pakaian gelap. Mereka masuk ke dalam mobil jeep milik Arthur dan pergi di petang itu.

"kek... si Alvin udah pergi ya?" ucap Karin
"iya baru saja, ada apa?" ucap kakek Karin
"Alvin lupa membawa topeng untuk penutup wajahnya," ucap Karin


Jam menujukkan pukul 7 malam, Nay dan Alan sedang berada di tempat yang cukup tersembunyi. Mereka tidak tahu dibawa kemana oleh Sagil

"gil ini dimana sih?" ucap Alan
"ini tempat persembunyian gw sama geng gw," ucap Sagil
"geng? geng apaan?" ucap Nay
"udah lo tenang aja... biar nanti lo tau sendiri," ucap Sagil

Sagil berhenti di depan sebuah pintu besi yang berwarna hitam, ia mengetuk pintu itu. Orang dari dalam melihat Sagil dari lubang yang ada di pintu besi itu

"siapa?" ucap orang itu
"Sagil"
"Sagil apa? apa tujuan lo dateng kesini?"
"Sagil dead hunter, gw kesini untuk membunuh dan memburu kematian," ucap Sagil
"masuk"

"itu kata sandi di tempat ini lan," ucap Sagil sambil membuka pintu besi itu
"oh gitu..." ucap Alan

Sagil, Alan dan Nay masuk ke dalam. Di dalam banyak orang-orang yang sedang mengobrol satu sama lain, ada yang sedang berlatih menembak, bermain kartu poker bersama temannya, minum minuman keras, dan sebagainya. Mereka semua adalah anggota dead hunter. Alan melihat orang-orang itu. Semua orang itu memakai baju yang bertuliskan Dead Hunter

"dead hunter? itu bukannya kelompok pembunuh yang udah lama hilang? kenapa jadi banyak gini anggotanya? bukannya dead hunter itu udah mati?" ucap Alan
"iya... kenapa dead hunter masih ada? siapa orang-orang ini?" ucap Nay

Para anggota dead hunter itu melihat Alan dan Nay seperti orang aneh.

"wah ada anggota baru," ucap anggota dead hunter
"iya nih, kayanya lumayan nih anak," ucap dead hunter yang lain
"kalo lo udah masuk dead hunter! lo harus mati demi dead hunter!" ucap anggota yang lain lagi

Sagil menghampiri Alan dan Nay dengan seorang temannya

"lan, orang ini adalah kunci dari sejarah dead hunter dan ace... dia adalah kakak Arthur yang masih hidup, dia yang nolong gw dari kebakaran besar itu," ucap Sagil

"tapi semua dead hunter itu udah mati kan? mereka udah lama hilang kan?" ucap Alan
"itu gak bener," ucap Cesar

Cesar adalah ketua dead hunter. Ia adalah kakak dari Arthur yang masih hidup. Ia yang meneruskan kelompok pembunuh yang bernama dead hunter itu. Ia berpostur tubuh cukup tinggi, rambut yang pendek dan wajah yang maskulin. Ia selalu memakai jaket abu-abu yang bertuliskan Dead Hunter.

"apa maksut lo gak bener? lo itu siapa?" ucap Nay
"gw penerus dead hunter, dead hunter itu belom mati...mungkin semua orang kira dead hunter itu udah mati karena hilang tiba-tiba... tapi sebenernya masih ada gw... sebenarnya Arthur gak berhasil bunuh semua keluarganya malam itu, dia gagal bunuh kakaknya, yaitu gw," ucap Cesar

"Arthur? siapa dia? bunuh keluarga apa maksutnya?" ucap Alan

"semua berawal dari kejadian 5 tahun lalu, Arthur... adik kandung gw itu... dia udah bunuh semua anggota keluarga gw dan hampir bunuh gw... dia itu gila...,kejadian 5 tahun lalu itu gak bakal pernah gw lupa, karena Arthur lah, dead hunter mati tak tersisa dan cuma gw yang selamat, dia haus akan kekuasaan...dia pergi dan membentuk kelompok baru, yaitu Ace, dia menjadi animus bertopeng merah" ucap Cesar

Alan dan Nay terkejut dan terus mendengarkan cerita dari Cesar. Sementara itu, Bonad di markas the flame sedang dalam situasi yang berbahaya. Bimo, Arthur dan Alvin telah sampai di markas the Flame dan siap membunuh korban mereka berikutnya

Suara ketukan pintu sangat keras terdengar malam itu, Bonad yang sedang tidur itu kaget dan terbangun, ia langsung membuka pintu itu dan melihat tiga orang membawa pistol di tangannya masing-masing. Bonad sangat terkejut malam itu

Bimo mengarahkan pistolnya ke kepala Bonad. Bonad hanya bisa terdiam. Malam itu Bonad yang kuat itu seperti tidak punya kekuatan untuk melawan. Bimo menarik pelatuknya dan siap menembak Bonad. Bonad menutup matanya. Bimo tersenyum kecil, suara tembakan keras terdengar di malam yang sepi itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar