Rabu, 09 Juni 2010

39. Fake Angels

Di siang itu langit berwarna kelabu dan matahari tidak terlihat bersinar terang seperti biasanya. Terkadang terdengar sang kilat yang bergemuruh kecil sambil memperlihatkan sinarnya. Hujan rintik-rintik pun turun perlahan membasahi lapangan dan taman di Sekolah Cemara.

Irham menatap ke arah jendela kelasnya yang penuh dengan air hujan dan ia terdiam. Di dalam hatinya ia berbicara sendiri mengapa hujan selalu datang akhir-akhir ini. Irham menatap terus ke arah kaca itu dan entah kenapa di jendela itu terdapat wajah Karin yang tidak pernah bisa dilupakannya. Irham pun membuang pandangannya dan melihat ke arah buku tulis di atas mejanya. Sebetulnya Irham masih menyayangi Karin tetapi kebencian yang dimilikinya terhadap Karin lebih besar karena Karin telah menipunya dan mencoba membunuh dirinya dan keluarganya. Apapun yang terjadi Irham akan selalu melindungi keluarganya walaupun itu dibayar dengan nyawanya karena Irham sangat mencintai keluarganya.



Sementara itu di suatu tempat, Bimo terlihat menangis siang itu, langit berwarna kelabu gelap di siang itu seperti mencerminkan suasana hatinya yang galau. Ia menangis tersedu sendirian di ruang tunggu rumah sakit tempat Karin dirawat. Ia baru saja mendengar pernyataan seorang dokter tentang keadaan Karin yang kritis. Dokter itu baru saja memberitahukan Bimo bahwa umur Karin tidak akan lama dan kurang dari 2 minggu lagi karena penyakit kronis yang dideritanya. Sambil menangis, Bimo berbisik sendirian

"kenapa rin....kenapa kamu gak bilang dari dulu kalau kamu kanker....kenapa? sekarang semua sudah terlambat...." ucap Bimo

Bimo berdiri dari duduknya, sambil menguatkan hatinya ia berjalan pelan ke depan pintu ruangan tempat Karin dirawat. Dari kaca di pintu itu, Bimo melihat Karin yang berbalut infus di tangan dan hidungnya. Wajah Karin begitu pucat dan matanya menutup rapat seolah ia tidak akan pernah terbangun lagi. Setelah sejenak melihat Karin, Bimo memalingkan mukanya dan berjalan dengan pasti meninggalkan Karin dan pergi entah kemana. Bimo tidak punya waktu banyak, ia harus segera menjalankan rencana untuk menghabisi Irham dan keluarganya



Siang berganti sore dan bel di sekolah Irham pun berbunyi tanda sekolah telah usai. Para murid-murid SMA Cemara terlihat mulai keluar dari kelasnya masing-masing setelah belajar seharian penuh. Irham, Jun dan Kyna terlihat berjalan bersama di samping taman sekolah.

"akhir-akhir ini hujan terus ya...bener ga menurut lo?" ucap Kyna
"iya, ujan terus...mendung terus...bisa banjir lama-lama," ucap Jun
"iya, dari tadi pagi mendung terus ya," ucap Irham
"tapi walaupun hujan, kita jadi belajar bareng kan?" ucap Kyna
"iyalah, harus itu, 1 bulan lagi ujian akhir... gw perlu banget nih belajar sama lo Kyn, lo kan pinter banget," ucap Irham
"bener lo ham!! bener banget!! Kyna tuh cewe terpinter di SMA Cemara!! cantik juga lagi," ucap Jun agak merayu berlebihan

"masa sih? masih banyak yang lebih pinter dari gw di sekolah ini," ucap Kyna
"tapi mereka gak ramah kaya lo Kyn," ucap Jun
"hmm...gitu ya?" ucap Kyna

Irham menabrakkan tubuhnya ke Jun dengan pelan sambil mengisyaratkan sesuatu
"bisa aja lo Jun," ucap Irham cengengesan
"namanya juga usaha," ucap Jun pelan

Tanpa sadar, Jun menginjak genangan air yang berada di pinggir jalan. Ia kaget dan melihat sepatunya yang kotor terkena air itu.

