Rabu, 30 Desember 2009

37. Don't play with Albert

Kapten Aryo masih terluka cukup parah, tangan kanannya dibalut perban, dan badannya pun masih belum pulih benar. Tapi ia tahu permainan Cesar masih belum berakhir dan ia harus segera mengakhiri permainan ini. Kapten Aryo berjalan pelan meninggalkan teman-teman polisi nya. Seseorang polisi menepuk pundaknya. Kapten Aryo melihat polisi itu sejenak

"berjuanglah kapten! saya tahu anda bisa menyelesaikan permainan ini," ucap polisi itu

Polisi-polisi yang lain pun memandangi Kapten Aryo dengan penuh harapan. Dimata mereka terlihat dukungan yang begitu luar biasa untuk Kapten Aryo. Mereka juga berharap Kapten Aryo bisa memenangkan permainan ini

"saya berjanji akan memenangkan permainan ini," ucap kapten Aryo

Kapten Aryo pun mempercepat langkahnya dan berlari menuju taman bermain dufan untuk mengikuti permainan Cesar selanjutnya. Ia berlari tertatih-tatih karena kakinya terluka. Kapten Aryo tidak memperdulikan kondisi badannya yang terluka itu. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana mengakhiri semua ini dan menyelamatkan para warga yang tidak berdosa itu. Kapten Aryo terus berlari, sesekali ia terjatuh di tanah karena kakinya yang pincang. Beberapa kali ia terjerembab ke tanah dan bangun lagi. Perjuangan Kapten Aryo sungguh sangat luar biasa dan patut diberi apresiasi yang sangat tinggi.

"apa pun yang terjadi, aku harus bertugas dengan baik....aku akan menjadi polisi yang baik yah,"
ucap Kapten Aryo



Tidak lama, Kapten Aryo pun berada di depan dufan. ia berlari masuk ke dalam dufan melewati pintu keluar dufan. Semua orang yang berjalan di sekitar dufan melihat Kapten Aryo dengan sangat aneh. Banyak orang-orang yang sedang bergembira di dufan bersama teman dan keluarganya. Mereka terlihat begitu bahagia dan tidak mengetahui ada bahaya yang mengancam diri mereka. Kapten Aryo terlihat mengambil handphone di kantongnya, ia menelepon Cesar untuk mengetahui apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Kapten Aryo menunggu Cesar mengangkat teleponnya, tidak lama Cesar pun mengangkat telepon itu

"saya sudah di dufan, apa yang harus saya lakukan sekarang?" ucap Kapten Aryo
"tenanglah dulu kapten...anda sepertinya sangat kelelahan....banyak sekali perban di tangan anda, sepertinya anda terluka cukup parah sampai berlari pincang seperti itu," ucap Cesar
"bagaimana anda bisa tahu,"
"anak buah saya yang mengabarkan dari sana, saya telah menaruh banyak anak buah di sana, jadi jangan coba-coba untuk bermain curang,"
"lalu apa permainan selanjutnya?"

"permainan berikutnya jauh lebih mengerikan dari permainan pertama, sebentar lagi anda akan mengetahui apa permainan saya selanjutnya, saya hanya bisa berpesan kepada anda untuk melakukan keputusan yang terbaik, mungkin kita tidak akan ketemu lagi kapten, jadi saya benar-benar menunggu kabar tentang kematian seorang polisi tangguh yang bernama Aryo besok pagi,"

"kenapa anda melakukan ini? sudah bertahun-tahun anda menjadi buronan polisi, kelihaian anda menyamar dan selalu operasi wajah membuat kami kesulitan untuk menangkap anda, kami kira semua anggota dead hunter sudah mati dulu tapi ternyata anda muncul lagi sebulan terakhir ini,"

"saya memang belum mati dan saya memang selalu lolos apabila akan ditangkap oleh polisi, begitulah saya ini, sampai sekarang pun anda kesulitan kan menangkap saya, sampai kapan pun polisi tidak akan bisa menangkap saya,"

"walaupun kami tidak bisa menangkap anda, saya yakin penjahat seperti anda akan berakhir menyedihkan, begitulah mereka, selalu berakhir dengan menyedihkan,"

Cesar tertawa sinis mendengar perkataan Kapten Aryo yang seperti memberikan ancaman kosong

"kapten.....sudah cukup omong kosong anda itu, jangan memberikan ancaman yang kosong kapten.....sudah jelas sekarang polisi tidak bisa menemukan saya, tidak ada yang tahu keberadaan saya sekarang ini, lebih baik anda memikirkan permainan saya, pikirkan bagaimana mengakhiri permainan ini agar para warga yang tak berdosa itu bisa selamat....tapi walaupun anda berhasil memenangkan permainan ini, saya tetap pemenangnya kapten, ingat itu....jadi selamat tinggal kapten, selamat menikmati permainan yang saya buat ini,"

Cesar mengakhiri pembicaraannya

Kapten Aryo terdiam sejenak. Ia bingung harus melakukan apa untuk mengakhiri permainan Cesar ini. Tiba-tiba ada orang misterius yang mendekatinya. Kapten Aryo menengok ke belakang dan melihat seseorang akan memukulnya dengan pistol. Kapten Aryo yang kaget itu, tidak sempat untuk menghindar, ia langsung pingsan karena dipukul di bagian kepalanya oleh orang suruhan Cesar. Ia pun di bawa ke suatu tempat oleh orang suruhan Cesar itu.




Sekarang pukul 6 sore, Kapten Aryo membuka matanya, ia melihat dirinya berada di atas wahana bianglala yang berhenti tepat di titik tertinggi. Kapten Aryo kaget bukan main dan melihat ke bawah, ia tidak tahu mengapa ia bisa berada di sana. Tangan dan kaki Kapten Aryo pun diikat dengan tali. Ia melihat di depannya duduk seorang laki-laki berambut pendek memakai jas hitam dengan kemeja putih yang kancing atasnya dibuka, ia juga memakai celana bahan hitam yang sangat formal.

Pemuda ini bernama Albert. Albert adalah sepepu Cesar yang tinggal di Amerika. Ia adalah anak dari kakak Anthony, ayah dari Cesar. Albert ini adalah salah satu komplotan mafia Amerika yang menjadi buronan berbahaya di Amerika. Albert adalah penjahat kelas kakap yang sudah banyak melakukan teror berbahaya seperti meledakkan sebuah pusat perbelanjaan, perampokan bank, pembunuhan orang-orang penting, sampai ke pengedar narkoba yang cukup besar di Amerika.

Albert datang ke Indonesia atas permintaan Cesar untuk menjemputnya dan lari dari Indonesia karena menjadi buronan polisi. Albert juga bisa 5 bahasa yang diantaranya, Perancis, Inggris, Spanyol, Jepang dan Indonesia. Ia bisa berbahasa banyak seperti ini untuk mempermudahnya berkomunikasi dengan sesama mafia dan gengster di negara tersebut.

Albert terlihat santai duduk di depan Kapten Aryo. Di sebelahnya terlihat 3 orang gadis tidak dikenal yang begitu ketakutan. Para gadis ini matanya ditutup kain dan tangannya diikat.

Albert mengambil rokok di kantongnya, lalu ia menyalakan rokok itu. Albert menawarkan sebuah rokok ke Kapten Aryo, lalu kapten Aryo menolak. Albert hanya tersenyum sinis sambil menghisap rokoknya

"apa kabar kapten Aryo?" ucap Albert
"siapa kamu?"
"saya ini sepupu Cesar, nama saya Albert, saya tinggal di Amerika dan salah satu mafia di sana"
"lalu kenapa anda disini?"
"Cesar meminta saya untuk menjemputnya dan memberikan perlindungan dari kejaran para polisi, siang itu, orang-orang yang menyelamatkan Cesar itu adalah orang-orang saya,"

Albert terlihat santai sambil menghisap rokoknya

"dimana Cesar?"
"dia sedang lari ke suatu tempat, jauh dari sini,"
"lalu apa yang anda inginkan?"
"play a game with you,"

"permainan? permainan seperti apa lagi?"

"saya dan anak buah saya sampai di Indonesia tadi siang menggunakan jet pribadi milik saya, saya berharap bisa menemukan kesenangan disini yang setara dengan kesenangan yang saya dapatkan di Amerika, anda bisa melihat ke bawah, ratusan anggota saya telah menguasai taman bermain dufan ini, dan semua pengunjung pun telah dalam kuasa kami, mereka dikumpulkan menjadi satu dan bom sangat berbahaya dipasangkan di dekat mereka,"

"lalu apa mau anda?"