"yaaaah.....siaaal......gw gak ngeliat lagi, elo sih ham dorong-dorong gw," ucap Jun
"yah elo, mana gw tau ada becek kaya gitu, udah tenang aja ntar dibersihin di rumah gw,"

"kenapa lo Jun?" ucap Kyna mendekati Jun
"ini celana sama sepatu gw kotor," ucap Jun
"ooh gitu aja, nih pake kain lap gw aja," ucap Kyna
"wah thank you ya, bener kan kata gw, Kyna tuh baik banget, makasih ya Kyna," ucap Jun senang
"udah deh, jangan geer gitu, kita kan temen,"

Irham tertawa menyindir Jun dan melihat wajah Jun yang berubah drastis menjadi ekspresi yang aneh. Kyna dan Irham pun tertawa melihat Jun yang berekspresi aneh itu dan mereka larut dalam candaan sambil memperlihatkan eratnya persahabatan mereka.





Sore yang mendung itu seorang laki-laki misterius berdiri tegak di depan rumah seseorang. Ia terlihat begitu mencurigakan dengan gerak-geriknya, lalu ia mengintip sebuah rumah dari luar dan masuk ke dalam rumah itu tanpa ragu. Ia mengintip dari balik jendela rumah dan berjalan ke pintu rumah itu. Ia membuka pintu rumah itu perlahan yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk ke dalam rumah itu dan mendengar suara perempuan yang bersuara memanggil seseorang. Laki-laki misterius itu menghiraukan suara perempuan itu dan terus berjalan menuju arah suara itu berasal.

Laki-laki itu melihat seorang perempuan yang berdiri di dapur dan sedang menyiapkan bumbu untuk memasak.

"ham kamu sudah pulang? bagaimana sekolah kamu? dari tadi mamah panggil kamu diam saja, kamu sakit?"

Laki-laki itu berjalan mendekat dan langsung menculik ibu Irham yang langsung pingsan karena diberikan obat bius. Laki-laki itu membawa ibu Irham pergi entah kemana tetapi yang jelas laki-laki ini memiliki niat yang sangat buruk.


Tidak lama setelah kejadian penculikan itu, Irham yang baru sampai rumahnya dengan Jun dan Kyna terlihat sedikit curiga karena pintu rumah yang terbuka. Ia bergegas masuk ke dalam rumah untuk melihat keadaan di dalam. Jun dan Kyna pun mengikuti Irham yang pergi begitu saja meninggalkan mereka. Di dalam rumah, Irham menemukan kejanggalan karena ia tidak bisa menemukan ibunya di setiap ruangan di rumahnya. Irham pun panik dan perasaan takut mulai muncul yang disertai dengan prasangka-prasangka buruk mengenai keadaan ibunya. Kyna yang berjalan di dapur menemukan foto aneh tergeletak di atas meja. Kyna mengambil foto itu dan melihat baik-baik foto itu.

"ham!! lihat ini!" ucap Kyna

Irham langsung menghampiri Kyna dan melihat foto yang dipegang Kyna. Ia mengambil foto itu dari tangan Kyna dan melihat baik-baik foto itu.

"ini....ini kan gambar depan museum Fatahillah, liat deh....bener kan?" ucap Irham
"iya gak salah lagi! ini emang museum Fatahillah!" ucap Kyna yakin

Irham membalik foto itu dan dibelakangnya terdapat tulisan

Jam 12 malam, ruang penjara bawah tanah


Animus bertopeng putih

Irham sangat kesal ketika melihat kata-kata animus di balik foto itu dan ia tahu Bimo adalah orang dibalik penculikan ini. Irham kali ini tidak akan mudah percaya dengan pesan yang dikirim Bimo tetapi ia akan tetap pergi ke Museum Fatahillah besok malam untuk mengikuti permainan Bimo








Keesokan harinya jam 9 malam, tempat persembunyian Bimo

Bimo terlihat duduk santai sambil meminum secangkir gelas anggur. Tidak jauh darinya terlihat ibu Irham yang diikat ditempat duduk dengan mulut dan matanya yang diikatkan kain hitam. Ibu Irham tidak bergeming dan ia masih pingsan dan terlihat memprihatinkan.

Seorang laki-laki dengan paras tidak terlalu tinggi dan dengan badan yang tegap menghampiri Bimo. Laki-laki ini menggunakan Jaket kulit hitam, kaos putih dan celana jeans hitam. Laki-laki ini adalah pembunuh bayaran yang sangat mahir menggunakan senjata. Ia sebenarnya adalah anggota kepolisian sama seperti Kapten Aryo

"apa kabar Ed?" ucap Bimo
"jadi bagaimana? malam ini jam 12 kan," ucap perwira Edo
"ya seperti yang udah gw bilang, lo udah siapin berapa orang?" ucap Bimo
"saya sudah membawa 3 rekan terbaik saya, mereka adalah yang paling hebat dengan keahlian masing-masing,"
"mana gw pengen liat orang-orangnya," ucap Bimo

Tiga orang itu pun muncul dan memperkenalkan diri mereka. Satu diantara mereka bernama Leo yang ahli sebagai penembak jitu, lalu ada juga Balin yang sangat mahir dengan segala jenis tembakan, sangat menguasai ilmu bela diri. Yang terakhir adalah Aruna, ia juga hebat dalam menembak dan ahli menyamar. Aruna hebat dalam taktik dan strategi.