Albert menyerahkan sebuah detonator bom kepada Kapten Aryo

"bantu saya untuk meledakkan para warga di bawah itu, mudah kan? sebenarnya detonator itu juga untuk mengaktifkan bom yang saya pasang di beberapa wahana di dufan ini,"
"saya tidak mau melakukannya,"
"kalau anda tidak mau melakukannya, satu per satu gadis tidak berdosa ini akan saya lempar ke bawah, how about that?"

"kenapa anda melakukan ini? apakah anda tidak sadar perilaku anda ini sangat buruk! saya mohon batalkan niat anda, matikan semua bom ini,"

Albert tertawa sinis

"why? are you scared? permainannya sangat mudah kan...anda tinggal menekan tombol itu maka ketiga gadis ini selamat, hanya begitu saja,"

Kapten Aryo hanya terdiam


Sementara itu di bawah, para warga yang berjumlah ratusan itu terlihat tidak bisa apa-apa. Mereka terlihat begitu ketakutan. Mereka berkumpul di satu tempat dan disekelilingnya terdapat bom-bom yang disimpan di dalam drum-drum. Diantara warga yang berkumpul itu terlihat para pihak dufan yang tidak bisa berbuat apa-apa. Para anak buah Albert terlihat sedang menjaga para warga tak berdosa itu agar tidak kabur. Para anak buah Albert itu menggunakan pakaian yang formal dan begitu rapi. Banyak yang diantaranya bukan orang Indonesia tapi orang-orang Amerika.


"jadi bagaimana kapten...saya akan menghitung sampai 3, anda hanya menekan tombol itu saja dan 3 gadis tak berdosa ini akan selamat,"
"saya tidak percaya dengan pembual seperti anda, anda sama saja dengan sepupu anda Cesar, selalu membual dan tidak pernah menepati janji, untuk apa saya percaya dengan anda,"

"dalam situasi ini sebaiknya anda percaya dengan saya, siapa lagi yang anda percaya?"
"tuhan dan teman-teman kepolisian saya,"

Albert tertawa sinis

"god? who? ooh.....him? that god? si sok pengatur itu? si sok pembuat takdir itu? anda percaya dengan tuhan kapten? apakah anda berpikir tuhan yang mengatur pertemuan kita ini? apakah anda menerima bila tuhan membiarkan para warga di bawah itu mati kapten? anda ini bodoh kapten, bukan tuhan yang memutuskan! tapi kita! kita yang memutuskan kehidupan ini! seperti malam ini! anda yang memutuskan hidup matinya 3 gadis ini dan orang-orang di bawah itu bukan tuhan! bagaimana? saya benar kan?"

"saya percaya tuhan akan selalu melindungi saya, saya percaya ia akan memberikan yang terbaik untuk saya, apabila saya mati disini pun saya bisa menerimanya, saya tidak takut, saya tetap percaya tuhan akan membantu saya untuk memenangkan permainan ini,"

Albert tertawa sinis

"menang? apa? bisa anda ulang lagi? tuhan akan membantu saya memenangkan pertandingan ini, blablablabla, cengeng sekali anda ini kapten, pantas saja anda bisa kalah sejauh ini, sebentar lagi nama anda hanya tinggal sejarah kapten,"

Kapten Aryo hanya tersenyum kecil

"saya akan mulai menghitung," ucap Albert

Kapten Aryo melihat ketiga remaja perempuan itu. Ketiga remaja itu menangis begitu kencang dan memilukan. Badan mereka gemetar karena kematian sudah ada di depan mata mereka. Siapa yang mengira akan menjadi seperti ini. Para remaja itu tidak pernah mengira malam ini kehidupannya akan berakhir dalam hitungan menit. Mereka seperti ingin mengulang waktu agar mereka bisa kembali ke tadi pagi dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke dufan kalau memang jadinya seperti ini.

"1....."
Kapten Aryo mengambil detonator itu, tangannya gemetar cukup kencang
"2....."
Kapten Aryo mencoba untuk menekan tombol itu, tapi ia tidak bisa, hati kecilnya tidak tega untuk melakukan itu
"ini angka yang terakhir kapten, push the button,"

Kapten Aryo hanya terdiam, ia menutup matanya, ia tidak bisa menekan tombol itu, ia tidak ingin ratusan warga yang tak berdosa itu mati namun ia juga tidak ingin ketiga remaja itu tewas

"3....."

Albert mendorong satu orang remaja itu dari atas bianglala. Remaja itu pun jatuh dengan sangat cepat ke tanah dan langsung tewas. Para warga yang berada di bawah pun menjerit kencang ketika tubuh remaja itu terjerembab dengan kencang ke tanah. Para warga itu histeris dan menangis, mereka tidak mau bernasib sama seperti gadis itu.

"sial! biadab! anda akan lihat nanti! begitu ikatan tangan saya terbuka, saya akan langsung menangkap anda dan menjerumuskan anda ke penjara!"

Albert hanya tertawa dengan puas

"lihat kan....saya ini tidak main-main kapten...satu gadis telah tewas terjatuh ke tanah dengan sangat kencang, saya sangat senang mendengar suara ketika ia terjatuh tadi, begitu memuaskan," ucap Robin dengan ekspresi wajah penuh kesadisan

"dasar pembunuh gila,"

"saya suka disebut seperti itu, terima kasih kapten, baiklah mari kita lanjutkan permainan kita, selanjutnya saya akan membuat ini lebih cepat, saya akan menjatuhkan dua orang sekaligus, cepat ledakkan bom itu, padahal itu hal yang mudah kan, anda tinggal menekan tombol merah di detonator itu, setelah itu permainan ini selesai,"

"saya tidak akan pernah menuruti perintah anda,"

"kalo memang itu keputusan kapten, saya akan mulai menghitung, lebih baik anda cepat mengambil keputusan, anda tidak ingin kedua remaja ini mati kan?"

Kapten Aryo hanya terdiam

"1..."
Kapten Aryo menutup matanya, ia ingin sekali menekan tombol detonator itu tapi ia tidak bisa, perasaan di dalam dirinya berkecamuk
"2..."
"kenapa? kenapa anda melakukan ini?"
"tekan saja tombol itu kapten!"

Kapten Aryo terdiam, ia mendengar tangisan para gadis itu, para gadis itu terus berbicara dan menyebutkan bahwa mereka tidak ingin mati, mereka ingin pulang ke rumah dan memeluk kedua orang tuanya. Mendengar itu, Kapten Aryo semakin tertekan dan tangannya semakin gemetar. Tekanan di dalam dirinya membuat ia tidak bisa mengontrol emosinya. Ia merasa telah gagal untuk melindungi warga yang tidak berdosa ini. Ia telah membuat seorang gadis tak berdosa tewas cuma-cuma hanya karena keputusannya untuk tidak menekan tombol detonator itu.

Kapten Aryo tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan, malam itu akan selalu ia ingat sepanjang hidupnya. Malam dimana ia harus memilih dan menentukan nyawa orang lain untuk hidup atau mati.

"ini angka yang terakhir kapten, lebih baik anda cepat ambil keputusan,"
"saya tidak tahu harus mengambil keputusan apa, maafkan saya...."

Albert pun bersiap untuk melempar kedua gadis itu. Kapten Aryo melihat kedua gadis itu menjerit histeris

"baiklah! saya akan menekan tombol ini! tapi saya mohon lepaskan kedua gadis itu!"
"ok....cepat tekan tombol itu dulu, baru saya akan melepaskan kedua gadis ini,"

Kapten Aryo menaruh jempolnya di tombol merah detonator itu. Ia terlihat yakin betul akan menekan tombol itu. Jempol tangan Kapten Aryo sudah menyentuh tombol merah itu, perlahan ia menakan tombol itu. Albert mulai tersenyum puas dan menunggu terjadi ledakkan yang dahsyat. Namun, Kapten Aryo tidak jadi menekan tombol itu

"saya tidak bisa," ucap Kapten Aryo
"kalo begitu, ucapkan selamat tinggal pada kedua gadis ini,"

Albert mendorong kedua gadis itu bersamaan. Kedua gadis itu pun langsung jatuh dari atas bianglala. Mereka tewas seketika. Kapten Aryo hanya bisa berteriak. Ia berteriak dengan sangat keras malam itu. Kapten Aryo tidak bisa menahan tekanan itu. Ia seperti tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Kapten Aryo yang pintar dan tangguh itu hanya bisa terdiam dan terpaku melihat gadis-gadis tak berdosa itu tewas ditangan mafia kejam yang bernama Albert. Kapten Aryo berpikir, ia bukanlah polisi yang baik, ia tidak bisa memenuhi janjinya kepada ayahnya untuk menjadi polisi yang hebat.