Leo adalah orang yang sangat pendiam dan ia masih cukup muda dengan badan yang berbentuk dan berjambang tebal dengan rambut pendek yang berwarna hitam pekat. Balin adalah orang yang sangat agresif dan tempramental. Ia selalu marah dan tidak pernah tenang sedangkan Aruna adalah orang yang sangat cerdas. Ia orang yang memiliki tingkat intelejensi tinggi dan pintar melakukan tipu daya serta manipulasi

"bagaimana dengan uang yang anda janjikan? setelah saya berhasil membunuh Kapten Aryo dan menculik Bimo dan kakaknya, saya akan mendapatkannya kan?" ucap Edo
"tentu saja, uang 100 juta bukan masalah bagi gw dan semua itu akan gw kasih ke lo berempat kalau lo berhasil menjalankan tugas lo, tuh ambil di koper gw ada 12 juta buat uang muka, lo tinggal bagi-bagi aja,"

"gaya lo belagu banget, lo tuh baru anak SMA, jangan sok kaya deh lo, gw abisin baru tau lo," ucap Balin
"gw gak takut sama lo, gw gak takut sama siapa pun," ucap Bimo sambil mengisi pistolnya dengan peluru
"anjrit gaya abis nih anak, gw abisin aja apa?" ucap Balin sambil melihat ke arah Aruna
"tenang lin, lo harus perhitungkan konsekuensinya kalo lo bunuh dia," ucap Aruna

"konsekuensi? tai!!" ucap Balin
Dengan sekejap Balin mengayunkan pukulannya kepada Bimo lalu suara tembakan keras terdengar berdesing di ruangan itu. Bimo menembakkan pistolnya tepat di sebelah wajah Balin yang terlihat kaget bukan main. Keringat turun dari dahinya dan ia terdiam. Aruna hanya tersenyum kecil seperti menganggap lucu kejadian itu

"mampus lo lin, apa gue bilang," ucap Aruna

Balin tersenyum dengan wajah yang terlihat puas dan ia pun tertawa mengikuti Aruna. Bimo hanya melihat Balin dan Aruna tertawa sambil melihat pistolnya

"ok...sekarang gw akuin lo emang tangguh, gw seneng bisa kerja untuk orang kaya lo, tapi gw harap lo jangan terlalu banyak gaya, kalo bukan karena duit itu udah gw abisin lo mo!" ucap Balin
"abisin? sebelum lo abisin gw, orang-orang gw yang bakal abisin lo," ucap Bimo
"orang-orang? apa maksut lo? Ace itu udah abis! semua orang Ace udah mati dan masuk penjara!" ucap Balin

"Ace......," ucap Bimo sambil tertawa kecil, "Ace itu Arthur dan bukan gw, jadi kalo Ace mati gw gak mati," ucap Bimo melanjutkan pembicaraannya

"ok, sekarang ayo kita berangkat, sebentar lagi udah jam 12 malam dan kita harus mengatur strategi di sana," ucap Edo
"itu urusan gw," ucap Aruna
"ayo cabut!" ucap Balin
"target gw 10 kepala malam ini," ucap Leo

Bimo tersenyum licik sambil melihat orang suruhannya pergi untuk menjalankan tugasnya masing-masing. Kekuatan Bimo begitu besar sampai membuat keempat pengkhianat kepolisian itu tunduk padanya. Uang dan jaringanlah yang membuat Bimo begitu disegani dan ia sekarang adalah buronan besar kepolisian dengan nama target Animus bertopeng putih. Nasib Irham dan Kapten Aryo pun semakin buruk ditambah dengan pengkhianatan Edo yang lebih mementingkan uang daripada integritas. Edo dan kawan-kawannya tercermin sebagai malaikat palsu yang berpura-pura baik di depan publik sebagai polisi teladan namun sebenarnya mereka tidak lebih dari seorang penjahat dan Bimo tercermin sebagai penguasa yang disegani oleh para malaikat palsu tersebut dan menyebut dirinya tuan

2 komentar:

  1. "Bimo, Jun dan Kyna terlihat berjalan bersama di samping taman sekolah."

    OH SHIT

    BalasHapus
  2. iye salah, wwkwkwk, udah gw ganti, biasa eror

    BalasHapus