"maafkan......maafkan....saya...." ucap kapten Aryo

"ternyata anda memang orang yang keras kepala kapten, untuk menekan tombol itu saja susah sekali, apa susahnya sih?"

Kapten Aryo hanya terdiam

"kalo gitu, saya akan membuat permainan ini lebih menarik,"

Albert mengambil pistolnya lalu mengisinya dengan peluru. Ia menaruh ujung pistol itu tepat di depan dahi Kapten Aryo. Kapten Aryo hanya bisa terdiam dan pasrah.

"cepat tekan tombol itu, atau saya tembak kepala anda,"
"saya tidak mau, lebih baik saya yang mati daripada ratusan orang itu,"
"anda benar-benar polisi yang hebat kapten, saya salut dengan anda, saya pun sebagai penjahat tidak bisa apa-apa karena kerasnya hati anda ini, sebagai orang yang akan membunuh anda, saya berikan pengakuan bahwa andalah polisi tertangguh yang saya pernah temui dan saya sangat senang bisa membunuh anda, jadi apa keputusan terakhir anda? tekan tombol itu atau tidak?"

"tidak, bunuh saja saya,"
"baiklah,"

Kapten Aryo menutup matanya, ia tersenyum kecil sambil berbisik menyebutkan nama tuhannya sebelum mati.

Albert bersiap untuk menembak Kapten Aryo dengan pistolnya. Seketika helikopter polisi terlihat ada di samping wahana bianglala itu. Albert melihat helikopter polisi itu, Kapten Aryo membuka matanya dan tersenyum. Bantuan telah datang untuk menyelamatkan Kapten Aryo

"jatuhkan senjata anda! kawasan ini telah kami kepung! cepat jatuhkan senjata anda!" ucap polisi yang berada di helikopter

Melihat Albert yang lengah, Kapten Aryo mendorong Albert sampai ia terjatuh dari bianglala, namun Albert ternyata tidak langsung jatuh, ia masih bergelantungan di wahana itu.

"tolong! tolong saya kapten! saya tidak mau mati! tolong!" ucap Albert
"cepat raih tangan saya!" ucap kapten Aryo

Kapten Aryo mencoba untuk menarik Albert, perlahan-lahan Albert berhasil ditarik keatas oleh Kapten Aryo. Kapten Aryo yang baik ini akhirnya berhasil menyelamatkan Albert.

"terima kasih! saya tidak mau mati! terima kasih kapten!" ucap Albert
"cepat turunkan wahana ini!" ucap Kapten Aryo

"saya tidak sebodoh anda, sekarang anda mati kapten!"

Kapten Aryo kaget ketika melihat Albert mengarahkan pistol kearahnya. Ternyata kebaikan Kapten Aryo tidak diperdulikan oleh Albert. Albert akan menembak Kapten Aryo, tapi polisi yang berada di helikopter itu menembak Albert tepat ditubuhnya sehingga Albert terpental dari wahana dan langsung jatuh ke bawah. Ia berteriak keras ketika jatuh dan langsung tewas mengenaskan. Kapten Aryo bersyukur telah terselamatkan, ia masuk ke helikopter polisi yang menjemputnya itu.

Di dalam helikopter

"terima kasih telah menyelamatkan saya, kalian datang pada saat yang tepat!"
"ya untung saja kami tidak terlambat! tim lain sedang menghadapi para mafia-mafia itu di bawah!"


Beberapa helikopter polisi yang lain pun muncul. Mereka membawa pasukan khusus S.E.F untuk memukul mundur para mafia ini. Pasukan S.E.F itu terlihat turun dari helikopter menggunakan tali khusus. Setelah sampai di bawah, mereka langsung membentuk formasi untuk menumpas para mafia itu

"cepat! cepat! serang ke depan! buat formasi mengepung! kepung dari seluruh arah! anda cepat mengambil posisi untuk menjadi penembak jitu!"

Para anggota S.E.F itu bergerak ke posisinya masing-masing. Adu tembak antara anggota S.E.F dan para mafia itu pun tak terelakkan. Para anggota S.E.F yang terlatih dengan baik itu berhasil menembak para mafia itu. Para penembak jitu pun berhasil melumpuhkan segenap mafia dari jauh. Anggota S.E.F yang lain dengan rapi menyelamatkan para warga ke tempat yang aman. Para warga itu dibawa dalam bentuk barisan dan dilindungi oleh para anggota S.E.F

Satu per satu mafia itu pun berjatuhan, kemampuan anggota S.E.F yang hebat ini membuat para mafia itu kewalahan. Rentetan senjata dan teriakan para anggota S.E.F begitu jelas terdengar malam itu. Para warga yang ketakutan itu pun menjerit histeris. Mereka bersyukur bisa selamat dan ditolong oleh para polisi dan pasukan S.E.F

Satu tembakan itu mengenai kaki dari seorang mafia yang tersisa itu. Ia terjatuh dan melihat semua teman-temannya telah tewas. Seorang anggota S.E.F mendekatinya

"dimana anda menaruh bom itu?! cepat jawab!"
"saya tidak tahu!"
"anda berbohong! cepat jawab dimana bom itu! atau anda akan saya tembak!"
"tembak saja! saya tidak takut!"

Pasuka S.E.F itu menembak mafia itu, tapi ternyata peluru di pistol itu telah habis. Mafia itu terlihat sangat tegang. Ia menelan ludahnya dan melihat anggota S.E.F itu mengisi senapannya dengan peluru dan siap menembaknya lagi.

"baiklah! baiklah! saya akan beritahu! kami memasang 3 bom di 3 wahana yang berbeda! di wahana halilintar, tornado dan rajawali! anda puas sekarang!"
"belum, sekarang jawab dimana Cesar berada!?"
"saya tidak tahu!"
"cepat jawab atau saya tembak kepala anda!"

Anggota S.E.F itu menaruh ujung senapannya di kepala mafia itu. Mafia itu begitu ketakutan, nafasnya menjadi lebih cepat, keringat terlihat mengalir membasahi wajahnya.

"yang saya tahu, Cesar lari ke Amerika, itu saja yang saya tahu, selebihnya saya tidak tahu apa-apa, silakan saja bunuh saya kalau anda mau, karena cuma itu saja yang saya tahu,"

Anggota S.E.F itu terdiam sambil melihat seorang mafia itu

"cepat bawa orang ini ke sel!" ucap anggota S.E.F itu

Seorang mafia ini pun diborgol dan dibawa ke mobil tahanan bersama beberapa mafia yang lain. Permainan Cesar berakhir malam itu, permainan yang begitu mengerikan dan membuat Kapten Aryo tidak akan pernah melupakannya. Para orang media terlihat berdatangan dan memenuhi dufan. Mereka mewawancarai beberapa warga yang menjadi tawanan

"apa yang terjadi pak?" ucap wartawan pria
"teroris! teroris! kita diserang teroris! untung saja polisi cepat datang! saya sangat ketakutan! ucap bapak itu dengan wajah yang stres
"bagaimana penampilan teroris itu?"
"mereka membawa senjata besar, mereka terlihat kejam, saya tidak ingin mengingatnya!"
"kalo begitu terimakasih atas waktu bapak, sepertinya bapak terlihat terburu-buru"
"ya saya mau pulang mas! saya takut!....satu lagi....saya ingin berterima kasih kepada polisi, para polisi dan anggota S.E.F saya berterima kasih atas pertolongan anda! saya benar-benar terima kasih!"

Bapak itu pun pergi terburu-buru bersama satu anaknya dan istrinya.

"kejadian ini sungguh diluar dugaan! aksi teroris kembali terjadi di tanah air kita! sekali lagi kerja keras polisi telah membuahkan hasil! sebagai warga negara yang baik kita harus berkerja sama untuk menumpas para teroris ini! saya akan kembali untuk mengabarkan langsung keadaan di dufan pasca penyerangan teroris ini! dari dufan, Andre Budiawan melaporkan!"


Malam itu di rumahnya, Irham terlihat menonton berita yang mengabarkan penyerangan sekelompok mafia teroris di dufan. Ia menonton televisi itu dengan sangat serius. Tiba-tiba telepon rumahnya berbunyi. Irham berjalan untuk mengambil telepon itu

"halo," ucap Irham
"halo ham, ini papah, apa kabarmu nak?"
"papah? aku baik-baik saja, ada apa telepon pah?"
"gak.,,papah mau ngabarin kalo 3 hari lagi papah pulang ke Jakarta, kamu jemput papah ya di bandara,"
"iya pah, jam berapa aku harus jemput papah?"
"hmm....kira-kira jam 9 malam, kamu bisa kan?"
"bisa pah, ok nanti aku jemput,"
"bagaimana kabar ibu dan kakakmu? baik-baik saja?"
"iya pah, mereka sedang tidur, mereka baik-baik saja,"
"baguslah, sampai bertemu 3 hari lagi nak,"
"ok pah,"

Ayah Irham mengakhiri telepon itu

Irham menutup telepon itu dan terdiam, lalu ia berjalan menuju kamarnya.



Malam itu di tempat persembunyian The Ghost, Alvo sedang menonton berita penyerangan para teroris itu di dufan. Ia terlihat merenung dan melamun. Para Ghost yang lain sedang tidur, dan hanya dirinya yang masih terbangun. Alvo terlihat merenung dan memikirkan sesuatu, seorang bapak-bapak tadi siang menghampirinya dan memberikan sebuah buku. Bapak itu berbicara kepadanya dan perkataan siang itu akan selalu ia ingat. Alvo berjalan menuju kamar mandi. Ia berkaca dan melihat wajahnya yang seram karena tertutup oleh tinta-tinta cat yang sengaja ia gambar dengan bentuk yang teramat seram.

Wajah Alvo terlihat begitu mencekam ditambah dengan beberapa tindikan di wajahnya. Alvo terdiam sambil melihat wajahnya itu. Lalu ia mencopoti satu per satu tindikannya. Sesekali ia merintih pelan karena kesakitan ketika mencopot tindikannya. Setelah selesai mencopot semua tindikannya, Alvo membersihkan wajahnya perlahan dengan air.

Air itu perlahan menghapus tinta yang menutupi wajahnya, wajah asli Alvo pun terlihat jelas. Ia terlihat sangat berbeda setelah wajahnya bersih. Alvo mengelap wajahnya dengan handuk lalu ia berjalan keluar dari kamar mandi. Ia membereskan semua barang-barangnya dan berjalan keluar dari tempat persembunyian The Ghost. Malam itu Alvo meninggalkan persembunyiannya dan entah akan pergi kemana. Langkah Alvo terdengar begitu jelas ditemani dengan suara anjing yang melolong di malam yang sepi itu. Bayangan bulan seakan berjalan menemaninya di malam itu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alvo?

6 komentar:

  1. btw titip maaf ke bokap nyokap lo okeh...

    BalasHapus
  2. ok jar, gw tau lo cuma becanda, bokap nyokap gw dah gw bilangin, ya jangan ngepost kaya begituan lagi lah, iseng amat lo adek gw jadi bahan, kan ada yang lain yang bisa jadi bahan, kita kan teman jar, hehehe,

    zep

    BalasHapus
  3. wokeh.....

    btw lanjutin novelnya gan!

    BalasHapus
  4. sip! yang petualangan irham kopet ini gw stak lagi ga mud jadi gw lanjutin yang the chosen, soalnya udah ada inspirasi, tapi jar emang adek gw itu harus disekolahin ngomong, haha, bokap sama nyokap gw udah bilangin ke dia suruh ngomong yg bener, ngomong ko kaya orang hutan gitu, ckckck

    zep

    BalasHapus
  5. Wedew... yah best of luck deh buat adek lo.

    Nah kan gw bilang juga apa! Lo kalo mulai bikin novel baru sebelum yang satu selesai pasti yang satu itu ditinggalin! (pengalaman)

    BalasHapus